Prolog

23 4 0
                                    


Love From Home
By Winda N

"Orang tua aku udah kasih kesempatan sama kamu, ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Orang tua aku udah kasih kesempatan sama kamu, ya. Tapi kamunya nggak ada niatan. Sebenarnya kamu serius nggak, sih, mau nikah sama aku?"

Ashana menghembuskan napas kesal pada seseorang dari seberang teleponnya. Percikan hujan dari balik jendela yang tak tertutup tak dia hiraukan meski rambutannya sudah setengah basah.

"Kalau nggak serius ngapain kita pacaran sampai 4 tahun?"

"Tapi orang tuaku minta kepastian."

"Aku pasti nikahin kamu, Shana. Kita sepakat nikah setelah lulus kuliah, kan? Sekarang aku masih berusaha buat meniti karir."

Ashana diam sesaat, menghirup udara agar dadanya tidak terlalu sesak.
"Kamu nggak bisa, ya, lamar aku dulu?" cicitnya dengan suara lirih.

"Nggak sekarang, sayang. Kamu tahu sendiri, kan, aku belum punya apa-apa? Aku pengen kamu bahagia nantinya."

"Tapi aku nggak mau dijodohin, Andrea." Tangis Ashana pecah, kesesakkan yang dia tahan akhirnya keluar. Masalah ini terus mengganggunya sejak kemarin.

Rencana perjodohan gila orang tuanya yang membuatnya uring-uringan. Padahal mereka tahu anaknya sudah memiliki pacar.

"Aku juga nggak mau kamu nikah sama orang lain," sahut Andrea.

"Makanya ikat aku dulu, seenggaknya lamar aku biar orang tuaku tahu kalau kamu nggak main-main."

Tidak ada sahutan lagi dari Andrea. Hanya suara hujan yang mengiringi suasana hati mereka yang tengah kacau.

"Gimana kalau kita kabur aja, sayang?"

"Kabur?" Ashana terkejut. Dia menggeleng. "Itu nggak akan menyelesaikan masalah. Yang ada orang tuaku benci sama kamu karena ngira kamu yang mempengaruhi aku."

"Kita nggak kabur selamanya, sayang. Sampai perjodohan itu dibatalkan lalu kita balik. Setelah itu kita nikah. Gimana?"

Ashana berhenti menangis. Mencoba mencerna dari pemahaman yang diberikan Andrea.

"Aku cinta sama kamu, sayang. Kamu percaya aku, kan? Daripada kamu nikah sama orang yang nggak kamu suka, mending kita kabur. Kita udah pacaran 4 tahun aku janji bakal nikahin kamu."

Perkataan itu benar, Ashana tidak bisa menikah dengan orang lain jika hatinya berada di Andrea. Dia sangat mencintai laki-laki itu.

Ashana mengangguk. "Oke kalau gitu, kita kabur sampai kondisi membaik. Aku juga nggak mau nikah sama orang lain, aku maunya kamu."

Terdengar helaan napas lega dari Andrea di seberang sana.

Sekali lagi Ashana mengangguk. Tekatnya sudah bulat, dia akan memperjuangkan cintanya bagaimana pun caranya.

"Nanti aku kabari lagi secepatnya, ya. Aku tutup teleponnya ya, sayang. I love you."

"I love you too," balas Ashana sebelum memutus sambungan telepon.

Napasnya sedikit lega meski banyak ketakutan yang melayang di kepalanya. Tapi setidaknya orang yang dia cintai mau berjuang mempertahankan cinta mereka.

Ashana menutup jendela kamarnya kala hujan turun semakin deras, dia berbalik, dan alangkah terkejutnya dia saat melihat seseorang berdiri di belakangnya dengan tangan membawa secangkir teh.

"Mama? Sejak kapan Mama ada disitu?" Jantungnya berpacu kian kencang.

"Siapa yang mau kabur?"

Wajah Ashana seketika pucat.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Love From Home Where stories live. Discover now