Mimpi buruk mengubah pandangan

6 3 0
                                    

Dor!

Ledakan keras berasal dari pelatuk senjata api dilepaskan oleh seorang pria berpakaian serba hitam ke arah perempuan yang tengah jadi tawanan diikat di kursi kayu dan tepat mengenai kepalanya.

"Ayra!" histeris Revan ketika kepala istrinya hancur dalam hitungan detik.

Darah segar muncrat di sekitaran jasad Ayra. Menyaksikan kepergian istrinya tragis seperti itu, air mata Revan mengucur deras. Sekujur tubuhnya bergetar hebat sampai-sampai kedua kakinya lemas tak mampu menopang diri lebih lama lagi.

Bruk.

"Re, apa yang terjadi?!" tanya Skala Anggala tiba-tiba muncul dihadapannya.

"Istriku ... tiada .." rintih Revan.

"Jangan menangis, ikhlaskan kepergian istrimu, dia sudah cukup menanggung banyak derita yang didapat, ikhlaskan saja teman .." kata Skala mengusap-usap punggung gemetar Revan.

"Aku tidak bisa ikhlas begitu saja Ska. Dia adalah perempuan terindah dalam kisahku, bagaimana mungkin ... aku ... aku menerima kenyataan pahit ini!" raung Revan sembari memukul-mukul dadanya yang begitu sesak dan sakit.

"Kau pasti bisa."

.

.

.

Rere tersentak bangun dari tidurnya dengan nafas terengah-engah. Keringat dingin membasahi sekujur tubuh menegang nya. Perlahan menolehkan wajah menatap pucat suaminya yang tertidur pulas.

"Hanya mimpi .." gumam Rere menyentuh dadanya yang naik turun saking terasa begitu nyatanya mimpi barusan kehilangan Ayra.

Bulir hangat merembes dari pelupuk mata Rere yang menggenang panas, kepalanya digelengkan menepis bayangan buruk menantu baik hatinya akan mendapat musibah serupa lebih mengerikan seperti di dalam mimpinya.

"Tidak .. ini hanya mimpi ... semua itu bunga tidur," monolog Rere pelan-pelan mengubah posisi jadi duduk.

Rere menjatuhkan wajah pucatnya diantara tumpuan kedua telapak tangan.

Air matanya mengalir deras hingga tangan gemetar Rere basah banjir, rintihan ketakutannya mengusik kenyamanan tidur Atmaja.

Lamat-lamat Atmaja membuka mata rapatnya, menyipit bingung mendapati istrinya tengah menangis.

"Mama kenapa?" tanya Atmaja menyentuh pelan lengan istrinya.

Isak tangis menggema nyaring, Rere benar-benar ketakutan melihat mimpi barusan di mana Revan menangis pilu enggan kehilangan Ayra.

"Ini menakutkan Pa," ucap Rere tercekat.

Karena cemas Atmaja buru-buru bangun mendekap istrinya.

Wanita tengah patah hati oleh harapannya sendiri menginginkan Alesya jadi menantu sirna setelah mengetahui Alesya mengandung anak dari seorang jahat. Rere menumpahkan air matanya dicelah leher Atmaja, memeluk erat dihantui ketakutan.

"Mama mimpi apa sampai bisa nangis seperti ini?" tanya Atmaja keheranan.

"Menurut Papa, apa Ayra dan Revan saat ini baik-baik saja?" balik tanya Rere bernada rendah.

"Memangnya Mama mimpi apa barusan? Tumben sekali jarang-jarang menanyakan keadaan Ayra," sindir Atmaja campur penasaran.

"Mimpi yang sangat buruk dan menakutkan Pa. Mama mimpiin Ayra ditembak seorang pria misterius sampai kepalanya pecah, di situ ada Revan meraung nangis-nangis meratapi kepergian Ayra, almarhum Skala juga ada, dia bilang sama Revan harus bisa ikhlasin Ayra ..." rintihan pilu Rere menyentuh relung Atmaja.

Karenamu (End) tahap revisiOnde histórias criam vida. Descubra agora