Chapter 46 : Tanggungjawab dan Bangunan Tua

28 8 2
                                    

Beberapa hari kemudian, Kota Mangkasara, Kadipaten Tarang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Beberapa hari kemudian, Kota Mangkasara, Kadipaten Tarang.

Suasana kota begitu ramai. Tepat di hari perayaan sekitar, semua warga mengenakan busana berwarna biru. Beberapa bangunan yang merupakan pasar terbesar di sana pun diberi warna biru. Hari tersebut merupakan hari peringatan mengenai legenda Sura Utara. Ratusan tahun silam, kota tersebut dikepung oleh ribuan Makhluk Hitam.

Kegelapan menyelimuti langit, tak mengizinkan sang surya menyorotkan sinarnya. Hingga kemudian, sang ksatria legendaris Manunggal muncul menunggangi Sura Utara. Sang harimau putih bersayap burung tersebut mengaum, mengusir para Makhluk Hitam dan membuat awan gelap menjauh - menyisakan birunya langit.

Berbeda dari beberapa kota di Tarang yang memiliki bangunan beton dan kaca meski secuil, seluruh bangunan di Kota Mangkasara menggunakan batu rapi yang disusun nan kokoh. Sekali pun teknologi jaman telah maju, masyarakat di sana lebih memilih tinggal di kota dengan panorama alami. Mentoknya, mereka hanya menggunakan cairan perekat buatan Kadipaten Senlin guna merekatkan tumpukan batu bangunan.

Hanya Ni'mal dan Lastri yang mengenakan busana warna lain - berbeda dari masyarakat sekitar. Mereka berdua berjalan di ramainya kota. Ni'mal dengan jaket hitam merah, dan Lastri dalam balutan kemeja hijau muda lengan panjang. Kebahagiaan terpancar dari wajah Ni'mal, begitu pula Lastri yang tersenyum sekadarnya - menyembunyikan kebahagiaan.

Keduanya terus melangkah perlahan menikmati suasana kota tanpa polusi, sampai sebelum mata beriris coklat Ni'mal tertuju pada pedagang kaki lima penjual ikan bakar. Tak seperti warga Nusantara yang menggunakan ikan sebagai lauk, di daerah tersebut hewan hasil laut tersebut dijual sebagai sate tusuk - pengganti camilan.

Merasa agak lapar, Ni'mal memesan dua tusuk ikan bakar sebelum lanjut berkeliling bersama Lastri. Lolos dalam berbagai tahap Sayembara Manunggal membuatnya mampu membeli beberapa ton makanan jika ia mau.

Baru Lima langkah mereka lanjut berjalan, sesosok kucing putih kecil melesat cepat menerjang ikan bakar di tangan Lastri.

"Kyaaa!" Lastri menjerit kaget.

Mata Ni'mal sontak tertuju kepada si kucing putih yang berlari cukup kencang. Kucing itu punya tekanan magis? Jangan-jangan makhluk jadi-jadian! terkanya teringat kepada Anjali - gadis siluman yang ia lawan di salah satu gunung Sunyoto. "Lastri, tolong tunggu di sini," pintanya melesat cepat mengejar si kucing putih.

"M-Mas!" Terlambat. Pemuda yang Lastri panggil sudah menjauh dalam sekejap.

***

Kantor lama Tumenggung Kadipaten Tarang, Kadipaten Tarang.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kisah Negeri Manunggal : Titisan Iblis dan Kujang LudiraWhere stories live. Discover now