Penangkapan Alesya dan Diego

10 4 0
                                    

Revan mengajukan tes kehamilan, apakah Alesya mengandung anak Diego, apa tidak.

"Bagaimana hasilnya Dok?" tanya Revan.

Dokter wanita tersenyum lebar sambil menyerahkan tespack.

"Selamat, Mas, istrinya positif hamil," ucap Dokter.

Revan mengangguk, menerima benda tersebut. Rere dan Sinta mendengar kebenaran itu seketika tersambar petir, terkulai lemas tidak menyangka.

"Terima kasih, Dok," kata Revan.

Dokter manggut dalam kebingungan melihat dua wanita pingsan di lantai entah kenapa, dan bingung dengan calon ayah satu ini yang ...

"Enggak apa-apa, Dok, biasa ... mereka terlalu senang dapat kabar bahagia ini, maklum," ringis Revan.

"Baik, permisi."

Diego mendengus kesal di bawah kendali Revan. Lelaki tiada akhlak itu santai-santai duduk di atas punggungnya.

"Minggir!" erang Diego.

Pletak!

Kepala Diego digetok tespack oleh Revan.

"Aku bisa saja mematahkan satu tanganmu sebagai ganti rugi sudah mencelakai istriku, namun aku tidak melakukannya karena kasihan padamu. Aku punya ide cemerlang untuk menghukum seorang pelakor dan seorang mantan untuk menebus kesalahan masing-masing perbuatan buruk kalian," tutur Revan.

"Cuih, seorang Aglar ternyata payah takut mengambil resiko," ejek Diego semakin pasrah dijadikan tempat duduk oleh Revan.

"Berhenti memancing amarahku, pecundang!" ketus Revan seraya bangkit.

Mengambil kesempatan, Diego membalikkan tubuh siap menyerang balik tetapi kaki Revan segera menginjak kuat lengan Diego.

"Argh!" erang Diego susah payah menarik lengannya.

"Aku berbaik padamu memberi keringanan, tapi kelihatannya kau memang mengharap sisi kejamku," tekan Revan.

"He--hentikan!" teriak Diego, kesakitan.

Krek!

"Aaa!"

Teriakan Diego memenuhi penjuru suram ruangan Alesya, ketika Revan dengan sengaja menekan remuk lengan kanannya.

Cklek!

Pintu kamar mandi terbuka menampilkan sosok Alesya yang sangat berantakan.

"Kembali ke tempat tidurmu," suruh Revan.

Alesya menggeleng keras, maju selangkah menabrak dada bidang Revan, mendekap erat orang paling dicintainya.

"Aku minta maaf, Revan, aku akui aku salah! Aku penyebab Ayra masuk rumah sakit, tapi tolong ... jangan menjauh dariku! Aku mencintaimu, aku takkan sanggup!" rintihan Alesya bagai angin lalu di pendengaran Revan.

"Jangan menambah minyak ke dalam api yang hampir padam, cepat tidur!" muak Revan menarik bahu Alesya dan menghempasnya.

***

Paginya. Revan menyerahkan sebuah amplop ke tangan Gumolo.

"Tespack?" gumam Gumolo setelah membuka amplop putih dan isinya benda itu.

"Putri, Om, dinyatakan positif hamil oleh dokter kemarin malam," lapor Revan.

"Tidak mungkin putri saya mengandung! Alesya masih sendiri belum menikah! Mana mungkin Alesya hamil!" sanggah Gumolo melempar benda itu kehadapan Revan.

"Tugas saya memberitahu. Terserah Om percaya atau enggak, itu hak Om, saya enggak bisa maksa," kata Revan tanpa emosi.

Gumolo berlalu meninggalkan Revan di ambang pintu rumah sakit. Tidak percaya kedatangannya menemui lelaki itu justru menghadiahi sebiji tespack mengatasnamakan milik putrinya.

Karenamu (End) tahap revisiWhere stories live. Discover now