Di Balik Layar

78.5K 4K 104
                                    


Ananda melempar buku yang sedang dia baca keatas meja dengan kesal. Raut wajah nya pun seperti ingin meledak-ledak. "Ini kenapa END nya membagongkan!" Pekiknya.

Amanda menatap malas kembarannya itu. "Kita hanya bisa pasrah, karna kita fiksi," celetuk nya.

"Fiksi! Fiksi! Kalau gue nyata gue bunuh tu Author nya!!"

"Jangan gila," kata Syura. Dia baru saja sudah selesai panggillan alam. Dan duduk disamping Amanda sambil mengambil buah yang sudah di kupas.

"Lagian, aku memang udah jadi mayat. Cuman raga aku ditempati sama Safara. Iya kan, Safara?" Tatapannya mengarah kearah Safara yang sedang memainkan bola kasti, dengan melemparkan nya ke dinding. Safara berhenti bermain dan menatap tajan Syura. Dan itu membuat Syura bersembunyi dibelakang Amanda.

Syura hanya tertawa renyah. "Jangan pandang aku gitu sa. Serem melebihi hantu," cicitnya.

Safara memandangi mereka bertiga dengan tajam. Tangannya menggenggam bola kasti itu erat. "Di mana Author nya?" Tanyanya.

"Katanya sih mau menghalu."

"Sialan! Lihat aja nanti. Berani banget dia misahi gue sama Alex!"

Syura memandangi Safara ngeri, bagaimana tidak ngeri kalau tatapan Safara seperti ingin memakan orang hidup-hidup. Lalu Syura pergi kearah Ananda, dan duduk di samping gadis itu.

"Nan, kayaknya Safara pengen makan author nya hidup-hidup deh," bisiknya.

Ananda memperhatikan ekspresi Safara, dan menurut Ananda ekspresi Safara lain lagi, yaitu menahan berak. "Kayak nahan berak," gumamnya yang masih bisa didengar Syura. Syura yang mendengar itu menepuk jidatnya. Sungguh kenapa hanya dia yang waras disini?!

Brakk!

Pintu dibuka dengan sangat keras, sehingga Liona yang sedang berbaring  di sofa langsung bangun. "Oasuu!" Umpatnya spontan.

Krik krik krik ....

Liona menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil tersenyum malu. "Hehe, reflek."

Amanda menoleh ke arah Rembulan yang baru saja membuka pintu dengan kasar, wajah gadis itu tidak terlalu terlihat karna dia menunduk dan rambut yang menjuntai ke bawah.  Tapi aura yang di keluarkan gadis itu sedang tidak bagus. Lebih tepatnya, menyeramkan.

"Eee, lan. K-kamu gapapa?" Tanya Syura ragu-ragu.

Rembulan diam dengan nafas yang terengah-engah. Dia mendongak dan menatap tajam kearah depan. Dan itu membuat Syura langsung bersembunyi dibelakang Ananda.

"Kenapa gue jadi antagonis?" Tekannya kepada setiap kalimat.

Semua orang di ruangan itu menatap ngeri kearah Rembulan. Rembulan saat ini seperti banteng yang siap menyeruduk lawannya. Mereka semua saling pandang satu sama lain. Kecuali Safara, mood nya sedang buruk.

Tidak ada yang menjawab Rembulan. Sampai gadis itu duduk di lantai dan menangis sejadi-jadinya. "Huaaa, kenapa gue dijadiin antagonis?!"

Mereka yang melihat Rembulan pun hanya menggeleng saja. Ingat kata Amanda sebelumnya? Kalau mereka hanya fiksi belaka. Takdir mereka sudah ditentukan oleh penulis, sama seperti manusia yang sudah ditentukan takdirnya oleh tuhan.

Safara berdecak kesal. "Diam!" Bentaknya.

Rembulan terdiam beberapa detik kemudian menangis lagi. "Hiks, Safara juga sama aja!! Author kejam!" Rembulan meraung-raung di lantai.

"Gini amat nasib," celetuk Liona yang sedari tadi menyimak, tangannya mengusap rambut yang ada diwajahnya, "gue yang antagonis ini apa kabar?" Lanjutnya.

"Kamu bukan antagonis. Kamu cuman salah paham aja," balas Syura sambil tersenyum lebar.

Liona mengangkat bahunya. "Yaya, gue juga gak terlalu perduli. Yang penting nama gue ada," jawabnya.

"Katanya cerita kita bakal terbit ya?" Tanya Syura.

Amanda mengangguk. "Iya, kelanjutan dari cerita ini. Kayak nya author nya ada dendam kesumat deh," katanya.

Tidak ada yang menjawab.

Amanda menatap malas mereka. Dan berlalu dari sana menuju dapur.

"Ngambek tuh," cibir Ananda. Amanda yang mendengar nya hanya memberikan jari tengah.

"Kalian gak penasaran sama kelanjutan nya? Kalau gue penasaran sih."

"Gue pengen lihat Safara balas dendam sama si Rembulan," kata Liona menanggapi.

Rembulan langsung melotot mendengar itu. "Hueeaaa, gak mau! Gak mauuuu."

Safara hanya memutar bola matanya malas, sudah cukup untuk hari ini. Dan dia kembali ke kamarnya mengabaikan teriakan membahana dari Rembulan.

"Aaaaaa, Safara!"

Ananda memutar tubuhnya. "Beginilah hidup, dunia itu gak jahat. Kalian aja yang lebay." Setelah mengatakan itu Ananda langsung pergi menuju kamarnya.

Liona menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Lalu dia juga ikut pergi dari sana. Tapi saat di lorong dia berhenti dan menatap lurus kedepan.

"Apa nanti Sahara bakal bebas?"

***

Hacuuu!

"Kayaknya ada yang ngomongin aku ya?" Tanya nya kepada diri sendiri.

Dia menyandarkan tubuhnya di kepala kasur, sambil melihat ponselnya dia tersenyum. "Gak nyangka bakal rame, padahal aku buat ceritanya iseng doang. Hehehe."

"Tapi aku berterima kasih banget."

Dia bangun dari tempat tidurnya. "Oke, cukup menghalunya. ternyata usaha gak akan menghianati hasil itu benar adanya. Tapi, kalau usaha yang kita lakuin itu belum ada kepastian, semuanya akan sia-sia. Termaksud dia."

SELESAI. SILAHKAN TEKAN VOTE NYA.

Hhhhee

Dia SAFARA (END)Where stories live. Discover now