🍃001🍃

7.6K 121 1
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Assalamualaikum Brok! Pada tanggal 18 mei 2024, cerita ini saya revisi kembali. Ceritanya mungkin ada sedikit tambahan, selamat membaca versi revisi, Brok!!

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ مُحَمَّدٍ.

"Allahumma shalli ‘alaa muhammad wa’alaa aali muhammad".

🍃🍃🍃

Pukul 00:12 waktu indonesia barat. Tepatnya di salah satu bar yang berada di tengah tengah kota Jakarta. Kelima remaja berbeda jenis kelamin itu masih setia duduk di meja bundar dengan minuman beralkohol di depannya. sudah 4 botol yang habis, namun mereka masih enggan untuk menyudahinya, dua orang di antara mereka sudah berada di bawah pengaruh al kohol, tersisa 3 orang lagi.

Tawa keras terdengar dari perkumpulan tersebut, beberapa pria juga kerap sekali datang ke meja mereka untuk meminta nomor di antara salah satu dari ketiganya, namun tak ada yang berhasil karena bantuan dari kedua teman lelaki mereka.

"Ayolah Ca, masa baru 3 gelas lo udah berhenti," ajak salah satu dari mereka.

"Im so sorry, Zia. gue nyetir gak bisa minum banyak," tolak Khanza atau yang sering di sapa Aca. Itu hanyalah alibinya saja, alasan sebenarnya takut saat pulang nanti ia akan berbau al kohol

Khanza Ddiba atau kerap di sapa aca, gadis cantik bermata coklat, hidung mancung, rambut panjang berwarna coklat dan memiliki kulit putih alami.

"Bilang aja lo takut om Danil marah, yakan," tebak Kezia salah satu sahabat yang memang sangat dekat dengan keluarga Khanza

Khanza mengeluarkan cengiran kudanya mendengar tebakan temannya,"Itu juga sih haha."

"Ini Anin minum berapa sih? sampe mabok berat gini," Joviar melirik Anin yang bersandar di pundaknya dengan terus meracaukan nama mantan gadis itu.

"Lo pikir yang ngabisin 3 botol itu siapa?" Tanya Kezia

"Anin?" Tanya Joviar kembali

Khanza mengangguk membenarkan tebakan Joviar."Maklum baru putus."

"Putus sih putus, tapi gak sampe tolol kayak gitu juga," Kezia sewot

"Dan,  lo mabok?" tanya joviar melihat Zidan yang matanya memerah, tapi hanya diam saja tidak seperti Anin

"Dikit," jawabnya

"Eh Ca, itu ada yang nelfon," Kezia memberintahu khanza.

Khanza kemudian melirik ponselnya. Melihat nama yang tertera di layar ponselnya, nama yang tertera adalah Bundanya. Dengan cepat Khanza meraih ponselnya,"Gue angkat telfon dulu," pamitnya pada teman temannya.

Gadis itu meninggalkan teman temannya, berjalan ke arah toilet. Setelah berada di dalam toilet, ia mengangkat telepon dari sang Ibunda.

"Hallo, Bun," ucap Khanza setelah mengangkat telepon.

"Kamu di mana?" tanya Bunda Hanum dengan nada yang khawatir.

"Aku di rumah Kezia bunda, kenapa?" tanya Khanza. Gadis itu terpaksa berbohong, karena sejak awal izinnya memang menginap di rumah Kezia.

"Kamu bisa ke rumah sakit sekarang? penyakit kakek kumat," pinta Bunda Hanum.

Kaget? itu satu kata yang  mendeskripsikan ekspresi Khanza saat ini, kakeknya sakit," Rumah sakit mana?" tanya Khanza mulai khawatir

"Pondok indah, kamu kesini hati hati, ya, sayang," pesan Bunda sebelum mematikan sambungan telepon.

"Iya," jawab Khanza kemudian memutus sambungan telepon. Gadis itu berlari keluar toilet, menuju tempat teman temannya berada.

Sesampainya di meja tempat di mana teman temannya berada, Khanza langsung meraih tas dan kunci mobilnya, wajah cantiknya yang nampak sangat khawatir membuat teman-temannya bertanya tanya.

"Guys, im really sorry, gue harus balik." pamitnya pada teman-temannya.

"What's wrong, Ca?" Tanya Kezia. Dia ikut panik melihat Khanza

"Nanti gue jelasin, gue pergi dulu," setelah  itu Khanza beranjak pergi meninggalkan teman-temannya.

"Hati hati, Ca," teriak Joviar

Khanza berjalan cepat keluar dari gedung bar tersebut. Sesampainya di parkiran, Khanza langsung masuk ke dalam mobil dan dengan cepat ia melajukan mobilnya meninggalkan parkiran.

Khanza menyetir dengan kecepatan tinggi, tak ada lagi rasa takut di dalam dirinya, sekarang pikirannya hanyalah tentang kakeknya. Matanya yang sudah berkaca kaca sejak menerima kabar dari Bunda nya, Khanza takut terjadi apa apa pada kakeknya.

Khanza hanya memerluka 10 menit untuk sampai di rumah sakit. Gadis itu memarkirkan mobilnya, kemudian berlari masuk ke dalam rumah sakit. ICU adalah tujuannya sekarang.

Khanza hafal dena rumah sakit ini, karena pemiliknya adalah pamannya sendiri, tak perlu di pertanyakan lagi letak ICU di mana.

Di ujung koridor lantai dua, Khanza dapat melihat keramaian keluarga besarnya di depan ICU, Khanza kemudian berjalan cepat ke arah mereka.

"Bunda, kakek gimana?" tanya Khanza setelah berada di samping Bundanya.

"Doain Kakek ,ya, sayang, dokter belum juga keluar," Jawab Bunda Hanum

Khanza mengangguk, di dalam hatinya ia terus berdoa agar Kakeknya baik baik saja.

"Ayah, Khanza takut," cicit Khanza memeluk Ayahnya.

Ayah Daniel mengelus rambut putrinya, "gak usah khawati, kakek kan kuat."

"Ini salah Khanza, harusnya Khanza jagain Kakek bukan malah keluar," Khanza sudah menangis di dalam pelukan Ayahnya, memang gadis itu akan sangat cengeng jika sudah di peluk Ayahnya.

"Hey, don't blame yourself, semua sudah ke hendak Tuhan dan kita serahkan semuanya pada tuhan ya," ujar Ayah Daniel menenangkan putrinya yang masih sesegukan, punggungnya pun bergetar.

Ruangan dengan pintu bercat putih dan bertuliskan ICU di atasnya terbuka, menampakkan seorang dokter. semua yang berada di sana menoleh ke arah sang dokter.

"Dok, bagaimana keadaan Ayah saya?" tanya Hana selaku adik dari Ayahnya Khanza.

"Kami belum bisa memastikannya, kami akan terus memantau keadaan beliau," jawab sang dokter

"Kami boleh masuk?" tanya Daniel

"Silahkan, Pak," Dokter tersebut mempersilahkan mereka masuk.

"Saya pamit dulu," pamit sang dokter

"Iya, terimah kasih Dok," Jawab Daniel yang di angguki oleh Dokter tersebut, kemudian pergi dari sana.

Mereka semua beranjak masuk namun tidak dengan Khanza, belum siap gadis itu untuk menatap mata Kakeknya.

"Sayang, ayo masuk," ajak Bunda Hanum

Khanza menggeleng, "duluan aja bunda, nanti khanza nyusul." ujar Khanza

Bunda Hanum mengangguk mengerti, "Kalau gitu, bunda masuk dulu ya," pamit Bunda Hanum kemudian di angguki oleh Khanza.

BERSAMBUNG.....

OUR SECRET (Revisi)Where stories live. Discover now