🍃009🍃

2.4K 75 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


🍃🍃🍃

Khanza duduk di depan Agam, gadis itu menunduk meremas jemari jemarinya, tatapan Agam sangat intes padanya saat ini. Nyali yang sudah dia kumpulkan tadi, hilang entah kemana.

"Om, jangan liatin gitu dong, saya mau malu tapi takut juga," ucap Khanza

Agam menaikkan satu alisnya,"Kamu takut sama saya? kenapa?" tanya Agam, pria itu bersidekap dada duduk di depan istrinya.

"Ya, liat aja tatapan Om, seperti mau makan orang saja," Balas Khanza

Agam berdehem, "Kamu tahu kesalahan kamu?" tanya Agam lebih tegas

Khanza mengangguk, "Tau Om, saya minta maaf, lain kali gak gitu lagi." Cicit Khanza memelas

Agam tegas bukan berarti keras, Agam ingin Khanza lebih menghargai waktu dan menepati janji gadis itu, "Gak ninggalin sholat kan?" tanya Agam

Khanza menggeleng dengan cepat."Gak Om, saya sholat bareng anin."

Agam mengangguk, "Yaudah, kamu bersih-bersih, udah mau magrib," pinta Agam

Khanza bernafas lega, dia kira Agam marah, ternyata dugaannya salah besar, "Om gak marah kan?" tanya Khanza memastikan lagi

Agam menggeleng, "Saya tidak akan bisa marah sama anak kecil," jawab Agam jahil

Khanza melototkan matanya ketika mendengar perkataan Agam."Saya udah gak kecil, ya, umur saya udah 18 tahun."

"Iya-iya, sana, keburu magrib."

"Bentar, saya punya sesuatu buat Om," ucap Khanza kemudian memberikan satu paperbag yang tadi dirinya beli di mall.

"Ini untuk Om, ya, walaupun belinya pake uang Om, tetap aja itu namanya hadiah dari saya," lanjutnya menyodorkan paperbag di depan agam.

Agam menerima pemberian istrinya,"terima kasih."

"Sama-sama, yaudah saya mau mandi dulu, byeee," Khanza kemudian meninggalkan Agam yang masih menatap kepergian Khanza, senyum tipis muncul di wajah tampannya.

****

Sepasang pasutri itu sudah bersiap untuk melaksakan sholat fadhu magrib. Agam menoleh ke arah istrinya, kemudian memperhatikan Khanza dari atas hingga bawah.

"Za, mukenahnya naikin sampe batas dagu, di bawah dagu itu masih aurat loh." Agam memberi intruksi, karena mereka mengikuti madzhab imam Syaf'i, maka Agam tak boleh menyentuh istrinya, walaupun mereka sudah halal.

"Ah iya, maaf saya lupa, Om," Balas Khanza, kemudian menaikkan leher mukenahnya hingga batas dagu.

"Jidatnya harus kelihatan, biar nyentuh sajadah, naikin dikit juga," pinta Agam yang langsung di turuti oleh Khanza

OUR SECRET (Revisi)Where stories live. Discover now