Mengungkap kebusukan

9 4 0
                                    

"Perhiasan mama hilang? Aku enggak salah dengar? Tolong jangan membuat kehebohan kedua kalinya malam-malam begini Ma,"

"Sungguh, perhiasan mama hilang Revan!"

Keributan di depan pintu kamar menarik atensi perempuan yang baru saja menata bantal. Ayra  menurunkan sepasang kaki tak beralas, berjalan mendekati suaminya.

"Ada apa, Mas?" tanya Ayra menyentuh pelan punggung Revan.

"Ini Ay, katanya, Mama kehilangan perhiasan," beritahu Revan sembari melingkarkan tangan di pinggang ramping istri.

Melihat pembantu lupa daratan di perlakukan manis oleh Revan, Rere bergerak maju siap menyerang Ayra. Tetapi segera di halangi tubuh tegap Revan sebagai tameng pelindung hingga dalam sekejap Ayra sudah ada di belakangnya.

"Minggir Revan! Pembantu genit itu sudah mulai ngelunjak di depan mama!" racau Rere.

"Mama enggak ada hak untuk menyakiti Ayra terus-menerus, aku sudah mengetahui kebusukan apa yang mama perbuat  dengan Tasya dan Ale lakukan kepada Ayra. Diam-diam kalian bertiga sekongkol di belakangku ingin menghabisi istriku, menantu mama sendiri yang tidak melakukan kesalahan apa pun pada kalian. Apa perlu aku memberi pelajaran pada kalian agar jera tidak berbuat semena-mena? Apa perlu aku melakukannya sampai hati supaya mama sadar dari kebutaan hati karena tertutupi kebencian?" sergah Revan menahan tangan Rere yang tadinya ingin menggampar Ayra.

"Mama pasti enggak percaya kalau aku beri tahu dari mana aku bisa mengatahui segalanya, bukan Ayra yang mengadu padaku, tapi cctv yang aku terapkan di rumah ini tanpa mama sadari jelas bukti kuat kalau mama memang berniat merusak mental istriku! Tapi, sebelum kalian mengadakan pesta meriah atas niat busuk kalian, dengan sangat menyesal aku ucapkan ... selamat ... mama gagal menjatuhkan Ayra," lanjut Revan dengan rahang mengetat menahan luapan emosi di dalam dada.

Rere menarik kasar tangannya, hidungnya kembang-kempis karena gejolak amarah mendidih mengalir di dalam darah. Serangan Revan yang langsung pada intinya membuat Rere tercekat tak mampu mengelak.

"Perhiasan? Mama mencari perhiasan dan menanyakan pada kita berdua, sepertinya ada kesalahan dalam berencana hendak menjebak istriku. Silakan masuk ke dalam dan cari perhiasan mama yang hilang atau perlu geledah isi kamar kita," sindir Revan membawa Ayra ke luar dari kamar, memberi akses selebar-lebarnya untuk mamanya yang licik memasuki ruangan.

"Jangan kurang ajar Revan," geram Rere.

"Siapa yang kurang ajar Ma? Aku hanya mempersilakan mama mencari barang yang hilang, jika sampai tidak ketemu oleh ku, yang ada mama menuduh macam-macam pada kita berdua, iya'kan, Ay?" balas Revan tak mau kalah.

Ini namanya senjata makan tuan. Rere yang menaruh kotak beludru itu sekarang ditemukan dengan sangat mudah olehnya.

Menyambut mamanya ke luar dari  kamar memasang wajah keruh, Revan tersenyum mengejek dengan belah tangan di masukkan kesaku celana, satu tangan lainnya memeluk pinggang Ayra.

"Cek isinya Ma, takutnya kurang satu biji biar nanti enggak balik lagi ke sini," kelakar Revan.

Rere meremas kotak di tangannya, malu setengah mati di permalukan putranya di hadapan pembantu rendahan itu.

"Selamat malam Ma," ucap Ayra dengan pelan saat Rere berlalu tanpa kata.

"Dugaanku enggak salah-salah amat, ternyata mama berniat jebak kamu, Ay. Kasihan banget sih, istrinya, Mas, di musuhi sana-sini, tapi, kamu jangan sedih, ada aku di samping kamu buat melawan orang-orang tidak baik seperti mereka,"

Didekapnya Ayra penuh kasih sayang. Revan tidak menuntut istrinya untuk melawan atau membalas perbuatan buruk siapa pun itu, karena yakin, suatu saat nanti Ayra bisa menjaga diri dan tumbuh memiliki keberanian sepertinya.

Karenamu (End) tahap revisiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora