Retrograde

12 4 0
                                    

Tengah malam.

Lelaki bertopi hitam diketahui setia memantau keadaan di luar ruangan dari kejauhan beberapa jam lalu akhirnya berhasil masuk ke ruangan ICU, yang sunyi sepi.

Setelah lima hari mengalami tidur panjang, masuk hari keenam, jari telunjuk Ayra bergerak pelan.

Lamat-lamat perempuan berwajah pucat itu membuka kelopak mata. Ayra menatap plafon bersih di atasnya dengan tatapan kosong.

"Akhirnya kamu sadar," lega lelaki itu.

Perhatian Ayra terpusat kepada suara berat di sampingnya. Seorang lelaki asing melempar seutas senyum.

Ayra membuka sedikit mulutnya yang terasa kaku mencoba mengatakan sesuatu, namun lelaki itu segera menyimpan telunjuk jarinya di bibir.

"Sssst!" pelan lelaki itu mengeluarkan suara desisan.

Lelaki itu mengambil duduk di samping badan Ayra, menatap rindu manik jernih perempuan yang hebat masih hidup setelah kecelakaan.

"Aku merindukanmu, sekian lama kita terpisah jarak," ungkap lelaki itu bernada sendu.

Ayra masih diam, menatap bingung lelaki di hadapannya.

"Aku, Diego, tunanganmu, Ayra,"

"Tu--nangan?" ulang Ayra terpatah.

"Tepat. Kita adalah sepasang kekasih yang terpaksa saling meninggalkan di tengah jalan," sambung Diego.

Diego meraih tangan kanan Ayra, mengelus punggung tangan halus itu secara perlahan dan menjatuhkan kecupan. Diperlakukan seperti itu, Ayra tak bergeming.

"Kamu sudah menikah dengan orang lain yang terang-terangan merebut dirimu dariku," lanjut Diego lalu mengelus-elus punggung tangan Ayra.

Mata Ayra menyipit, belum mengerti dengan semua ucapan lelaki ini.

"Kujelaskan padamu. Kamu tahu mengapa dirimu bisa ada di sini?" tanya Diego.

Ayra menggelengkan kepala dengan gerakan lambat karena kepalanya sakit saat digerakkan.

"Kamu kecelakaan, itu gara-gara dikejar oleh orang-orang suruhan suamimu," fitnah Diego.

Kembali diam seribu bahasa dalam kekakuan. Ayra bernafas teratur seperti tidak terkejut sama sekali.

"Suamimu mengirim beberapa orang bayaran untuk mengintai ke mana pun kamu pergi. Dia tidak terima jika kamu berdekatan dan suka bertemu denganku. Pagi lalu, kita sempat melakukan janji temu di sebuah tempat yang kita pilih, sayangnya saat di jalan raya, belum sempat kita melepas rindu. kamu harus bertemu musibah ulah suamimu yang egois mementingkan dirinya sendiri. Kamu jadi harus berada di rumah sakit ini dengan berbagai alat bantu penghidupan," cerita Diego.

"S-suami? Ka--kapan aku menikah?" tanya Ayra memaksakan mulut berbicara.

"Cukup lama. Lihat, cincin berlian di jari manismu, dengan bandul putih ini, bukti kamu sudah menikah dengannya," kata Diego mengangkat pelan tangan Ayra.

Mata madu Ayra terpaku pada cincin indah di jarinya. Diego tersenyum devil.

"Dalang penyebab dibalik dirimu seperti ini adalah suami dan mertuamu sendiri yang ingin menyingkirkan, mu. Sebagai tunanganmu yang tersisihkan, aku tidak akan menyerah demi mendapatkanmu seutuhnya kembali padaku, kita akan menikah, bagaimana pun caranya. Aku menyayangimu, sangat mencintaimu, Ayra ..." lanjut Diego mengutarakan perasaan palsunya.

Reaksi bingung Ayra membuat Diego dongkol setengah mati. Berbicara dengan orang baru bangun dari koma tak jauh ibarat berbicara dengan tembok.

"Ayra, kamu tidak benci pada suamimu? Pertama, dia merusak hubungan kita. Kedua, dia tega melukaimu bahkan tega tidak menunggumu sampai siuman di sini. Di mana kamu menyembunyikan emosimu menghadapi orang tidak tahu diri seperti dia? Aku yang tunanganmu saja sangat marah atas ulahnya yang membahayakan nyawamu. Lihat jugalah pasien di seberang sisimu itu, dia adalah temanmu yang satu mobil denganmu hingga dilarikan ke rumah sakit. Selain mengorbankan dirimu, suamimu juga tak pandang bulu mencelakai temanmu, tidakkah kamu marah padanya?" celoteh Diego mempengaruhi isi kepala Ayra yang nampak kembali ke setelan pabrik.

Karenamu (End) tahap revisiWhere stories live. Discover now