Chapter 66 : Pagelaran Utama Yang Sebenarnya!

18 7 0
                                    

Beberapa saat lalu, Hutan area pertambangan Pagelaran Utama Sayembara Manunggal.

Sorot laser panas penghancur milik Santo membakar sebagian besar hutan. Tanah yang terkena semburan barusan pun hancur jadi serupa kawah raksasa. Debu nan mengepul di sekitar membuat pemuda berambut merah jabrik tak dapat melihat sasarannya. Mustahil! Walau aku tak bisa melihatnya, tapi aku yakin dia masih hidup setelah menerima serangan seperti itu!

Bunyi hidung yang mengendus membuat Santo menoleh ke belakang. Benar saja, Ni'mal melayang tepat di belakangnya. "Aku mencium aroma ketakutan darimu, Nak!" serunya berputar di udara lantas melayangkan tendangan samping ke kepala belakang Santo. Arah serangannya yang dari atas ke bawah membuat pemuda berkulit hitam besi itu meluncur cepat ke permukaan bumi.

Blaaaammm!

Santo tak lagi dapat bergerak. Saraf yang tersambung ke kedua kaki robotnya mati rasa. Napasnya pun melemah seiring kesadaran akal yang mulai memudar.

Tap!

Ni'mal mendarat lirih tepat di depan wajahnya. Pemuda berjaket hitam merah tersebut menyeringai memandang lawan yang tak berkutik lagi. "Batu keramat merah yang ada di dalam tubuhmu itu masih bergejolak kuat. Tapi sayang, kau tak bisa menggunakannya dengan baik." Ni'mal berlutut satu kaki, menjambak rambut jabrik lawan dan mengangkatnya. "Apa kau tahu kenapa?"

Santo terdiam memendam kebencian mendalam. Salah bicara, ia bisa meregang nyawa. Bedebah!

"Aliran kanuragan dalam dirimu sudah mengalir dari atas ke bawah, sama sepertiku. Yang membuatmu tak bisa memanfaatkannya adalah ... karena dirimu sendiri yang menutup diri dari kekuatanmu!" ungkap Ni'mal bangkit dan mengayun kaki bagaikan menendang bola.

Blaaaak!

Tepat saat tubuhnya terombang-ambing di awang-awang, Santo berteriak dengan tenaga yang tersisa, "Aku menyerah!"

Cwuuuzz!

Kerumunan drone di angkasa menembak Santo - memindahkannya kembali ke Stadion Pagelaran Utama Sayembara Manunggal, Kadipaten Tarang.

Paham bahwa lawannya menyerah, Ni'mal mendongak menatap ratusan drone. "Peradaban kalian para manusia telah berkembang pesat, ya? Tapi sepertinya ... angkara murka dan kekejian tetap menguasai negeri ini." Ia menyibak rambut tebalnya. "Itu sebabnya, aku yang akan jadi kejahatan utama yang menundukkan kalian semua! Kyaahahahah!"

***

Kota Selatan Kadipaten Pancer.

Mayat-mayat PM bergelimpangan di tepi jalan raya. Belasan bangkai mobil pun tergeletak acak di sekitar kota. Bangunan beton bernuansa adat Jawa pun tak luput dari kehancuran yang melanda.

Tiga orang pria kekar berlari terengah-engah dari kejaran monster mirip serigala hitam. Sosok monster hitam pekat yang terbuat dari bayangan itu berlari mengincar manusia yang ia temui, termasuk orang-orang kekar bertato yang sedang diburunya kali ini.

Dlap!

Cepot melompat turun dari atas pohon besar pinggir jalan raya. Ia mencegat tiga preman yang tengah berlari tergesa guna menyelamatkan nyawa. "Wah, wah, wah, sudah lama aku tak panggil anjing-anjing bayangan ini. Tapi sepertinya, satu ekor dari mereka sudah cukup buat preman kampung bertenaga dalam lari tunggang langgang."

Mereka bertiga berhenti. Salah satu di tengah menghadap Cepot, sementara dua lain balik badan - waspada terhadap sosok serigala hitam bayangan. "B-boss! Bagaimana ini!" celetuk salah satu preman.

Pria gondrong paling kekar menyahut, "Siaga di tempat! Hati-hati serangan da-"

"Grrrraaaaargh!" Sang serigala bayangan tenggelam ke dalam bayangannya sendiri sebelum kemudian melesat keluar dari bayangan si preman paling kekar. Makhluk beringas itu mencakar dua preman di sisi kanan-kiri, lanjut mendarat di depan Cepot sembari menjilati darah di kukunya.

Kisah Negeri Manunggal : Titisan Iblis dan Kujang LudiraWhere stories live. Discover now