🍃030🍃

1.6K 49 0
                                    

🍃🍃🍃

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

🍃🍃🍃

"Kamu alergi?  Kok pipi nya tiba-tiba merah gini? " Tanya agam memegang pipi khanza.

"Ish mas,  ngejek aku ya? " Tanya khanza menatap kesal ke arah agam yang tersenyum jahil.

"Nggak,  Nggak sayang,  becanda. "

"Udah ah mas, ini hati saya lemah nih. " Khanza mengalihkan tatapannya ke samping saking susah nya menahan salting.

"Umi kamu gampang salting ya,  dee. " adu agam menatap perut rata khanza di bawah.

"Ihhh mas,  udah,  ngambek nih aku nya. " Ancam khanza kesal

"Iya-iya maaf." Agam tersenyum lembut sembari mengusap rambut istrinya lembut penuh sayang.

Dengan cepat ekspresi khanza yang tadi nya kesal menjadi ceria kembali, ia menoleh ke arah agam yang menatap nya lembut, selalu seperti itu.

"Mas,  nanti aku mau punya anak dua, satu cewek satu nya lagi cowok jadi sepasang deh....  Kalau mas, mau berapa? " Tanya khanza

Agam nampak berfikir sejenak. "Lima mungkin cukup. " Jawaban yang di keluarkan agam membuat khanza cengo,  mulutnya sedikit terbuka.

Khanza mengedip-edip kan matanya tak expect pada jawaban yang agam beri,  di luar naluri seorang khanza.

"Kebanyakan gak sih itu,  mas? "

"Banyak anak banyak rezeki. "

"Ya gak lima juga,  itu mah enak di mas aja,  aku mau nya dua aja gak lebih dan gak kurang. " sahut khanza kemudian langsung membaringkan tubuhnya dan menutup mata agar agam tak mengeluarkan jawaban apa-apa.

Agam terkekeh pelan melihat khanza,  sangat lucu istri nya ini.  Ia ikut membaringkan tubuhnya di samping dan memeluk sang istri.

****

Seperti kata khanza kemarin,  kini ia duduk di sebuah cafe menunggu kedatangan teman-temannya yang super duper ngaret.  Khanza melirik arloji di tangannya,  ia berdecak di saat sudah sepuluh menit ia menubggu namun tak ada tanda-tanda teman-temannya datang.

Agam di samping nya duduk tenang,  sesekali melirik khanza dan terkekeh. Suara dentingan lonceng pada pintu masuk cafe terdengar,  agam dan khanza kompak menoleh ke arah tersebut. Bisa khanza lihat,  ketiga temannya masuk. Di depan ada kezia yang nampak berjalan dengan semangat ke arah khanza dan agam,  sedangkan dk belakang ada joviar dan anin yang sepertinya sedang berdebat.

"Lo yang harusnya ganti duit gue,  dasar cowok gak modal." samar-sama khanza mendengar topik perdebatan keduanya ketika mereka mulai mendekat.

Khanza menggeleng dan tersenyum, walaupun jengkel karena menunggu lama tapi rasa rindu nya jauh lebih besar dari pada rasa kesal nya.

"Aca,  gue kangen banget sama lo!" kezial langsung memeluk khanza,  begitupun sebaliknya,  khanza dengan cepat berdiri menyambut pelukan sang sahabat.

"Gue juga kangen banget sama lo. " Khanza mengeratkan pelukannya,  serindu itu ia pada gadis yang di dekap nya itu.

"Long time no see,  caa. " kezia melepas pelukannya,  menatap sahabatnya itu.

"Padahal cuman sebulan lebih loh. " Balas khanza

"Hai gus." Sapa kezia pada agam yang sedari tadi hanya duduk memperhatikan khanza,  hanya khanza.

"Iya." Jawab agam ramah,  hanya nada yang ramah,  qajahnya tetap datar tanpa menatap ke arah kezia.

"Ya.. Lo harus ganti duit gue,  lo jadi cowok modal dong!" Suara yang lumayan sedikit besar itu mengalihkan atensi ketiga nya,  menatap anin dan joviar yang berdrbat.

"Ya sabar dong... Gue lupa dompet,  kalau gak lupa juga gue gak bakalan pake duit lo." Balas joviar tak mau kalah

"Gue mau sekarang,  mobil elit bensin sulit,  mokondo lo." sinis anin, ia melipat kedua tangannya ke dada.

Joviar menatap anin tajam,  bagaimana bisa wanita itu marah hanya karena ia meminjam uangnya,  ini juga kecerobohannya melupakan dompet di rumahnya dan tak memeriksa bensin terlebih dahulu.

"Yaudah,  ayo ikut gue,  biar gue ganti uang lo! " ajak joviar hendak meraih tangan anin.

Anin dengan cepat menghindar."Ogah,  lo aja sendiri."

Khanza dan kezia menggeleng melihat kedua nya berdebat terus menerus,  bukan kali ini saja,  tapi sebelum-sebelum nya juga sudah seperti itu.

"Bisa gak sih kalian berdua gak berantem dulu, aca baru dateng lih." Tegur kezia membuat keduanya diam menoleh ke arah khanza dan kezia.

Anin kemudian mengeluarkan cengiran khas nya,  kemudian berjalan ke arah khanza dengan merentangkan tangannya.

"Ca,  i miss you"

Khanza membalas pelukan anin."Mee too,  sayang."

Lama berpelukan,  keduanya melepas nya. Mata anin kemudian melirik agam yang sedari tadi diam,  rasa nya jantung nya berdegub kala melihat agam yang tenang.

"Assalamualaikum,  gus agam." Sapa anin dengan senyum malu-malu nya.

"Waalaikumsalam." Jawab agam ramah dengan wajar yang datar.

"Udah yuk duduk dulu,  gue mau ngomong. " atas intrupsi khanza,  ketiganya duduk. Sebenar nya khanza sedikit bingung dengan joviar yang hanya diam dan menatap nya.

"pelayan." Panggil kezia mengangkat tangannya ke atas.

Seorang pelayang kemudian berjalan ke arah mereka. Sesampai nya pelayan tersebut,  dengan cepat kezia mengambil buku menu tersebut.

"Mbak,  vanila tea nya ya satu, kentang goreng juga. " Ucap kezia setelah melihat buku menu,  selanjut nya ia memberi buku menu pada anin.

Anin mengambil buku menu tersebut,  ia melihat lihat. "Es milo sama burger ya mbak."

"Saya coffe americano satu. " ucap joviar.

Pelayang tersebut mencatat pesanan mereka."Itu saja?" Tanya pelayang tersebut.

Kemudian kezia mewakili yang lainnya untuk mengangguk membenarkan pesanan mereka.

"Baik saya ulang ya,  vanila tea satu,  kentang goreng,  es milo,  burger,  coffe americano." ulang pelayang tersebut,  kemudian kezia mengangguk.

"Baik,  di tunggu ya kak." ucap nya kemudian pergi dari meja khanza dkk.

Kezia kemudian memperbaiki duduk nya,  ia menatap khanza."Mau ngomong apa,  ca?" Tanya kezia,  ketiga nya kemudian menatap khanza.

Khanza tersenyum penuh arti ke arah ketiganya."Jangan kaget ya?  Dan maafin gue. "

"Maaf? Untuk apa? " Tanya anin

"Maafin aja dulu,  ini pasti bakalan buat kalian kaget aja."

"Oke, kita maafin." putus kezia dengan cepat,  ia sudah sangat penasaran.

Khanza kemudian menunduk,  mengambil sesuatu dari dalam tas nya. "Gue bakalan ngadain resepsi pernikahan, senin depan. " ucap khanza memberikan empat buah undangan yang sudah di cetak nya terlebuh dahulu.

Semuanya tercengang,  kaget,  dan tak percaya. Rasanya tiba-tiba sekali,  dan apa ini? Kenapa langsung resepsi?.

"don't joke, ca!" tegas kezia, ia kemudian menatap khanza serta undangan itu secara bergantian.

__

OUR SECRET (Revisi)Where stories live. Discover now