Empat Puluh Satu

34.2K 5.4K 287
                                    

Yuk, mari ketemu sama Pak Duda yg dikelilingi janda-janda akibat ulahnya wkwkwk

Sejak pertama kali mengetahui bahwa Aksa adalah anak dari Yashinta Gusta Hamdzah, Nada tahu betul, hidup laki-laki itu pasti dikelilingi oleh orang-orang penting di sekitarnya. Memiliki ayah seorang anggota dewan, dan seorang ibu yang memiliki yayasan penting dalam melindungi hak-hak perempuan. Aksa jelas bukanlah teman sekelas yang bisa didekati. Latar belakang yang dimiliki laki-laki itu sudah luar biasa.

Namun, siapa yang akan menyangka, justru Aksa lah yang terus menerus mengajaknya berinteraksi. Dari sekadar bertanya jadwal dosen atau mata kuliah. Hingga basa-basi yang sebenarnya teramat basi waktu itu. Aksa terus berada di sekitarnya.

Dan hari ini, realita kembali menghampiri.

Dunia Aksa dan semesta mungil milik Nada, benar-benar berbeda.

Aksa dikenali banyak menteri dan petinggi negeri ini.

Berbekal latar belakang sebagai anak dari salah satu petinggi partai, juga pernah menjadi menantu salah seorang menteri, Aksa tampak cemerlang walau hanya dalam balutan t-shirt putih dan celana jeans biru gelap. Di acara yang seharusnya menampilkan para tamu berbalut busana muslim, atau paling tidak rapi, mereka berdua memperlihatkan kesan santai yang salah tempat.

Tetapi Aksa tak memiliki kadar malu sedikit pun. Buktinya, laki-laki itu berjalan penuh percaya diri sembari terus menggenggam tangan Nada. Bahkan, saat akhirnya Aksa mengajaknya bertemu dengan Rangkuti Malik—si pemilik acara juga mantan mertuanya—laki-laki tersebut tampak begitu santai. Namun saat berbicara dengan si pemilik acara, tak ada kesan ramah dari nada bicaranya. Membuat Nada terus bertanya-tanya. Sebenarnya, ada apa di antara mereka?

"Anak-anak nggak perlu di jemput, Mas," Nada akhirnya mulai membuka suara setelah sedari tadi ia memilih diam. "Kita perlu bicara," wajah muramnya yang menatap jalanan, kini ia alihkan pada pria yang tengah melajukan kemudi di sebelahnya. "Aku perlu tahu, apa yang sebenarnya terjadi dulu," ujarnya mantap. Menilik betapa kerasnya ekspresi pria itu ketika berhadapan dengan Anyelir juga Rangkuti Malik, Nada yakin mereka sedang bersitegang. "Apa yang terjadi di masa lalu, sampai-sampai kamu harus ngorbanin aku dan anak-anak? Apa yang sebenarnya kalian lakukan dengan hidup kami?" sambil menutup rapat bibirnya demi menekan sesak, tak lupa ia erat kedua tangan yang berada di pangkuan. "Aku harus tahu, Mas. Karena ini juga menyangkut hidupku sama anak-anak."

"Kalau yang kamu khawatirkan itu Anyelir, aku berani bersumpah, kalau dia nggak akan pernah lagi gangguin anak-anak," sahut Aksa sambil membagi konsentrasi menyetirnya.

"Aku nggak penasaran sama masa depan yang kelak bakal kita jalani, Mas. Yang aku tanyakan itu, masa lalu yang kayaknya sengaja kamu tutupi dari aku."

Lebih baik bagi Nada, menerima kenyataan bila Aksa benar-benar meninggalkannya karena pria itu berselingkuh. Atau paling tidak, biarkan ia mendengar bahwa pria tersebut tak lagi menaruh cinta untuknya. Lalu menemukan orang lain yang membuatnya merasa hidup. Demi Tuhan, Nada tidak masalah bila itulah alasan yang sesungguhnya.

"Fakta mengenai Adiva yang ternyata bukan anak kamu aja, masih jadi tanda tanya buat aku, Mas. Dan aku yakin, masih banyak hal yang kalian sembunyikan, bukan?"

Sebab sejak pertama kali Aksa mengatakan ingin menceraikannya, yang Nada dengar dari bibir pria tersebut adalah bahwa semua itu dilakukan untuk kebaikannya dan juga anak-anak. Aksa tidak pernah menjelaskan alasan yang sebenarnya. Dan sekarang, Nada ingin mendengar semua.

"Sebenarnya, ada apa sih, Mas?"

Pertemuannya dengan Anyelir Pratista tadi, begitu membekas. Tatap kebencian yang dilayangkan wanita itu untuknya jelas-jelas tak beralasan. Bila memang harus ada yang dibenci di sini, tentulah Anyelir yang pantas mendapatkannya. Karena Nada bisa saja beranggapan, bahwa wanita tersebutlah yang merebut Aksa darinya juga anak-anak mereka. Sebab tak lama berselang dari perceraian itu, Anyelir datang memamerkan pernikahannya dengan Aksa. Tak lupa, seberkas pengumuman mengenai janin yang saat itu sudah tumbuh di rahimnya.

Aksara SenadaWhere stories live. Discover now