Bab 3

10 3 0
                                    

Love From Home
By Winda N

Mata Devian tidak luput mengawasi dua manusia yang sedang beradu argumen di depan sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mata Devian tidak luput mengawasi dua manusia yang sedang beradu argumen di depan sana. Yaitu Ashana dan pacarnya. Devian tidak tahu arah pembicaraan mereka, tapi dia bisa tebak kalau mereka sedang berusaha meyakinkan satu sama lain. Dia juga tidak berniat menengahi karena memang setengah hatinya tidak ingin ikut campur. Tapi tak khayal jika ada sedikit cubitan di hatinya kala mereka bersentuhan fisik, serasa ada sentilan untuk menarik Ashana pergi dari sana.

Devian membenturkan kepala ke setir, berharap drama ini segera berakhir. Penyesalan memang selalu datang di belakang, dulu Devian pikir menerima perjodohan ini akan membuat masalahnya selesai, tapi justru masalah baru timbul tanpa disangka.

Drrrtt!

Devian mendongak, mengambil hapenya yang berdering. Tertulis nama perempuan yang belakangan ini mengganggu pikirannya. Tidak ingin terus larut dalam kesengsaraan, dia memilih menaruh kembali hapenya ke dashboard.

"Kenapa nggak diangkat? Dari Aisyah, kan?"

Devian terjengkit saat tiba-tiba Ashana sudah duduk disampingnya. Matanya sempat mencuri pandang pada Andrea yang ternyata sudah tidak ada ditempat.

"Udah selesai?" Bukannya menjawab, Devian balik bertanya.

"Menurut Kakak?"

Devian mengerti, lantas melajukan mobilnya dengan perasaan yang bercampur aduk.

****

Sebuah rumah berlantai dua di perumahan Kriya Asri daerah Ibukota Jawa Timur menjadi pilihan Ashana dan Devian tinggal. Tempat ini lama menjadi incaran Devian karena selain dekat dengan rumah sakit tempatnya kerja, juga dekat dengan rumah orang tuanya. Berjarak kurang lebih 2 km.

Dibantu dua orang satpam, Devian menurunkan barang bawaannya.
Bersyukur meskipun tidak banyak perabot di dalamnya, tapi terbilang lengkap untuk ukuran ditinggali satu orang.

"Ini taruh disini aja kan, Mas Devian?"

Devian yang tengah menarik koper menoleh. "Iya, Pak Amri. Biar saya tata sendiri."

"Ini sudah selesai, Mas. Saya balik ke depan, ya."

"Iya, Pak. Terima kasih bantuannya."

"Sama-sama, Mas. Nggak perlu sungkan minta bantuan. Kaya sama siapa aja." Satpam tersebut tertawa.

"O iya, selamat atas pernikahannya, ya, Mas Devian. Nggak nyangka Mas kesini udah bawa istri aja. Semoga langgeng dan segera gendong anak." Sebelum pergi Pak Amri berbalik untuk mengucapkan itu.

Devian menunduk malu. "Terima kasih, Pak Amri."

Dari pertama kali pindah ke rumah ini dua tahun lalu, Devian memang sudah kenal dengan Pak Amri. Satpam tersebut yang selalu membantunya.

Love From Home Where stories live. Discover now