Chapter 60 : Tahap Akhir Sayembara Manunggal (Bag. 2)

28 8 3
                                    

Arena Pagelaran Utama Sayembara Manunggal, Kadipaten Tarang.

Prabu Cakrabumi dan para tetua Manunggal duduk menatap layar hologram lebar yang terpampang di tengah lapangan. Di hologram yang terpancar oleh proyektor canggih, terlihat Ni'mal dan para peserta sayembara telah berpindah tempat.

Daniel Menantu bicara menggunakan mic, "Pemirsa sekalian! Para peserta sudah berpindah ke Wilayah Arsir yang ditentukan! Tidak ada peraturan pasti di sini. Semua saling bertarung sampai tersisa satu penyintas!" Sang komentator menatap layar hologram yang menampilkan Ni'mal yang tengah bertemu dengan Raden Irawan.

Ia lanjut menjelaskan, "Jika ada yang ingin menyerah, maka para peserta hanya harus meneriakkan kata menyerah! Maka para tetua Manunggal akan memindahkan mereka kemari!"

Pria gondrong kekar nan tegap di samping sang raja menoleh pada pria bermahkota. "Apa perlu hamba pergi menyusul sekarang?"

"Biarkan dulu. Aku ingin lihat kemajuan putraku," sahut sang raja lirih.

***

12 jam sebelumnya, Ruang makan, Penginapan di Kadipaten Tarang.

Srikandi, Puspa, Agni, Puspa, Raden Irawan, Athar, dan Adnan, duduk saling menghadap meja kayu bekas makan malam. Sang Putra Mahkota membuka obrolan, "Aku sengaja mengumpulkan kalian di sini, karena kalian yang punya potensi memenangkan sayembara."

Athar mengernyitkan dahi. "Mana mungkin! Selain Agni dan Srikandi, tidak ada yang bisa atur jarak lawan kak Ni'mal!"

Raden Irawan tersenyum kecil. "Maksudku, jika tidak ada dia," ujarnya meluruskan. "

Srikandi bersedekap usai buang napas. "Yang Mulia, sampaikan saja maksudmu langsung. Aku ingin tidur cepat untuk besok."

Adnan menambah, "Raden Armi juga tadi sudah bilang soal rencana yang harus kita lakukan besok, kan?"

Pria berkumis tipis memasang raut serius. "Sebagai utusan Keraton Utama Pancer, aku harap kita semua tetap bertarung sungguh-sungguh. Maksudku, jangan sampai demi mengantisipasi amukan Arjuna Merah kalian langsung saling menyerah saat bertemu."

Agni angkat tangan. "Tidak berlaku untukku," ucapnya sambil mengunyah rendang daging Kapri. Kalimat Agni membuat semua mata menatapnya kaget.

Adnan protes lebih dulu, "Heh, rakus! Apa maksudmu!"

"Raden Armi bilang, kalau kita harus simpan tenaga kalau-kalau kak Ni'mal mengamuk. Tapi, kalau kita bisa lumpuhkan dia sebelum dia mengamuk, kita tak perlu repot-repot, kan?" jelas gadis pengendali api.

"Pendapatmu masuk akal." Raden Irawan mengangguk lirih. "Tapi Raden Armi biasanya memerintahkan sesuatu karena beliau mendapat gambaran mengenai kejadian yang ada di masa depan. Benar?"

Athar berdengus. "Sudahlah, kita lakukan sesuai perintah Raden Armi saja!"

Usai memandang sorot mata Agni, Srikandi menatap ke depan. "Mari utarakan tujuan utama kita ingin mengikuti sayembara ini. Masing-masing pasti punya alasan ingin memenangkan sayembara ini, kan?" Ia angkat tangan kanan. "Aku ditugaskan Sura Selatan untuk menjaga Ni'mal, agar bocah itu tidak lepas kendali."

Adnan Katingga angkat tangan. "Aku ingin diangkat oleh Keraton Pancer sebagai orang istimewa yang diizinkan menyelidiki sisi gelap para Tumenggung di Manunggal, terutama para petinggi Senlin."

Kali ini Puspa angkat suara, "Meski Raden Armi dan kakek menyuruhku ikut, tapi aku memang punya tekad sendiri. Aku ingin melihat sejauh mana kemampuanku."

Athar terpaksa angkat tangan setelah Adnan menyenggol lengannya. "A-aku, aku hanya menuruti permintaan Raden Armi."

Agni menahan tawa sambil bergumam, "Cih, dasar tak berpendirian! Gak independen!"

Kisah Negeri Manunggal : Titisan Iblis dan Kujang LudiraWhere stories live. Discover now