Bab 22

3.3K 145 11
                                    

Semalam, kesepakatan itu telah disetujui. Tidak pernah Dara sangka, ia akan setuju dengan tawaran Lou meski nominal yang dijanjikan teramat sangat jauh dari tarif yang biasa ia terima. Ia bahkan merasa tidak perlu berkonsultasi dulu dengan Airin, karena semua ini demi menuntaskan misi pribadinya.

Thian Mahadevan sudah menghinanya habis-habisan. Dara, demi alasan remeh yang tidak akan menambah banyak jumlah nominal di rekeningnya, memilih mengambil keputusan bodoh bekerja untuk Lou.

Dara tahu ia telah membuat keputusan bodoh karena tarif yang ditawarkan Lou bahkan jauh di bawah kelasnya. Tapi ini bukan soal uang, melainkan soal dirinya di hadapan Thian.

Dara hanya ingin membuktikan, Thian benar-benar konsisten dengan ucapannya di hari itu. Lelaki itu memandang rendah dirinya seperti selokan juga WC. Selama menjadi pelacur, belum pernah ia menerima penghinaan seperti itu.

Thian ternyata sangat angkuh dan sombong. Lelaki itu menilai diri sendiri terlalu baik dan berkelas. Dara hanya ingin membuktikan kapasitas dirinya sendiri. Ia akan melihat sejauh mana Thian akan bertahan menghadapinya. Apakah lelaki itu akan tetap menilainya sebatas selokan atau malah menjilat ludahnya sendiri?

Dara merasa sudah memiliki celah. Maju tak gentar, ia akan mendapatkan Thian di ranjangnya sekaligus membuktikan pada diri sendiri bahwa ia masih hebat dalam menaklukkan laki-laki.

Lou, kini menjadi kliennya dan Thian tetap menjadi targetnya. Namun ini di luar misi Dessert Rose. Ini adalah misi Lou yang sekaligus menjadi misi pribadinya.

Arcello Mahadevan memang terlahir sebagai bajingan sejati. Benar-benar tidak tanggung-tanggung dalam memilih peran bajingan dalam hidup. Sedikit gila, Lou ingin membuat renggang hubungan Thian dan Nina. Lelaki itu ingin merusak rumah tangga kakaknya sendiri.

Dara sempat mendengar cerita Lou, tentang bagaimana Nina yang di mata Lou tidak lebih dari seorang gold digger.
Lou tampak sangat membenci Nina dan hanya ingin menyakiti perempuan itu.

"Dia pikir dia di atas angin sekarang. Fine. Gue mau liat, bisa apa dia kalo Thian berubah? Orang nggak tahu diri kayak gitu harus dikasih pelajaran. Biar dia tahu siapa dia. Lo bisa kan bikin Thian tercandu-candu?"

Dara masih mengingat ucapan Lou semalam.

Diam-diam terselip rasa kasihan untuk Thian, meski Dara tahu tidak sepatutnya ia mengasihani lelaki yang sudah menghinanya habis-habisan.

Lou tidak tahu jika diam-diam ia juga membawa misi bagi dirinya sendiri. Demi membalas penghinaan, Dara bersumpah akan membuat Thian berbalik terjerat pada pesonanya. Ia akan membuat lelaki itu tergila-gila pada servisnya di atas ranjang. Thian sudah menghina orang yang salah.

Thian salah jika mengira hinaan semacam itu membuatnya berhenti karena merasa malu.

Apa itu rasa malu? Dara bahkan sudah lupa bagaimana rasanya.

Ia terbiasa dihinakan dan dilecehkan. Seperti itulah cara ia hidup dan berjalan di muka Bumi.

Jadi ia memutuskan menerima tawaran Lou demi kesenangannya sendiri. Ia akan bersenang-senang mengerjai Thian, membuat Thian marah, sekaligus mempermainkan hasrat dan emosi lelaki itu. Dara merasa sangat bisa melakukannya. Lagi pula, tidak ada ruginya mengejar Thian.

Ia sungguh menyukai saat berhasil membuat Thian kehilangan kontrol diri. Lelaki anggun itu akan menampakkan wajah aslinya. Thian berhasil menipu semua orang, tetapi tidak dirinya.

Kali ini, ia kembali mengganggu Thian dengan nomor lainnya. Tepat di jam makan siang.

               ________________________

Dessert Rose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang