Bab 24

3 0 0
                                    

Love From Home
By Winda N

Love From HomeBy Winda N

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




Sekali lagi, Devian harus sabar dan sadar jika tidak ada kehidupan pernikahan yang berjalan mulus tanpa halangan. Dia harus tabah jika dalam menikah pasti ada badai yang menghantam untuk menguji hubungan suci itu.

Namun sejatinya, ujian dalam pernikahan itu terjadi karena untuk menguji seberapa kuatnya cinta dua insan di dalamnya dan mempererat hubungan antar keduanya.

"Oke, tenang, Devian. Jangan gegabah." Devian menghirup napas lalu membuangnya perlahan, mengafirmasi diri untuk tidak berpikir negatif.

Devian harus bersabar dengan apa yang dia hadapi saat ini. Dia tidak boleh terbawa amarah yang nantinya justru akan merugikannya. Yang harus dia lakukan adalah mencegah Ashana untuk tidak mendesaknya bercerai sebelum dia mengungkapkan kebenaran tentang Andrea.

Ashana harus tahu jika laki-laki yang perempuan itu elu-elukan tidak sebaik apa yang dipikirkan, dia tidak pantas bersama dengan laki-laki berengsek itu.

Usai mengontrol pasien di lantai dua, Devian langsung melipir ke mushala untuk shalat magrib. Dia berdiam diri sejenak sebelum kembali memeriksa pasien. Kepalanya terasa penuh, dia ingin menenangkannya sebentar.

Tiba-tiba terdengar seseorang memanggilnya dengan berbisik.

"Dr. Devian!"

Devian menoleh ke sumber suara, ternyata Aisyah yang tengah menyingkap kain pembatas. Perempuan itu tersenyum dengan mukena biru tua yang masih melekat.

"Kenapa?" Devian menimpali.

Aisyah merangkak masuk ke shaf laki-laki yang sudah mulai sepi. "Ada sesuatu yang mau aku sampaikan. Kita ngobrol di kantin, ya, sambil makan."

Devian menimang sesaat, kemudian mengangguk. "Iya." Setelah itu dia bangkit diikuti Aisyah.

Devian masih ingin berlama-lama berdiam diri disini, tapi ajakan Aisyah tidak bisa dia tolak. Entah kenapa hatinya tidak ingin berontak setiap menurutinya.

Devian tiba di kantin lebih dulu, suasana sedikit ramai karena banyak pembesuk yang tengah beristirahat. Dia memilih tempat paling ujung, dekat arah kamar mandi.

Tak lama Aisyah datang dengan membawa paper bag besar, dia menaruhnya di atas meja berniat memberikannya pada Devian. "Titipan dari nenek," katanya.

Devian menunjuk dirinya. "Buat aku?"
Aisyah mengangguk. Lantas Devian menarik paper bag itu dan melihat apa isinya. Ada sajadah, jilbab, minyak wangi, dan beberapa pernak-pernik."

"Banyak banget."

"Nenekku pulang umroh. Katanya suruh kasih kamu."

Devian mengangguk. "Sampaikan makasih, ya. Nenek kamu masih ingat aja sama aku."

Love From Home Where stories live. Discover now