chapter 42

2.8K 204 10
                                        


Hari ini hujan deras dari pagi sampai
siang hari pun masih saja hujan, dan
hal itu mengharuskan keluarga Jung
tidak jadi pergi kemanapun, padahal
taeyong sudah merencanakan untuk
pergi ke taman kota siang ini.

Jadi ketika hari sudah mulai sore dan
hujan sudah reda, keluarga Jung
memutuskan untuk membuat acara
barbeque kecil-kecilan di villa yang
mereka sewa.

   Seperti saat ini kelima anggota
keluarga Jung sedang berada di area
kolam renang dan mulai
mempersiapkan semuanya.

"dek, bubuminta tolong masakin ramen dong bubu lagi sedikit repot sayang" ucap bubu kepada haechan yang sedang duduk di kursi dekat kolam renang.

"Ohh iya siap bubu" ucap haechan lalu berdiri dari duduknya.

"Ayo kakak bantu" ucap Jeno sambil menggandeng tangan haechan.

Sesudah mereka sampai didapur Jeno dan haechan mulai mempersiapkan ramen-ramen yang akan mereka masak.

"Kak Jeno cerita soal jaemin yang confess ke kak mark?" tanya haechan sambil menyuci daun bawang.

"Kenapa? Abang ngomong sama kamu?" tanya Jeno sambil membuka bungkus ramen.

"iya kak mark cerita, tapi kakmark kayaknya ngga suka juga deh sama jaemin" jawab haechan sambil sesekali menatap Jeno.

"Ohya?" tanya Jeno singkat.

"Iya, soalnya dia aneh, semalem
sempet bilang kalo ngga mau aku pacaran sama yang lain, kak Jeno tau maksud kak mark?"

    Jeno tak menjawab pertanyaan
haechan, yang Jeno pikirkan sekarang
adalah mengenai pikiran-pikirannya
tentang mark, Jeno merasa mark
memiliki perasaan lebih terhadap
haechan sama seperti dirinya.

    Kini Jeno sudah tau tentang kenapa
dia bisa semarah itu saat Jaemin
meminta haechan untuk jadi
pacarnya, Jeno menyadari perasaan
sayang yang dimilikinya bukanlah
perasaan sayang kepada sang adik,
namun lebih dari itu.

Dan ketika haechan bercerita tadi
Jeno paham bahwa mark juga sama
seperti dirinya.

"Seteläh acara barbeque an ini selesai, kamu mau ikut kakak?" tanya Jeno.

"Memangnya mau kemana?" tanya haechan sambil memotong daun bawang.

"Kita jalan jalan malam naik sepeda, mau kan?" tanya Jeno lagi.

"Mau dong, adek udah lama deh ngga naik sepeda" jawab haechan sambil tersenyum senang.

    Acara barbeque sudah selesai, kini
Jeno dan juga haechan sudah bersiap
dengan sepeda mereka.

    Jeno memimpin perjalanan dengan
menaiki sepedanya didepan haechan.
Haechan tersenyum gembira karena
walaupun hujan sedari pagi sampai
siang, tapi ketika malam tiba langit
disana cukup terang dan juga
terdapat beberapa bintang.

    Beberapa menit bersepeda Jeno dan
haechan berhenti di taman pinggir
jalan dan duduk di sebuah kursi.

"Seru ya, bersepeda malam-malam kaya gini" ucap haechan lalu tersenyum riang.

"Iya dong seru, apalagi perginya sama kakak, kamu disini sebentar, kakak mau beli kopi ya?" ucap Jeno lalu mengelus rambut haechan.

    Jeno pergi meninggalkan haechan
lalu masuk kedalam sebuah
minimarket untukmembeli kopi
untuknya dan juga susu coklat hangat
untuk haechan.

   Sedangkan haechan sambil
menunggu Jeno membeli kopi sesekali
menggosokan kedua tangannya
karena merasa dingin.

  Hingga beberapa menit kemudian
dapat haechan lihat Jeno mendekat
kearahnya sambil membawa 2 gelas
cup digenggamannya.

"Kakak boleh jawab pertanyaan kamu tentang ucapan kak mark?" tanya Jeno lalu menyeruput kopinya.

"Ya boleh lah, adek udah mikirin ini dari semalem tapi tetep ngga paha apa maksud omongan kal mark" jawab haechan sesekali meniup coklat panasnya.

"Kakak ngga tau pasti apa yang lagi abang rasain saat ini ke kamu, tapi kakak yakin abang punya niat baik dari setiap ucapannya"

"Dek, entah siapapun yang akan jadi pilihan kạmu buat jadi Pacar ataupun pendamping hidup nantinýa, kakak cuma berharap kamu bener-bener
bahagia"

"Selama ini kamu tau sendiri gimana sikap yang kakak tunjukin ke kamu, gimana protektif-nya kakak ke kamu,  kakak ngga pengen egois, kakak bener-bener ngga mau kalo sampe nyakitin kamu untuk kedua kalinya" ucap Jeno panjang lebar.

"Ini sebenarya kenapa sih, aku makin ngga paham kalo kak Jeno bertele-tele kaya gini" ucap haechan yang masih bingung.

"kakak sayang sama kamu, melebihi rasa sayang seorang kakak ke adiknya" jawab Jeno lagi.

"Kak Jeno jangan gitu bercandanya" ucap haechan sambil menatap Jeno kesal.

Haechan itu sudah frustasi dari semalam karena terus saja kepikiran omongan mark, walaupun mark sudah bilang bahwa dirinya hanya salah bicara, tapi haechan tetap saja memikirkan apa maksud dari ucapan kakaknya itu, dan mendengar ucapan Jeno tadi membuat haechan  sedikit kesal.

"kakak ngga pernah bercanda soal perasaan, apa yang lagi kamu denger saat ini itu murni apa yang lagi kakak rasain" jawab Jeno lagi.

"Tađinya kakak belum berani buat omongin semuanya ke kamu, tapi dari cerita kamu tentang ucapan
abang, itu ngga bisa buat kakak diem aja, kakak harus omongin ini apapun resikonya"

"kakak beneran suka sama kamu
bukan sebagai adik, tapi lebih" ucap Jeno sambil menundukkan kepalanya.

"ya tapi aku ngga bisa, kita kan kakak adek, kakak ngga mestinya punya rasa kaya gini ke aku" ucap haechan marah.

"Kamu bukan anak kandung papa sama bubu, semua îni bisa aja terjadi kalo kamu bisa nerima kenyataan ini dek" ucap Jeno lagi.

"Aku sayang kamu sebagai kakak aku ngga lebih, mungkin perkataan aku ini bisa buat kakak sakit hati dan kecewa tapi aku beneran ngga bisa
kak" ucap haechan  masih merasa kesal.

Haechan tak bisa berucap banyak untuk menjawab apapun yang sedang Jeno katakan saat ini, haechan tidak pernah berfikir kalau jeno menyayanginya lebih dari seorang adik.

"Kakak juga ngga ngarepin kamu juga suka sama kakak, kakak cuma pengen bilang ini semua supaya siapapun píilihan kamu nanti, kakak sudah pasti akan ikhlas" jawab jeno sambil menatap mata sayu haechan.

Jeno memang tak berharap banyak atas ungkapan perasaannya saat ini, Jeno benar-benar hanya ingin haechan tau tentang perasaannya selama ini, Jeno pun beberapa hari berfikir mengapa bisa dirinya punya perasaan semacam itu kepada adiknya sendiri, tapi Jeno juga bisa simpulkan dari sikap posesif nya selama ini adalah rasa sayang yang lebih dari seorang kakak.

Jeno bahkan tidak ingin hubungan antara dirinya dan juga haechan jadi renggang karena kejadian malam ini, tapi semuanya kembali lagi kepada haechan, dan Jeno tak bisa memaksakan hal itu.

Jeno masing bisa ingat dengan jelas bagaimana nasihat haechan waktu itu yang mengatakan bahwa Jeno tidak bisa terus menerus memaksakan kehendaknya kepada orang lain, makanya Jeno bisa berujar setulus ini ketika dapat kesempatan mengungkapkan isi hatinya itu.

"ayo pulang, bubu pasti nyariin kamu"

   Jeno kembali menaiki sepedanya dan mulai pergi meninggalkan taman itu dan diikuti oleh haechan.

  Sedangkan haechan bener-bener
bingung harus berbuat apa setelah
pengakuan besar Jeno tadi, haechan
hanya merasa sedikit sedih karena
membuat kakaknya kecewa, dan
malam itu haechan tak bisa tertidur
hingga pagi menjelang.

TBC 💚

Jangan lupa vote-nya 💚

_Must Choose_  ^•^ [END] ^•^Where stories live. Discover now