Bertemu mantan

22 7 0
                                    

Setiap pagi, sebelum melakukan kegiatan lain, Ayra mengawali harinya dengan menyimpul dasi Revan.

"Hati-hati di jalan, Mas," ucap Ayra.

"Pasti. Kamu baik-baik di rumah," Revan memeluk sebentar kemudian berjalan mendekati mobil warna putih miliknya yang terparkir di halaman rumah.

Gorden disibak, menyaksikan keromantisan hubungan putranya, mulut Rere komat-kamit membenci pembantunya yang  berani bersikap manis.

"Licik, licik, licik," desis Rere.

"Ada trending apa, Ma?" tanya Tasya menepuk lengan mamanya dari samping.

"Pembantu itu merebut Revan dari kita," fitnah Rere.

Tasya mengernyit dahi lalu ikut mengintip melihat keluar rumah, abangnya pergi kerja meninggalkan Ayra di depan teras.

"Tuh, apa aku bilang bukan mama saja yang kesal sama pembantu sok baik itu, kemarin aku kena marahan abang gara-gara ngelabrak si Ayra, parahnya habis protes di meja makan, abang beneran enggak mau antar aku sekolah, nyebelin!" dumel Tasya.

"Papa berangkat," suara bariton Atmaja menyela obrolan.

Istri dan putrinya nampak tengah mengghibah tentang Ayra. Atmaja menghembus gusar muak berada di lingkungan toxic keluarganya sendiri.

"Kapan berhenti benci Ayra?" sindir Atmaja.

"Apa maksud Papa ngomong gitu? Papa suka pembantu licik itu dibanding suka Mama dan Tasya?" tuduh Rere.

"Mama sering nuduh yang aneh-aneh tentang Papa. Siapa yang membandingkan kalian, Papa hanya minta berhenti menyalahpahami Ayra," tegas Atmaja.

"Buktinya Papa bagus-bagusin pembantu licik itu depan kita," ralat Tasya.

"Diam Tasya, Papa tidak mengajarkan kamu bersikap seperti itu," tegur Atmaja.

"Cuih, terus bela saja pembantu genit itu," cemburu Rere.

Atmaja tak mengerti jalan pikir istrinya, apa-apa selalu dipandang salah jika menyangkut soal Ayra.

"Terserah kalian," malas Atmaja lantas melenggang.

"Bisa tidak sekali saja jangan membela pembantu genit itu!" decak Rere.

"Pokoknya kita kasih pelajaran sama pembantu itu, Ma," bisik Tasya.

"Harus," geram Rere.

Keadaan rumah sepi seperti biasa karena Atmaja dan Revan pergi bekerja. Rere berjalan tergesa menyeret Ayra sampai ke dapur.

"Sakit nyonya," ringis Ayra.

"Saya sudah peringati kamu jangan mau disentuh sama anak saya, dasar bo-doh! Dibaikin malah ngelunjak!" marah Rere.

"Saya minta maaf," lirih Ayra.

"Alah, basi!"

Rere menghempas kasar Ayra hingga tersungkur. Air mata Ayra tak terbendung berhadapan dengan Rere seakan hidup tak bernilai.

"Pembantu tidak tahu diri!" hardik Rere.

Dari belakang Tasya menyiram kepala Ayra menggunakan seember air dingin. Ayra kelabakan sekaligus kedinginan di waktu bersamaan. 

"Pelajaran untuk pembantu gatal seperti lo, Ayra!" tunjuk Tasya.

"Salah saya apa sama kalian," isak Ayra.

"Banyaak! Percuma dikasih tahu, sekali gatal susah dibilangin!" sarkas Tasya.

"Tapi letak kesalahan saya di mana, non, nyonya? Kalau masalahnya pernikahan saya dengan mas Revan, tolong tanyakan sama mas Revan kenapa menikahi saya," tangis Ayra.

Karenamu (End) tahap revisiWhere stories live. Discover now