Tiga Puluh Sembilan

33.4K 4.8K 284
                                    

Asupan buat sarapan yaaa
Happy reading

Maksud Nada, ia ingin menjalani hari-hari sebagaimana karyawan biasa pada umumnya. Masa lalunya dengan Aksa hanya akan membuat banyak orang ingin tahu mengenai dirinya. Dan itu artinya, ia bisa saja kembali menjadi pusat perbincangan. Bisik-bisik mengenai pernikahan mereka dan keingintahuan orang-orang hanya 'kan membuat boomerang dalam hari-harinya.

"Aku masih suka jadi bayangan, Mas," senyum tipis terpatri di wajah Nada. "Ngebiarin orang-orang tahu kalau aku adalah mantan istri kamu, rasanya aku nggak siap. Aku masih nggak kuat terpercik ketenaran kamu, Mas," ia uraikan gundahnya sambil tertawa. Menutupi kemelut resah yang sebenarnya terus saja menyiksa. "Sebenarnya, itulah kekhawatiran terbesarku sewaktu menimbang tawaran pekerjaan dari kamu," akunya jujur.

"Kamu nggak mau orang-orang tahu tentang kita?" Aksa membasahi bibirnya. Menatap sendu paras wanita yang menurutnya adalah bidadari terindah yang pernah ia jumpai. Bahkan rasanya, Aksa jauh mencintai Nada daripada ibunya. Dia jelas anak durhaka. Tetapi rupanya, ia juga menjadi suami yang tak berguna. "Kamu nggak mau orang-orang tahu kalau kita pernah menikah?"

Nada mengangguk membenarkan. Ia tarik napasnya dalam-dalam, sembari menyentuh permukaan gelas jus miliknya yang dingin. "Ini juga untuk kebaikan kita 'kan, Mas?" ia membalas tatapan yang terus disematkan Aksa untuknya. "Karena selama ini, yang orang-orang tahu kamu menikahi anak seorang politikus. Dan mantan istri kamu juga seorang politisi. Mereka pasti terkejut kalau tahu, jauh sebelum kamu menikahinya, kamu pernah menikahi aku," tak ada kepedihan. Nada telah mengikhlaskan segala yang tertinggal di belakang. "Masalahnya, orang-orang akan sibuk membandingkan. Kamu bisa dinilai payah, bila orang-orang tahu tentang pernikahan kita dulu."

"Aku nggak peduli, Nad," bantah Aksa tegas.

"Aku tahu, Mas," sambar Nada dengan gesture santai. "Kamu memang nggak pernah peduli sama penilaian orang. Tapi, gimana sama aku, Mas?" Nada embuskan napas lelah. "Gimana aku harus ngejalani hari-hariku ke depannya? Kalau nantinya kita jadi bekerja di satu kantor yang sama, mungkin pegawai lain nggak akan berani bertanya macam-macam sama kamu. Tapi gimana sama aku, Mas? Gimana aku bisa mengatasinya?"

Saat bekerja dulu saja, Nada cukup sulit menghalau orang-orang yang memandang rendah statusnya sebagai janda. Padahal, ia tidak pernah melakukan apa-apa. Dan bila nanti ia benar-benar bekerja di tempat yang sama dengan Aksa, lalu orang-orang mengetahui bahwa mereka pernah menikah. Nada tidak bisa membayangkan bagaimana respon karyawan lain tentangnya. Ia akan kembali dipandang remeh. Orang-orang akan mengejeknya. Membandingkan dirinya yang tak memiliki satu pun hal yang bisa dibanggakan, dengan seorang penuh prestasi seperti Anyelir Pratista.

"Aku memang udah setua ini, Mas. Aku juga ibu dari dua orang remaja. Tapi, perasaan rendah diri itu masih ada," senyumnya memang tercetak namun sendu mulai membayangi netra. Ia harap Aksa mengerti maksud perkataannya. "Biarin aku ngejalani hari-hari seperti biasa, ya, Mas? Tanpa embel-embel mantan istri kamu aja, statusku sebagai janda udah cukup bikin aku terkenal kok," ia coba berkelakar. "Jadi, bisa aku minta tolong buat sembunyikan masa lalu kita 'kan, Mas?" pintanya sekali lagi.

Aksa tak langsung memberi tanggapan. Sebagai gantinya, ia singkirkan minumannya ke tengah. Melipat kedua lengannya di atas meja, ia tatap Senada Anulika tanpa berkedip. Sebelum kemudian otaknya menemukan satu celah untuk berdiskusi. Buat sudut-sudut bibirnya terangkat tinggi. Sepertinya, ia menemukan sebuah jalan yang dapat menguntungkannya. "Oke," desahnya panjang. Senyumnya membelah makin lebar. Pendar matanya berubah hidup. "Tapi, aku punya permintaan," ia kulum bibirnya dengan sorot penuh makna.

"Aku takut sama ekspresi kamu," cetus Nada mengenali raut wajah itu. "Senyum kamu itu manipulative banget. Mirip sama senyumnya Adek kalau lagi ngerencanain hal-hal jahat."

Aksara SenadaWhere stories live. Discover now