Bab 19

0 0 0
                                    

Love From Home
By Winda N

Ashana sudah tidak bisa tidur lagi sejak pukul setengah tiga pagi tadi, dia terbangun gara-gara notifikasi dari Andrea dan berlanjut berbalas pesan sampai menjelang subuh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Ashana sudah tidak bisa tidur lagi sejak pukul setengah tiga pagi tadi, dia terbangun gara-gara notifikasi dari Andrea dan berlanjut berbalas pesan sampai menjelang subuh. Dia baru menyudahi chatingannya kala adzan berkumandang. Dia bergegas bersiap untuk sholat subuh dilanjut membuka skripsinya. Barulah sekitar pukul enam pagi dia keluar kamar.

Netranya mengedar ke seluruh ruangan, tidak mendapati siapa pun. Dia menoleh ke arah pintu kamar Devian yang masih tertutup. “Tumben belum bangun,” lirihnya. Biasanya saat dia bangun, laki-laki itu sudah ada di dapur, menyiapkan makanan.

Meski begitu, laki-laki yang berstatus suaminya itu tidak ragu melakukan pekerjaan rumah. Hampir-hampir Ashana tidak pernah melakukan pekerjaan itu karena sudah dilakukan semua oleh Devian. Dia tidak diberi kesempatan untuk melakukan pekerjaan rumah. Dan anehnya laki-laki itu tidak protes.

Ashana berjalan ke arah dapur, dia ingin membuat sarapan. Meski masakannya tidak seenak buatan Devian, dia cukup percaya diri membiarkan masakannya dicicipi orang lain. Artinya tidak terlalu buruk. Usai membuat sarapan, dia bergegas kembali ke kamar karena hari ini akan kuliah.

Di tangga paling atas, matanya berpapasan dengan Devian yang baru keluar kamar dengan wajah sehabis bangun tidur. Ashana tidak menghiraukan laki-laki itu tapi tiba-tiba langkahnya dicegat.

“Minggir, aku mau siap-siap ke kampus,” katanya dengan nada dingin, menyuruh Devian menyingkir dari hadapannya.

“Siapa yang kasih izin kamu ke kampus?” Devian bertanya dengan nada serak.

“Jangan egois, deh, Kak. Kamu nggak bisa nyuruh aku bolos,” tukasnya.

Devian tidak menjawab, dia justru mendekat dan menangkup kedua pipi Ashana sama seperti kemarin malam.

“Aku nggak egois. Memangnya kepala kamu udah baik-baik aja, mau ke kampus?”

Embusan napas Devian yang mengenai wajah membuat dada Ashana berdesir aneh, perasaan yang sama dia rasakan kemarin kala laki-laki itu menangkup wajahnya. Dia buru-buru menarik wajahnya menjauh dari tangan besar itu.

“Nggak usah lebay deh, Kak. Aku ngak selemah itu!”

“Kita ke dokter aja, ya. Buat memastikan kepala kamu nggak apa-apa,” ajak Devian.

“Nggak mau. Udah minggir, Kak. Aku mau siap-siap.” Ashana mendorong Devian supaya minggir. Tapi laki-laki itu mematung.

“Oke, tapi harus aku yang antar,” tukas Devian.

Ashana menggeleng tidak terima. “Nggak mau. Mending berangkat sendiri.”

“Ngomongnya berangkat sendiri ternyata sama Andrea. Nggak boleh, aku nggak akan biarin itu terjadi!” jelas Devian tegas.

“Kenapa Kakak ngatu-ngatur aku, sih?”

“Kamu itu istri aku, makanya aku berhak ngatur."

Ashana terkekeh miring. “Kayanya Kakak udah lupa sama kesepakatan kita dulu.”

“Nggak usah bahas-bahas kesepatakan bisa? Kesepakatan itu nggak berlaku karena aku nggak setuju. Ini juga demi kebaikan kamu.”

“Bukan kebaikan, Kakak kesannya ngekang aku!”

“Kekang? Terus kamu masih berhubungan sama laki-laki lain itu apa? Kamu itu istriku, Ashana."

Ashana tertegun. Dia semakin yakin jika Devian memang memiliki perasaan padanya. “Tapi Andrea juga masih pacar aku, Kak. Kita belum ada kata putus.”

Devian menghembuskan napas lelah. “Kamu dilarang bahas laki-laki berengsek itu kalau lagi sama aku. Kalau kamu mau ke kampus berarti harus aku yang antar, kalau nggak mau, yaudah, nggak usah kuliah sekalian,” putus Devian akhirnya.

“Kak Devian kok jahat, sih. Nggak bisa gitu. Aku bebas mau ngapain aja—” Perkataan Ashana terpotong saat tiba-tiba Devian menyudutkannya ke tembok dengan tatapan tajamnya. “Kakak mau  ngapain?”

Devian menyorot Ashana dengan tatapan rendah. “Nggak usah banyak protes bisa? Kamu harus nurut sama suami.”

“Nggak mau!” berontak Ashana.

Dalam keadaan seperti ini, Ashana masih bisa mengelak membuat Devian semakin merasa gemas. Dia semakin mendekatkan tubuhnya pada perempuan itu. “Kalau kamu masih protes, aku bakal cium kamu kaya kemarin. Satu … dua …”

Ashana melototkan mata, dengan sekuat tenaga dia mendorong Devian hingga dirinya berhasil terlepas. “Devian gila!!” teriaknya. Usai itu dia berlari ke kamar. Sedangkan Devian tertawa puas.

****

Setelah mencari tahu sosial media Andrea, Devian baru tahu jika hubungannya dengan Ashana sudah terjalin sejak lama. Selama ini dia hanya tahu jika Ashana menjalin hubungan dengan Andrea, tidak menyangka mereka bertahan sampai selama ini.

Dari sosial media Andrea, Devian juga bisa tahu foto-foto semasa Ashana masih berseragam abu-abu sampai memakai almamater. Semua kejadian yang telah mereka jalani abadi disana. Sampai pada postingan terbaru yang membuat Devian terkejut, yaitu postingan saat Ashana dan Andrea hadir di sebuah pesta pernikahan. Dan itu terjadi pada hari kemarin saat Ashana tidak pulang.

Ternyata mereka pergi ke pernikahan teman mereka tanpa berpamitan dengan Devian. Devian menyesal karena tidak membuat tulang Andrea patah kemarin, seharusnya dia menghajarnya terus sampai laki-laki berengsek itu tidak berdaya.

Berani-beraninya dia membawa istri orang tanpa pamit.

Devian mematikan hapenya tiba-tiba, enggan melihat foto-foto kebersamaan dua orang itu yang membuat hatinya mendidih. Dia berdiri saat melihat Aisyah keluar dari ruang nicu.

“Aisyah!” panggilnya.

Orang yang dipanggil itu menoleh. “Devian. Ada apa?”

Devian mendekat. “Kalau kamu nggak keberatan, apa aku boleh ketemu sama Aidan?” tanyanya to the point. Entah kenapa dia sangat merindukan bayi laki-laki itu.

Aisyah berbipir sejenak, kemudian mengangguk. “Iya, aku antar nanti.”

Devian mengangguk. “Makasih. Aku tunggu sepulang dari sini nanti.” Usai mengatakan itu Devian kembali ke ruangannya.

.
.
.

Rabu, 20 Desember 2023

Rabu, 20 Desember 2023

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Love From Home Where stories live. Discover now