Terbongkar

10 4 0
                                    

Wajah merah padam, kedua tangan terkepal erat, Revan mendorong pelan pintu yang berperan sebagai tempat sembunyinya dalam misi mencari  tahu siapa lelaki yang diam-diam menemui istrinya tadi dan kemarin.

"Re--Revan ... " gugup Alesya.

"Jadi kamu dalang kecelakaan Ayra?" desis Revan mencengkeram erat dagu Alesya hingga wajah perempuan itu terangkat kaku.

"B-bukan a-aku," elak Alesya.

"Ngaku!" bentak Revan tepat di depan wajah meringis Alesya.

Seperti bom waktu, suara Revan sukses membangunkan dua wanita yang sedang tidur. Rere dan Sinta berlari menghampiri Alesya yang kini mengap-mengap kesakitan.

"Jangan sakiti putriku!" pekik Sinta mendorong kasar bahu Revan sehingga jepitan didagu Alesya terlepas.

"Anak Tante keterlaluan! Dia berusaha melenyapkan istriku melalui orang lain!" tuduh Revan menunjuk Alesya.

"Revan! Jaga ucapanmu!" tegur Rere terkejut karena putranya hampir mencelakai calon menantu idamannya.

"Asal fitnah! Alesya tidak pernah merencanakan skema buruk untuk mencelakai siapa pun!" sahut Sinta membela.

"Oh, ya? Akan aku buktikan kalau memang anak Tante ini bersekongkol dengan lelaki lain untuk mengenyahkan Ayra!" sergah Revan segera bungkuk mencari lelaki yang mengumpat di kolong bangsal.

Diego menyadari kehadiran Revan yang masuk ke ruangan ini. Ia hanya membisu mendengarkan percakapan mereka semua dengan sekujur tubuh gemetar.

"Ke luar tikus got!" maki Revan menarik paksa Diego.

"Lepaskan aku!" berontak Diego mengerem badan menolak terseret ke luar.

"Menyusahkan! Cepat ke luar brengsek!" geram Revan dalam satu tarikan kasar menarik kaki Diego sampai tergusur ke luar dari kolong.

"Heh, siapa kamu?! Kenapa ada di kolong tempat tidur putri saya!" pekik Sinta spontan menendang kepala Diego.

Duk!

Kepala Diego membentur kaki belakang bangsal membuatnya mengumpat kasar. Revan melepas topi Diego lalu melayangkannya ke sembarang arah.

"Kembalikan topi mahalku!" marah Diego hendak bangkit dari posisi telungkup, namun punggungnya segera diinjak kuat oleh Revan.

"Argh!"

Diego mengerang kesakitan begitu Revan menekan pijakannya semakin tidak manusiawi.

"Diam atau kau akan mendapat siksaan lebih dari ini," ancam Revan menekan lagi dan lagi.

"Apa yang kau inginkan!" geram Diego sekarang nafasnya tersengal, dadanya yang nempel di lantai dingin membuatnya sesak menghirup udara.

"Kau yang mencari apa dari istriku! Kau orang yang sama saat di ruangan Ayra tempo lalu, kau juga orang yang mengendap-endap mengunjungi istriku malam ini!" hardik Revan menginjak lebih keras.

"Lepaskan aku!" raung Diego sekali hentakan bangun Revan terguling ke samping.

Belum sempat Diego beringsut kabur, kepalanya lagi-lagi dihantam pukul gagang sapu oleh Rere, membuatnya mengaduh kesakitan.

"Siapa, kamu, cepat jawab?!" provokasi Rere tiada henti menggebuk kepala Diego.

Sinta turun tangan mencubit keras lengan Diego membantu Revan mendapat sebuah jawaban. Sementara Alesya sibuk membebaskan diri yang terbelenggu di atas tempat tidur.

Orang tuanya tidak boleh sampai tahu bahwa Diego bagian dari masa lalunya dan saat ini masih diam-diam menjalin hubungan gelap. Alesya panik, secepatnya harus bisa membebaskan diri dan melakban mulut Diego agar tidak membocorkan rahasia.

Karenamu (End) tahap revisiWhere stories live. Discover now