Bab 38

4.4K 151 7
                                    

'Sesuai rencana.'

Senyuman Lou mengembang saat membaca chat dari Dara.

'How is he?' Lou membalas dengan cengiran lebar di wajah.

'He is great. The real man that all women dream of.'

Lou serta merta mengangkat kedua alisnya. Sepertinya ia salah melempar pertanyaan. Ia sungguh tidak peduli bagaimana Thian melakukannya.

'I mean, sikap dia gimana? Dia bakal temuin lo lagi atau gimana? Ada kelanjutannya nggak?' Lou segera memperjelas maksud pertanyaannya barusan.

'Dia bilang bakal telp gue. Tapi ini gue kurang tahu sih beneran apa nggak. Gimana ya? Dia nggak ketebak. Masih keliatan nggak butuh.'

'Oke nggak pa-pa. Coba kita liat dulu. Ini udah perkembangan bagus. Semoga dia selalu terkenang-kenang malam ini dan pingin ngulangin lagi.' Lou tersenyum kecil saat mengirimkan chat balasan pada Dara.

Suara pagar digeser yang terdengar hingga kamarnya membuat Lou menurunkan ponselnya sejenak dan memusatkan kedua telinganya. Berikutnya ia mendengar pintu depan dibuka. Sepertinya Thian baru saja pulang.

Lou segera berdiri dan menarik napas panjang di belakang pintu sebelum menemui Thian. Ia berusaha keras untuk bersikap wajar dan menahan senyuman suka cita di wajahnya.

Lou membuka pintu kamar dan mencari keberadaan Thian. Ia melihat Thian di meja makan sedang menuangkan minuman dingin ke dalam gelas.

"Kak," sapa Lou sambil berjalan mendekat dan menuju kulkas demi mengambil sekaleng soda. "Davka udah tidur," ucap Lou kemudian sambil memperhatikan Thian.

"Makasih ya," ucap Thian sebelum menguap. "Kakak ngantuk mau langsung tidur."

Yeah, off course. Lou berusaha tidak tersenyum. Tentu saja Thian lelah setelah menutup kesibukan di kantor dengan bercinta dengan Dara. Lou yakin hal itu berlangsung dengan sangat agresif.

"Oke Kak, good night." Lou membawa kaleng sodanya dan berjalan menuju halaman belakang.

Thian meletakkan gelasnya yang telah kosong dan beranjak menaiki tangga menuju kamarnya. Ia membuka pelan pintu kamar Davka demi mengecek keadaan putranya sebentar. Davka terlihat sudah tidur dengan pulas.

Thian kembali menutup pintu dan segera menuju ke kamarnya. Ia segera melepas jam tangan dan menanggalkan pakaiannya tepat di depan pintu kamar mandi sebelum mengguyur tubuh di bawah pancuran shower.

Dengan kedua mata terpejam, Thian merasakan sejenak aliran air hangat yang membuat tubuhnya lebih rileks. Kembali terbayang pergumulannya barusan dengan Dara. Setelah sekian tahun lamanya, ia akhirnya menyentuh wanita selain istrinya.

Jejak rasa diri Dara masih melekat dalam benaknya. Thian kembali mengingat bagaimana perasaannya begitu kejantanannya terbenam dalam celah sempit Dara. Saat itu hanya ada nafsu dan kesenangan. Ia begitu bernafsu menggagahi Dara. Rasanya sudah lama ia tidak merasakan sensasi seperti saat ini. Sensasi saat mengenali tubuh wanita baru.

Dara membuat jantungnya berdetak lebih kencang, napasnya menderu, dan tubuhnya menuntut kesenangan lebih banyak sehingga ia bercinta menyerupai binatang di musim kawin. Tadi ia sama sekali tidak memusingkan mengenai apa yang dirasakan Dara. Ia bahkan tidak peduli. Ia hanya ingin menuntaskan kenikmatan di bawah perut sesegera mungkin.

Tawaran Dara sedari tadi membuntuti sejak ia meninggalkan kamar hotel, menaiki taksi online hingga berada di rumah.

Thian, please. Dia cuma perek. Sisi dirinya yang lain angkuh mempertimbangkan tawaran Dara.

Dessert Rose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang