Haechan sudah tidak memiliki orang tua, dan ia diharuskan untuk hidup bersama dengan sahabat kedua orang tuanya, namun ada kedua anak yang tidak suka dengan kehadiran haechan disana.
Haechan mampu tetap bertahan atau bahkan mengalah dan memilih hid...
Sudah terhitung 2 hari papa dan bubu keluar kota untuk perjalanan bisnis, mark dan Jeno bahkan tak berhenti menyuruh haechan melakukan apapun termasuk hal sepele seperti mengambilkan mark air minum ataupun mengambilkan Jeno anduk.
Namun pagi ini setelah kepergian Jeno ke kampus haechan belum mendapati mark turun kebawah untuk sarapan, haechan berfikir mungkin mark tidak ada kelas makanya sengaja untuk bangun siang.
Beberapa saat melamun ponsel yang haechan genggam berbunyi, dan disana tertera nama mark yang menelfon nya.
Haechan mengernyit bingung, hal sepele apalagi yang akan mark minta kepada haechan kali ini, dengan sedikit tidak ikhlas haechan mengangkat telepon itu.
"Iya Halo kak"
"............... "
"Aku kekamar kakak sekarang"
Mendengar suara lemas mark haechan berjalan cepat menuju kamar kakaknya itu, sesampainya dikamar mark haechan mendapati tubuh mark yang rapat tertutup selimut yang hanya memperlihatkan kepala yang menyembul.
Haechan mendekat dan duduk disebelah mark dipinggir kasur.
"Kakak kenapa" tanya haechan pelan.
"Ambilin gue obat" mark sedikit membuka matanya dan berbicara begitu lirih.
"Kakak sakit, apanya yang sakit?" haechan semakin panik karena bubu sedang tidak ada dirumah.
"Kepala gue pusing, gue perlu minum obat" haechan mengangguk dan mencari kotak obat yang bubunya simpan di etalase dekat ruang tv.
Mungkin bubunya belum membeli persediaan obat lagi karena didalam kotak itu hanya terisi betadine dan kapas, haechan bergegas kedalam kamar mark.
"Kak kayaknya obatnya abis, dikamar kakak ngga ada persediaan?" mark mendengus lemah.
"Gaada" jawab mark ketus.
"Emm yasudah aku telfon bubu dulu ya mau tanya ada persediaan yang lain atau ngga" haechan merogoh ponselnya yang berada disaku celananya, belum juga ia menelfon bubu suara mark menginterupsi.
"Jangan telfon, gue ngga mau bubu khawatir dan pulang buat ngurusin gue" haechan mengangguk.
"Yaudah aku ke apotek dulu, kakak yang kuat ya" haechan keluar dari kamar mark dan masuk kedalam kamarnya sendiri untuk mengambil uang lalu setelahnya haechan berjalan cepat menuju apotek.
Obat yang haechan butuhkan sudah berada ditangannya, haechan juga membeli byebyefever agar demam mark turun.
sesampainya dirumah haechan ingat bahwa mark belum sempat sarapan, dan tadi pagi haechan hanya memasak nasi goreng, tidak mungkin jika mark yang sedang sakit haechan berikan nasi goreng, haechan memutuskan membuatkan bubur untuk mark.
Setelah bubur itu jadi haechan langsung kembali kekamar dimana mark berada.
"Kakak, makan dulu ya baru minum obat" haechan mrnggoyangkan bahu milik mark karena mark masih tertidur.
"Kasih gue obat aja, gue ngga mau makan" jawab mark lemas.
"Kakak belum sarapan, ngga boleh langsung minum obat, ayo duduk, dimakan dulu ya buburnya" mark menggeleng brutal karena ia hanya ingin meminum obat itu dan kembali tidur.
"Mulut gue pait, lo ngerti ngga sih hah? Bikin gue makin pusing aja" mark memijat kepalanya erat.
"Yaudah aku telfon bubu biar kakak dimarahin" mark mendelik malas kearah haechan.
"Ck! Nyebelin banget lo, sini gue makan buburnya" mark mendudukan tubuhnya dan merebut mangkuk yang sedang haechan pegang.
"Aku suapin aja ya?" tanya haechan pelan.
"Gk, gue bisa sendiri" ucap mark ketus.
"Habis makan nanti obatnya langsung diminum" ucap haechan sambil memasangkan byebyefever di jidat milik mark.
"Biar demamnya turun, nantii baru boleh tidur lagi" mark hanya melirik haechan malas.
"Ngomong mulu lo, tambah pusing gue" mark hanya memakan bubur itu beberapa sendok karena sungguh mulutnya tak memiliki rasa sedikitpun.
"Sana lo keluar aja" mark meletakan mangkuk itu keatas nakas dengan sedikit kasar.
"Kakak tuh lagi sakit, bisa stop dulu ngga nyebelinnya" haechan membukakan bungkus obat itu lalu memberikannya kepada mark dengan segelas air putih.
"Aku ngga akan keluar sebelum kakak tidur lagi, aku jagain kakak disini siapa tau kakak butuh sesuatu" ucap haechan lagi.
"Gue bukan anak kecil ngga perlu gue dijagain segala" mark mkembali merebahkan badannya.
Haechan menepuk nepuk pelan paha mark agar mark tertidur dengan pulas, beberapa saat kemudian terdengar dengkuran halus dari bibir mark.
Haechan memandang wajah kakaknya yang begitu pucat, haechan jadi teringat ucapan mark yang mengatakan bahwa dirinya bukan anak kecil, haechan berfikir kalo bukan anak kecil ngapain dia minta tolong haechan untuk diambilkan obat.
Haechan tersenyum gemas karena kelakuan kakaknya itu.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Mark tertidur beberapa jam dan kini dirinya sudah terbangun dan ingin kekamar mandi, namun kegiatannya terhenti karena dirinya melihat haechan yang tertidur disoffa kamarnya dengan keadaan terduduk.
Mark memandang wajah Damai itu lalu bersmirk.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Mark juga bingung mengapa Haechan tidak pernah marah padahal ia dan Jeno begitu menyebalkan. Akhirnya mark pergi menuju kamar mandi dan membiarkan haechan tetap tidur disana sampai malam hari.