🍃031🍃

1.5K 51 0
                                    

🍃🍃🍃

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🍃🍃🍃

Khanza kemudian menunduk,  mengambil sesuatu dari dalam tas nya. "Gue bakalan ngadain resepsi pernikahan, senin depan. " ucap khanza memberikan empat buah undangan yang sudah di cetak nya terlebuh dahulu.

Semuanya tercengang,  kaget,  dan tak percaya. Rasanya tiba-tiba sekali,  dan apa ini? Kenapa langsung resepsi?.

"don't joke, ca!" tegas kezia, ia kemudian menatap khanza serta undangan itu secara bergantian.

Khanza menarik nafas dalam-dalam dan di buang secara halus."Gue gak bercanda, untuk apa gue bercandain hal kayak gini."

"Tapi gak secepat dan semendadak ini!" sahut anin menatap undangan putih di depan nya.

"Gue minta maaf,  gue tau kalian kaget. Tapi,  harus nya kalian bahagia gue akhir nya ngumumin pernikahan." kata khanza dengan suara yabg sedikit meninggi di akhir kalimat.

"Bukannya gak senang caa.. Tapi, lo ngasih tau nya pas resepsi,  terus pas ijab lo gak ngasih tau sama sekali. Kita berasa orang baru dalam hidup lo." Balas kezian, wajah nya menunjukkan kekecewaan. Sorot mata nya yang meneduh.  Khanza menjadi tidak enak,  bukan itu maksud khanza, ia tidak memberitahu bukan berarti mereka tidaj penting,  mereka sangat penting dalam hidup khanza.

Anin mengangguk membenar kan ucapan kezia barusan."Lo selalu bilang, gak ada rahasia di antara kita. Tapi,  lo sendiri nyembunyiin hal ini dan langgar kata-kata lo sendiri."

Khanza menunduk, rasa bersalah menyerang dirinya."Maaf,  gue gak niat langgar ucapan gue. Gue yang salah,  maaf." Cicit khanza. Ia meremas tangannya,  begitulah kebiasaan khanza jika merasa tak enak hati.

Kezia membuang nafas kasar,  bagaimanapun dan sekecewa apapun meraka tak akan mengubah segala nya. Yang penting sekarang mereka tahu,  itu saja sudah cukup.

"it's okey,  yang penting sekarang lo udah jujur. Suami lo kemana? Kenapa datang nya malah sama gus agam?" Tanya kezia selanjut nya.

Khanza memgangkat kepalanya, menatap teman-teman nya. Sungguh beruntung ia mendapatkan mereka,  walaupun kecewa tetap memaafkannya.

"Sekali lagi maaf ya,  gue serius gak niat bohongin kalian," kata khanza menjeda sedikit,"Kalian buka undangannya,  lihat nama di dalam nya. " pintah khanza melirik undangan yabg ada di depan mereka.

Dengan cepat mereka membuka isi undangan,  membaca secara seksama.  Detik berikut nya, mata mereka membesar membaca nama yang tertera di sana. Mereka menatap agam dan khanza bergantian,  terkejut?  Tentu saja,  mereka tahu nya agam dan khanza ada sepupu.

"Dr. Agam ghifary M.kes?" Monolog kezia kala tadi membaca nama agam di sana,  ia tercengang,  gelar nya bukan maen.

"Fuck!" umpat anin menenggelamkan wajahnya di kedua lipatan tangannya.  Malu sungguh dirinya malu,  bagaimana bisa ia mengincar suami sahabatnya sendiri,  bagaimana bisa ia meminta khanza untuk mencomblangkan dirinya dan agam.  Mau di simpan mana muka nya anin sekarang.

OUR SECRET (Revisi)Where stories live. Discover now