Bab 53⚠️

11.4K 213 163
                                    

Pelacur itu lebih muda satu tahun daripada Lou, tetapi sangat ahli. Bahkan lebih ahli daripada dirinya sekalipun, padahal usia mereka berjarak sebelas tahun.

Umurnya baru 28 tahun, tetapi pengalamannya sudah banyak. Tentu saja karena dia lonte.

Semua sentuhan pelacur itu membuatnya tergila-gila. Selama ini tidak ada yang pernah menyentuhnya seperti Dara, baik mantan-mantanya hingga istrinya sekalipun.

Di jam makan siang, dua hari sebelum penerbangan ke Malang, Dara memberikan cumbuan gemas pada kejantanannya di parkiran yang sepi.

Imajinasinya menjadi nyata.

Ini bukan di parkiran kantornya tentu saja, tetapi di parkiran mall yang sepi. Cara Dara melakukannya sungguh membuatnya kesulitan bernapas dengan normal.

"Eghh hhhh... " Thian meremas gemas rambut hitam legam Dara. Mereka melakukannya di jok belakang.

Ponselnya berdering, menginterupsi kenikmatan yang kian merambat naik.

Thian tergesa mengambil ponselnya di sebelah paha.

Ia melihat nama Raynor.

"Shithh.... " Thian menahan sejenak pergerakan kepala Dara.

"Ha.. halo Pak?" jawab Thian setenang mungkin.

"Thian, lagi di mana?"

"Saya makan siang di luar kantor Pak. Kenapa Pak?" Thian menggigiti pelan bibirnya sendiri ketika kepala Dara kembali bergerak.

"Untuk perkembangan sistem digital banking yang kemarin, saya minta kamu pas rapat kerja di Malang nanti presentasi ya?"

"Ta.. tapihh itu belum sempurnah Pak. Yang versi 1.07 ituh... masih ada pennyemmmpurnaaan." Sebelah tangan Thian menahan gerak kepala Dara yang tampak tidak peduli.

Sial.
Enak banget. Thian meringis frustasi.

"Halo? Gimana?"

Aduhhhhh. Thian terpaksa menjambak rambut Dara agar pelacur itu berhenti dulu.

"Yang versi 1.07 itu masih dalam tahap... Akh!" Thian berteriak kecil saat gigi Dara seolah akan menggigit lembut miliknya. Tidak sampai menekan kuat, tetapi membuatnya reflek berteriak sambil menatap ngeri.

"Thian? Kamu kenapa?"

"Anu...itu... maaf ada semut Pak."

Hening.

"Jadi gini Pak Raynor. Yang versi 1.07 itu masih disempurnakan. Jadi masih ada sedikit eror ketika dicoba Pak. Sistemnya beberapa menit nge-lag dan kita sedang perbaiki ituuuuu... " Thian menekan bibirnya kuat-kuat ketika lidah Dara kembali membuat lututnya gemetaran.

"Oh gitu. Iya soalnya ternyata bakal ada dewan komisaris yang ikut rapat gitu. Mendadak sih, tapi kebetulan pas beliaunya ke Surabaya dan mau mampir ke Malang. Beliau kepingin tahu soal proyek inovasi kamu."

Thian mati-matian berusaha menahan deru napas dari bibirnya yang terbuka ketika sentuhan Dara di bawah sana membuatnya semakin tinggi.

Ini gila. Ia sedang menerima panggilan telepon dari Raynor dalam keadaan sedang diservis. Celananya melorot dan ia sudah hampir sampai. Ketegangan meningkat, seiring dengan kenikmatan yang kian tinggi. Kedua matanya juga masih harus sibuk memantau keadaan di parkiran.

"O...o.. oooohhh begitu. Baikh saya sampaikan kepadah... timh agar percepatanh." Thian berakhir menjambak frustasi rambutnya sendiri ketika pinggulnya kini menggeliat resah. Tanpa sadar wajahnya terangkat lebih tinggi dan bibirnya terbuka lebih lebar demi menghirup lebih banyak oksigen.

Dessert Rose [END]Where stories live. Discover now