🍃014🍃

2.1K 59 0
                                    

🍃🍃🍃

Khanza duduk di sofa dengan wajah yang di tekuk, di sampingnya ada agam yang berusaha membujuk wanita itu. Sehabis mereka pulang dari tempat mereka makan tadi, khanza sama sekali tak mengeluarkan suaranya karena kejadian di restaurant tadi. Khanza menulikan telinganya ketika agam berusaha mengajaknya mengobrol, seakan angin lewat saja.

"Khanza , maafkan saya ya. saya benar benar tidak tahu." Bujuk agam

Untuk kesekian kalinya agam menghela nafasnya, dirinya antara senang dan tidak juga.

"Khanza , kan mereka yang liatin saya, saya kan gak liat mereka, maafin saya ya." Agam terus meminta maaf pada wanita yang sedang bermoro moro di depannya itu.

"Apa sih gus, udah deh gus sana aja sama cewek cewek, gak usah ke saya!" Serunya menjauhkan diri dari agam.

Agam kembali menggeser tubuhnya agar mendekat pada khanza yang dalam mode ngambek."Beb, ayolah maafin saya yah, kamu boleh deh apain saya sepuas kamu. Tapi, jangan diemin saya gini." Rengek agam dengan toba tiba membuat khanza terkaget, tapi dengan cepat mengubah ekspresinya. Sebenarnya gadis itu sangat ingin tertawa dan salting mendengar panggilan agam yang secara tiba tiba itu.

"Apa sih gus? gak usah kayak anak kecil deh."Ucapnya menjeda kata katanya."senang kan di lirik sampe di goda gitu?" tanya khanza dengan kekesalan wanita itu.

Agam menggeleng kuat dengan cepat, demi tuhan tak ada sedikit pun terselip dalam hatinya kata senang karena di lihat oleh beberapa pasang mata wanita lain."Ngga beb sumpah, percaya saya kan? tidak ada tatapan yang paling saya sukai kecuali tatapan kamu." Ucapnya, hal ktu membuat hati khanza terasa berdetak cepat seperti habis lari maraton.

Khanza melirik sinis ke arah agam, bagaikan bombastic side eyes."Gus tau gak kalau saya cemburu? gus itu udah om om, udah punya istri, kenapa sih masih ada aja yang lirik? padahal udah peot gitu." Ucap khanza melipat kedua tanganhya ke dada.

Agam mengangguk dengan bibir yang terulum naik menandakan senyum pria itu."Saya tau, saya senang kamu cemburu, saya suka kamu cemburu ke saya, tapi jangan oernah diemin saya khanza." Ucap agam

Khanza yang sudah tak tahan untuk ngambek akhirnya dengan gerakan cepat dan tak tahu malu wanita itu menghamburkan ke dalam pelukan agam. Dengan senyum tulus agam menerima pelukan khanza, kemudian pria itu mengelus hijab yang menutupi kepala istri kecilnya itu.

"Udah gak marah?" Tanya agam di selam pelukan mereka. Ini pertama kali khanza memeluk agam, dan rasanya sangat nyaman bagi agam.

"Masih!" Seru khanza dengan pelan tanpa niat melepaskan pelukannya.

"Gak mau maafin saya?" Tanya agam kembali

"Gak, lain kali gus kalau keluar pake cadar aja, saya gak suka kalau gus nya di liatin cewek cewek genit gak tau diri."

"kamu tahu ndak?" Tanya agam, khanza dengan cepat menggelengkan kepalanya di dalam pelukan sang suami.

"Itu yang saya rasakan, saya cemburu kalau ada laki laki lain yang menatap kamu dengan kagum, saya cemburu kalau orang lain menatap wajah cantik istri saya dengan penuh cinta, demi tuhan saya gak ikhlas dengan semua itu." Ungkap agam membuat khanza melepaskan pelukannya dan mengerutkan keningnya.

"Kenapa gus cemburu? emang gus cinta sama saya?" Tanya khanza

Agam tersenyum manis."Saya cinta, sangat mencintai kamu, khanza adiba."

"Sejak kapan?"

"Sejak saya mengucapkan ijab qobul di depan orang tua kamu."

Pipi khanza mendadak merah seperti kepiting rebus, gadis itu salting brutal sekarang. Siapapun mungkin akan sangat salting jika di hadapkan dengan gus agam, seperti khanza.

OUR SECRET (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang