Bab 4

7 1 0
                                    

Love From Home
By Winda N

Love From HomeBy Winda N

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.




"Banyak banget kamarnya. Buat siapa aja, sih?" Pagi-pagi saat menuruni tangga, Ashana bergumam sekenaknya.

Ternyata dia baru tahu kalau rumah yang dia tempati ini cukup luas. Di lantai atas saja ada 3 kamar, lantai bawah 2 kamar dan 1 gudang di sebelah taman belakang.

Ashana sendiri tidak terlalu kaget mengingat laki-laki itu memang berasal dari keluarga kaya. Tapi untuk hunian sebesar ini yang hanya diisi dua orang rasanya terlalu kewalahan.

Menyadari kekonyolan itu Ashana berdecak sebal, kenapa dia malah mempermasalahkan soal rumah? Memangnya kenapa kalau rumah ini besar atau kecil? Tidak ada pengaruh dengannya.

Ashana berjalan ke arah dapur, perutnya sudah demo minta diisi. Ternyata sudah ada nasi goreng di atas meja, sepertinya Devian yang memasak, tapi tidak terlihat laki-laki itu disini. Ashana memutuskan membuat teh.

"Nggak usah masak, aku udah buat nasi goreng."

Suara itu membuat Ashana menoleh, Devian datang dari arah ruang tamu dengan menenteng sekresek makanan.

"Aku juga beli bubur, jaga-jaga kalau kamu gak suka nasi gorengnya," imbuh Devian sambil meletakkan kresek di atas meja. Lalu berjalan mengambil mangkuk.

Ashana membawa dua cangkir teh dan bergabung di meja makan. "Aku nggak lagi masak, kok. Sebanyak ini siapa yang mau habisin, Kak?"

"Ya nggak harus habis sekarang. Nanti bisa diangetin lagi, kan?" Devian tersenyum. "Ayo sarapan, kamu mau makan yang mana?"

Ashana menarik bubur yang dibeli Devian. Sebenarnya tidak ada masalah soal makan, dia bukan tipe orang yang suka pilih-pilih makanan. Selama makanan itu enak dan cocok di lidah, Ashana akan melahabnya. Tapi karena merasa gengsi, dia enggan memilih nasi goreng.

"Ini uang buat semua kebutuhan kamu. Bebas mau kamu buat apa." Devian menyerahkan sebuah kartu pada Ashana.

Ashana tak langsung menerima. "Aku juga punya uang sendiri ya, Kak."

"Yang ini beda, ini nafkah dari suami. Nggak boleh nolak. Butuh apa-apa pakai yang ini, ngerti?"

Ashana mendengus, lalu menerima kartu itu.

"Aku habis ini langsung ke rumah sakit."

"Terserah," balas Ashana dengan acuh.

"Kok terserah?"

"Terus Kakak mau aku jawab apa? Kakak lupa sama kesepakatan kemarin? Kita nggak harus ikut campur urusan masing-masing. Jadi bebas kita mau kemana pun."

Devian diam sejenak, kembali mengingat kesepakatan konyol yang tidak sama sekali dia setujui. Kemudian dia menjawab, "Oke kalau itu mau kamu. Tapi aku juga punya syarat."

Love From Home Donde viven las historias. Descúbrelo ahora