🍃007🍃

2.5K 65 0
                                    

🍃🍃🍃

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.


🍃🍃🍃

"Kalau sama Anin, Kezia boleh kan Om?" tanya Khanza menatap Agam, tatapannya masih dengan tatapan ngambek.

Agam tersenyum kemudian mengangguk, "boleh, tapi di luar sana kamu harus tetap ingat sama kewajiban kamu sebagai muslimah, dan harus sampai rumah pukul 17:00."

"Yah, kok cepat banget sih, mana cukup," keluh Khanza

"Yaudah, kalau kamu gak mau, semuanya terserah dari kamu sih." Agam berucap, kemudian pria itu bangkit dari tempat tidur.

Khanza ikut bangkit kemudian menarik kaos yang di gunakan oleh Agam,"Hehe, saya mau kok, siap pulang jam 17:00," ucap Khanza cengengesan.

"Kamu ngapain narik narik baju saya? kamu mau ikut saya ke kamar mandi?" Tanya Agam menoleh ke arah belakang.

Khanza menggeleng, dengan cepat gadis itu melepas tarikannya pada baju Agam,"Gak kok, saya mau ngabarin teman saya dulu," Ucapnya. Kemudian membalik arah, mengambil ponselnya dan duduk di tepi ranjang, itu hanya alibi saja.

Agam tersenyum berjalan ke arah kamar mandi. Dia tahu, Khanza saat ini menahan malu, gengsinya saja wanita itu tinggi.

Khanza mengintip di balik ponselnya, bernafas lega, karena Agam sudah tidak ada di sana, "Malu banget saya cuk," ucapnya

Khanza telah siap dengan gamis berwarna pink pastel, di padukan dengan pasmina pink yang ia lilitkan di lehernya saja. Khanza terlihat sangat cantik dengan baju yang sekarang dia kenakan.

"Cantik," puji Agam melihat Ahanza yang bercermin.

Khanza menoleh ke arah Agam,"Gak bohong kan? tapi, gak di ragukan lagi sih, saya emang cantik Om," Dengan kepercayaan diri setinghi langit khanza memuji dirinya sendiri.

"Iya, bunga depan aja kalah cantik sama kamu," Agam ini hobi memuji, tidak memikirkan jantung Khanza yang tidak aman.

"Om, udah Om, jantung saya jedag jedug," jujur Khanza

Agam mengerutkan keningnya, "Jedag jedug? apa itu?" ranya Agam tak mengerti.

"Ah, Om gak gaul banget sih."

"Saya bukan Om kamu, Khanza. call me mas," ujar Agam, capek dengan panggilan Om yang Khanza berikan.

"Gak, kayak tukang bakso," Tolak Khanza.

Gadis itu memakai kos kaki di tempat tidur, sedangkan Agam memperhatikannya di sofa single.

"Itu panggilan ke suami, Khanza, dari pada kamu manggil saya Om-Om, saya belum tua banget," keluh Agam

"Nanti Om, kalau saya udah cinta, sekarang saya mau berangkat, teman teman saya udah nunggu di cafe," kata Khanza setelah memakai sepatu.

"Mau saya antar?" tawar Agam

Khanza menggeleng, "Gak usah Om, saya minjem mobil nya aja, saya kan independent woman," Khanza menengadahkan tangannya ke arah Agam, meminta kunci.

Agam malah berfikir Khanza akan salim, jadinya pria itu memberikan tangannya pada Khanza.

"Om, kunci mobil, bukan tangan Om." ralat Khanza tanpa menepis tangan Agam.

Agam jadi salah tingkah sendiri, "Oh, saya kira kamu mau salim," katanya, kemudian mengambil kunci mobil di saku bajunya dan memberikannya pada Khanza.

Khanza mengambil kunci itu, kemudian kembali menengadahkan tangannya di depan Agam.

"Minta uang?" tanya Agam

Khanza mendengus, Agam ini salah sasaran mulu, "mau salim, Om."

Agam membentuk bibirnya O, kemudian menerima uluran tangan Khanza, dengan cepat gadis itu mencium tangan Agam.

"Saya pergi Om, Assalamualaikum," Pamitnya

"Waalaikumsalam, hati hati nyetirnya, Za," Agam sedikit berteriak karena Khanza yang sudah keluar dari kamar.

"Iya Om." Khanza masih sempat sempatnya teriak padahal jaraknya sudah di pertengah tangga.

****

Khanza memasuki sebuah cafe yang terletak di tengah Kota Jakarta, cafe yang selalu Khanza kunjungi bersama teman-temannya. Gadis itu mengedahkan pandangannya, mencari keberadaan kedua temannya
Matanya menangkap dua remaja seumuran dirinya yang sangat Khanza kenal duduk di pojok. Khanza langsung bergegas berjalan ke arah teman-temannya.

Kezia yang menyadari kedatangan Khanza langsung berteriak heboh, "Aaaaaa ukhti ku sayang, akhirnya dateng," heboh Kezial yang loncat loncat sendiri.

Khanza juga berlari kecil kemudian ikut lompat lompat kecil bersama Kezia, bahagia bisa bertemu kembali setelah 2 minggu,"Ahh, senang banget."

Anin bukannya malu, dia justru ikut heboh bersama keduanya. Mereka menjadi pusat perhatian pengunjung lain saat ini, tapi, sama sekali tak di pedulikan oleh ketiganya,
mereka malah melepas rindu.

"Duduk, duduk, gue udah pesanin lo jus Alfukat, minuman kesukaan lo," Kezia nampak sangat bahagia bisa bertemu kembali dengan Khanza, jujur saja dirinya sangat merindukan Khanza.

"Gue juga udah pesanin lo makanan kesukaan lo, spaghetti carbonara," Anin melanjutkan ucapan Kezia

"Aaa, kalian ingat aja, makin sayang deh," ucap Khanza menatap haru kedua sahabatnya.

"Dua minggu gak kelihatan, lo banyak berubahnya, ya, senang deh liat lo yang sekarang, makin adem " puji Kezia memperhatikan penampilan Khanza yang sudah menutup aurat dan berbeda terakhir kali ia bertemu dengan gadis itu.

"Iya ihh, tapi gue akuin, lo cantik, cantik, cantik banget," Anin ikut memuji Khanza, tidak bohong, Khanza memang cantik sekali memakai hijab.

Khanza tersenyum malu,"Ah, jangan gitu lah, gue emang terlalu cantik, tapi gapapa deh kalian puji biar gue makin cantik," Lihat, Khanza memang pedenya di luar angkasa.

"Eh, ini cincin baru ya, Ca?" Tanya Anin melihat cincin yang berada di jari manis Khanza

Khanza melirik cincinnya dan langsung panik, dia lupa menyimpan cincin pernikahannya pada kalungnya, "Haha iya nih, baru beli seminggu lalu," Khanza menjadi gugup sendiri.

Anin mengangguk, membentuk O pada bibirnya, "Tapi ko itu kayak cincin nikah, Ca," Kezia curiga semakin memperhatikan cincin yang di gunakan oleh Khanza.

Khanza panik setengah mati, dengan cepat dia menurunkan tangannya, "Gak lah, modelnya doang mirip, ini cincin sisa satu, jadi gue ambil." Elaknya, berharap agar teman trmannya percaya.

"Oalah gitu toh, gue kira lo nikah gak ngasih tau kita, hampir gue sleding lo," Ujar Kezia kemudian menyeruput minumnya.

Pesanan makanan Khanza datang, jus Alvocado dan Spaghetti Carbonara, sesuai dengan yang temannya bilang.

"Ini ya mba, pesanannya." Ucap pelayan cafenya, dia meletakkan dua pesanan itu di depan Khanza.

"Makasih, kak," Ucap Khanza dengan senyum tulus dan di balas anggukan oleh pelayan cewek tersebut.

Khanza menatap makanan di depannya dengan berbinar."Gue rindu banget maknanan ini, akhirnya bisa cobain lagi," ucapnya

"Yaudah makan, habis ini kita harus ke mall, keliling-keliling lagi," Kezia sangat antusias kali ini

"Siap laksanakan," Ucap Khanza, kemudian wanita itu mulai memakan makanannya, tidak lupa dengan doa yang ia baca.

****

Revisi 23MEI2024
AGAM AL GHIFARY

OUR SECRET (Revisi)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن