Chapter 61 : Memanasnya Pertempuran

23 9 0
                                    

Beberapa menit sebelum Adnan dan Athar bertemu Raden Irawan.

Sang Putra Mahkota meregangkan rahang atas-bawah sang naga es. "Yin si pendekar terkuat Padepokan Naga Dharma. Kalau aku menang, bagaimana kalau kau serahkan Pedang Keramat Manunggal di tanganmu itu?"

Pyaaaarr!

Raden Irawan mematahkan rahang atas dan bawah sang naga, lantas melompat ke bawah sambil mengibaskan golok di tangan. Aura kehijauan sempat mengalir ke pusakanya.

Swiiing!

Yin melompat menghindari tebasan jarak jauh yang dilakukan Raden Irawan. Ia membiarkan tubuh naga es miliknya terpotong jadi dua bagian. "Tapi kau juga harus menyerahkan singgasanamu kalau kalah!" serunya balas menyerang dengan tebasan jarak jauh.

Sruuusss!

Serangan Yin yang mendarat di tanah, membekukan permukaan bumi dalam radius 15 meter persegi. Ia gagal mengenai lawan sebab Raden Irawan mengelak lebih dulu.

Pria berkumis tipis tersenyum kecil. "Kau tanpa pedangmu, hanya pria gondrong biasa!" ledeknya memusatkan aura kehijauan ke tinju kiri.

Yin menyelimuti tangan kanannya dengan bongkahan es. "Benarkah?" Ia bungkuk, siap melesat menyerang. "Putra Mahkota cadangan ini banyak cincong juga, ya!"

Blaaaaammm!

Tinju keduanya berbenturan. Mereka terpental ke arah berlawanan sebab tekanan sukma yang sama-sama besarnya. Berbeda dari Yin yang terpelanting, Raden Irawan dapat memulihkan keseimbangan di awang-awang berkat kemampuannya memanipulasi angin.

Golok tajamnya erat digenggam di tangan kanan. Tekanan sukmanya besar. Tak heran ayah menawarinya jadi petinggi SM Pancer, pikirnya kagum sambil terus melayang mundur di udara.

Blaaaaammm!

Bola api besar melesat dari langit, menghantam badan Yin. Pria berkumis tipis mendongak ke atas. Ia menjumpai Agni yang siap meluncurkan serangan bertubi-tubi kepada pria gondrong bergolok es besar.

"Hmmph!" Pria bersyal merah menahan tawa. Siapa sangka lawannya direbut oleh gadis pengendali api. Setelah dirinya melalui puluhan meter, ia balik badan kemudian lanjut terbang - seolah memerintah angin sekitar tuk membuatnya melesat di udara.

Wajahnya berganti penasaran saat merasakan keberadaan dua tekanan energi sukma setara SM tingkat tinggi. "Ho, mereka berdua di sana," gumamnya mempercepat laju terbang.

***

Dari balik topeng Arjuna Merah, Ni'mal memandang kawah kecil yang tampak di hadapannya - bekas dari serangan dahsyat yang Santo tembakkan. "Kau pikir kau bisa membunuhku dengan mesin sampahmu itu?"

Blarr! Blarr! Blaarr!

Tiga buah bola proyektil merah melesat dari sisi kanan Ni'mal, dihancurkan dalam satu kali ayunan tangan. "Jadi begini cara bertarungmu?"

Kali ini, tiga buah granad terlontar dari semak belukar. Salah satunya berwarna biru, sementara dua lainnya berwarna merah. Bom biru meledak lebih dahulu, flash granade yang menyilaukan mata. Sementara dua yang lain meledak layaknya bom biasa.

Bwaammm!

Asap dan debu beterbangan di sekitar lokasi yang terkena bom. Sementara pepohonan di sekitar Ni'mal langsung tumbang akibat ledakan barusan.

Drap! Drap! Drap!

Santo melesat keluar dari bayang pepohonan. Tangan kanan berselongsong meriamnya memancarkan sinar merah bagai pedang laser sepanjang satu meter. "Mati kau!"

Kisah Negeri Manunggal : Titisan Iblis dan Kujang LudiraWhere stories live. Discover now