Bab 17

1 0 0
                                    

Love From Home
By Winda N

Love From HomeBy Winda N

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Devian harus melakukan apa agar Ashana mau menerimanya? Dia harus bagaimana supaya dirinya dilihat? Apa dia harus menyetujui perpisahan yang perempuan itu tawarkan? Kalau iya, lalu bagaimana dengan perasaannya yang sudah mulai bertunas? Apa harus diakhiri juga?

Rasanya Devian ingin berteriak didepan Ashana jika dia mencintainya, agar perempuan itu tahu kalau hubungan ini berjalan bukan karena paksaan.

Namun mendengar penolakan dari Ashana cukup membuatnya sadar jika dia tidak diinginkan oleh perempuan itu. Bukan dia orangnya.

Sepulangnya dari masjid, Devian langsung menuju dapur dan berkutat dengan alat masaknya. Dia akan membuatkan Ashana sarapan sebelum berangkat ke rumah sakit. Setelah selesai, dia mengantarnya ke kamar perempuan itu.

Terlihat Ashana sedang tertidur dengan posisi duduk. Pasti perempuan itu tertidur karena kelelahan. Devian menaruh nampan berisi sarapan di atas nakas lalu duduk di tepi kasur.

Tangannya terulur merapikan anak rambut yang jatuh di wajah Ashana, sesekali memastikan luka lebam di pelipisnya tidak bertambah parah.

"Tolong, sekali aja lihat aku, Sha," gumam Devian lembut. Dia sangat menyayangi perempuan itu.

Tiba-tiba mata Ashana terbuka dan bertemu dengan milik Devian. Devian tertegun sesaat kala ucapannya itu berhasil didengar Ashana.

Devian langsung membuang muka dan mengambil nampan sarapan itu. "Ayo, sarapan dulu," katanya untuk menghilangkan gugup.

Ashana berubah posisi membuat Devian berdiri sejenak. "Aku belum laper," balasnya dingin.

"Sedikit aja nggak apa-apa, mumpung masih hangat."

"Nggak mau. Nanti aku sarapan sendiri."

"Yaudah, kalau itu mau kamu." Devian menghela napas lalu menaruh kembali nampan ke atas nakas. Lalu pandangannya jatuh pada Ashana yang berusaha tidak berkontak mata dengannya. "Alhamdulillah nggak bengkak pelipis kamu. Sini aku obatin lagi."

Devian mengambil salep dan mengoleskannya dengan hati-hati ke pelipis Ashana. Dia sedikit lega karena kali ini Ashana tidak berontak.

"Maaf hari ini aku nggak bisa cuti mendadak. Jadi nanti aku panggil Mama kesini buat temenin kamu," ucap Devian ditengah keheningan mereka.

"Nggak. Apaan sih, panggil Mama segala." Ashana tidak setuju.

"Biar kamu ada temennya."

"Terus kamu biarin Mama tahu kalau aku luka? Aku harus jawab apa kalau Mama tanya macam-macam?"

Devian baru menyadari itu. "Kamu sendirian nggak apa-apa?"

Ashana berdecak kesal. "Apa-apaan sih, Kak? Udah deh, nggak usah lebay. Nggak usah peduliin aku!"

Love From Home Where stories live. Discover now