(39) Kebenaran

73.2K 5.2K 44
                                    

Tandain typo guys!

Happy reading ~

***

"Bawa mereka."

Para pria yang memakai pakaian serba hitam itu membawa masuk dua orang gadis kecil kedalam gedung itu. Kedua gadis meronta-ronta tapi apalah daya tangan dan kaki mereka diikat dengan tali.

Emmmpp

Mereka tidak tau kemana mereka akan di bawa, gedung ini sangat besar. Kedua gadis itu menangis dengan keadaan mulut yang dibekap. Sampai mereka dibawa di sebuah kamar, tidak ada jendela, ataupun apa yang membuat mereka bisa kabur. Hanya ada pintu saja disana.

Ikatan kaki dan tangan mereka dilepas, begitupun dengan bekapan mulutnya. Mata kedua gadis itu bengkak akibat menangis. Setelah melepaskan mereka, orang-orang itu pergi dari sana, tidak lupa mereka kunci pintunya.

Syura, salah satu dari gadis itu menangis ketakutan. "Hiks ... Mama! Aku mau pulang!" Pekiknya.

Sedangkan gadis yang satu lagi sudah tidak menangis lagi, justru dia berkeliling kamar itu. "Jangan nangis ra! Kita cari cara biar bisa keluar dari sini!" Ujarnya.

Syura melihat Nana, lalu berdiri dan membantu mencari celah agar bisa keluar dari kamar ini. Setelah mencari, tapi tetap tidak ketemu satu celah pun di sana. Akhirnya Syura terduduk di lantai akibat kaki nya sangat lemas.

"Hiks, gimana kita k-keluar dari sini hiks!" Tangisnya semakin kencang.

Nana memandangi pintu yang menjadi satu-satunya cara agar keluar dari sini. Kemudian dia melihat jepitan rambut yang Syura pakai. Sebuah ide masuk kedalam otak kecilnya.

"Syura, minta jepit rambut kamu," pintanya.

Syura memberikan jepit itu tanpa banyak bicara. Lalu Nana mendekat kearah pintu, dan melihat kelubang kecil yang ada di sana, apakah ada penjagaan atau tidak. Dan ternyata mereka tidak di jaga sama sekali. Dengan perlahan tapi pasti Nana mencongkel tempat kunci pintu menggunakan jepit rambut Syura.

"Semoga berhasil," gumamnya.

***

Seorang pria sedang duduk di kursi sambil menelpon seseorang. Badan kekar dan mata tajam nya melihat lurus kedepan.

"Ya, aku tau apa yang akan aku lakukan, ge."

Terdengar suara dari seberang sana. "Aku akan melihat hasil kerja mu, dan jangan sampai kau membuat nya lecet sedikit pun, Aron."

Aron tertawa kecil. "Kau tenang saja ge, mereka baik-baik saja," katanya.

"Bagus, aku akan segera kesana, tapi sebelum aku sampai kau harus menyelesaikan misimu."

"Kau tenang saja, aku akan membunuh orang tua itu, dan dia akan tetap aman."

Sambungan telpon terputus. Mata tajam itu melihat kearah pintu di hadapannya, satu senyum terbit dibibir nya. "Ada tikus rupanya," gumamnya terdengar serak.

Aron berjalan, sehingga ketukan sepatu terdengar di lantai. Dia ingin melihat tikus-tikus itu, kenapa mereka ada di sini?

Sedangkan diluar ruangan, Nana sedang menempelkan telinganya di pintu. Ya, mereka sudah berhasil keluar dari sana, dan jalan yang mereka tuju tadi membawa nya ke sini. Dan tanpa sengaja Nana mendengar suara seseorang di balik pintu, jadi alhasil dia menguping untuk mendapatkan informasi.

Suara ketukan sepatu membuat dia panik, Nana langsung menggenggam tangan Syura dan membawanya kabur dari sana. Tapi belum sempat kabur, mereka berdua sudah di kepung.

Dia SAFARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang