Gara-gara tamu spesial

17 8 0
                                    

"Ra! Ayra, ke sini kamu pembantu genit!" Rere berteriak kencang sepulang arisan.

Ayra tergopoh-gopoh menghampiri sang majikan.

"Nyonya manggil saya," Ayra menunduk sopan.

"Siapkan kamar nyaman untuk tamu saya yang akan menginap malam ini!" perintah Rere.

"Baik Nyonya."

"Satu lagi!" lanjutan Rere mengurung niat Ayra hendak pergi.

"Malam ini jaga jarak dengan Revan," pinta Rere.

"Maksud nyonya?" kaget Ayra.

"Jangan belagu polos saya tahu kamu paham!" bentak Rere.

Keterlaluan. Ayra menggangguk-angguk dan bergegas pergi menuju lantai atas.

Kamar kosong bekas tempat Ayra selama  menjabat babu di rumah ini akan mengalami revolusi penataan. Jarak kamar dua meter bersampingan dengan kamar miliknya bersama Revan.

Perasaan Ayra mulai terusik karena dua sebab, pertama mustahil mendiamkan Revan  dan faktor kedua adalah khawatir tamu Rere seorang wanita.

"Jangankan sehari jauhi mas Revan, ditinggal kerja aslinya aku enggak sanggup,"  monolog Ayra.

Lampu di atas nakas tersenggol lengan Ayra menimbulkan suara nyaring khas benda jatuh.

"Gara-gara mikirin perkataan mertua julid, jatuhkan jadinya," gerutu Ayra begitu di cek, lampion tidak menyala.

Mau tak mau Ayra harus melapor pada nyonya besar terhormat.

"Maaf mengganggu sebentar waktu istirahatnya nyonya," ucap Ayra hati-hati.

Rere memutar bola matanya malas, acara rebahan di sofa terganggu.

"Perlu apa? Sudah selesai menyiapkan kamar?" tanya Rere galak.

Ayra menunduk. "Belum nyonya, sebenarnya saya menghadap ingin memberitahu bahwa lampu di kamar enggak sengaja kesenggol tangan saya jadinya pecah," adunya.

"Apa!" pekik Rere sontak bangun.

"Disuruh siapin kamar tidak becus amat jadi pembantu, pokoknya saya tidak mau tahu sebagai ganti ruginya malam ini kamu harus tidur di kamar gelap itu!" ujar Rere.

Ayra mendongak kaget. "Enggak nyonya kalau saya tidur di kamar itu, mas Revan—"

"Berani kamu membantah perintah saya? Silakan angkat kaki dari sini!" potong Rere menatap tajam mata madu pembantunya.

"Saya enggak bermaksud," lirih Ayra semakin terluka perasaannya. 

*

"Mbak Alesya!"

Tasya menyambut ria kedatangan Alesya malam ini.

Sementara Ayra tengah sibuk bergelut di dapur, memasak berbagai jenis hidangan.

"Tamu spesial sudah datang?" monolog Ayra tertarik ingin melihat.

Dari garis dapur, Ayra menelan ludah mengamati wanita cantik berambut cokelat panjang senada pakai dress toska selutut, hangat memeluk Tasya.

"Kan, firasatnya tepat. Tamunya wanita," cemas Ayra.

Enggan membuang waktu menonton kedekatan wanita asing bersama adik suaminya, Ayra mundur perlahan sebaiknya melanjutkan masak.

"Mama, Mbak Alesya datang!" seru Tasya.

Kehadiran tamu menyulut api cemburu Ayra yang menyimak kegirangan Tasya. Pasalnya Tasya belum pernah memanggil namanya sebahagia itu.

Karenamu (End) tahap revisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang