Bab 22

2 0 0
                                    

Love From Home
Winda N

Love From HomeWinda N

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.






Sejak awal suasana rumah berlantai dua ini memang sudah sepi dari suasana harmonis orang-orang di dalamnya. Hampi-hampir tidak ada bedanya kala Devian masih menempatinya seorang diri, karena adanya Ashana pun tidak memberi dampak yang terlalu besar.

Devian dan Ashana memang tinggal bersama tapi mereka jarang membuat obrolan yang biasa dilakukan pasangan suami istri. Mereka memang sering bersitatap tapi pada akhirnya hanya perdebatan yang mengisi. Atau mereka hanya pura-pura tidak terjadi apa-apa saat salah satu orang tua mereka berada disini, lalu keesokan harinya suasana berubah seperti biasa.

Tidak ada kasih sayang yang menghiasi kehidupan mereka, tidak ada rasa cinta yang melingkupi rumah pernikahan mereka. Rasa memiliki seorang diri yang Devian miliki ternyata tidak cukup mampu membuat suasana rumah menjadi indah.

Devian pikir menikah dengan Ashana mampu mengobati rasa hatinya yang terluka karena Aisyah, tapi ternyata luka itu kian menganga dan membuatnya menyesal.

Usai shalat subuh, Devian bersiap-siap seperti biasanya. Berkutat dengan alat dapur untuk membuat sarapan. Dia melakukan ini karena tahu Ashana akan kerepotan dengan jadwal kuliahnya.

Bruk!

Devian menoleh ke arah tangga, terlihat Ashana sedang memunguti buku-bukunya yang jatuh. Menaruh piringnya di atas meja lalu berjalan mendekati perempuan itu.

“Aku ada kelas pagi sekalian mau survey ke tempat magang,” kata Ashana dengan terbata, dia segera melenggang sebelum Devian berhasil mendekatinya.

“Sarapan dulu, Sha!” pekik Devian saat Ashana hanya melewatinya.

“Nanti aja, aku nggak mau telat hari ini.” Usai itu Ashana benar-benar menghilang dari balik pintu.

Devian menghela napas lelah, dia harus sabar menghadapi sikap Ashana yang masih berubah. Langkahnya gontai berjalan ke arah dapur. Makanan yang sedari pagi dia masak menjadi tidak berguna sekarang.

****

Devian menaruh kotak bekal di atas meja temannya. Lalu dirinya duduk di sofa dan membuka bekalnya sendiri.
Raka yang fokus dengan laptopnya terheran. “Tumben bawain bekal, buat apa?”

“Buat dimakan, lah,” balas Devian sekenaknya.

Raka mengambil bekal itu. "Padahal tadi aku juga dibekalin sama istri. Tapi thanks, ya, sampai ke istrimu."

Devian menarik bibirnya tipis. Pasti Raka mengira bekal itu pemberian dari Ashana. Padahal dia sendiri yang sengaja membawa makanan itu karena di rumah tidak mungkin habis.

Raka kembali fokus pada laptopnya, sedangkan Devian sibuk menikmati sarapan yang dirangkap dengan makan siang.

"Aku lihat beberapa hari ini kamu sering ketemu Aisyah." Raka membuka suara tanpa mengalihkan fokusnya.

Love From Home Where stories live. Discover now