Butir 7

116 16 1
                                    

TAK BISA BANGKIT

"Kita seperti lilin dan api, terbakar habis dan tak bisa bangkit lagi."

***

REFO POV

Aku sudah terbiasa dengan sofa empuk ini, begitu juga dengan aroma khas di ruangan ini. Hari ini aku hanya mengunjungi dokter psikologisku, karena dokter mataku sudah tak bisa apa-apa. Aku sudah menyadarinya sedari dulu.

"Bagaimana tekanan yang kamu rasakan, Mas Refo?" tanya psikolog wanita itu.

Aku membenarkan dudukku. "Makin berat. Kurasa aku sudah tidak bisa menahan lebih lama lagi."

Wanita itu berdecak. Entah apa yang ia pikirkan, mungkin merasa telah gagal denganku. Andai aku bisa melihat jelas ekspresinya mungkin aku bisa menebak.

"Sudahkah kamu memikirkan apa yang aku bilang sebelumnya? Untuk menemui orang yang kamu sukai sejak SMA itu?"

"Lebih baik aku mati daripada menemuinya," tukasku mantap.

Dia kembali berdecak. "Semua tekananmu... Tidakkah menurutmu itu mungkin semua karena orang yang kamu sukai sejak SMA ini? Yang juga seorang laki-laki?"

Aku melesahkan nafas besar. "Sepertinya aku terlalu banyak bicara padamu."

Wanita itu tertawa. "Itulah pekerjaanku, Refo. Membuatmu bicara." Dia berhenti sejenak, mengambil nafas, lalu melanjutkan, "Kamu melakukan segalanya untuknya, tapi dia tak pernah menjadi milikmu. Dia yang tidak bisa kamu lindungi, dan kamu berjuang menjalani hidupmu untuknya juga. Tekananmu... Hal itu tidak akan sembuh. Jika kamu memang tidak mau menemuinya lagi, maka berdamailah dengan hidupmu yang sekarang. Kamu hanya perlu membawanya bersamamu, tapi hal itu sesuatu yang harus disingkirkan sedikit demi sedikit setiap hari."

"Aku mencobanya setiap hari. Tapi itu nggak mudah," balasku. "Memutuskan untuk menemuinya pun akan menjadi lebih sulit. Mungkin benar, tak ada tempat di dunia ini untuk orang-orang yang sakit seperti kami."

"Mengapa kamu terus menyebut homoseksual adalah penyakit? Orientasi seksual termasuk homoseksual bukan gangguan kepribadian atau mental. Gangguan psikologis dan perilaku itu syaratnya mesti ada distress(penderitaan) dan disability(ketidakmampuan). Seseorang yang menjadi homoseksual itu tersebab di antaranya variasi bentuk otak, kebanyakan orang homoseksual punya bagian anterior cingulate cortex dan temporal otak sebelah kiri lebih tebal. Faktor genetik juga menentukan, seperti kelebihan antrogen. Trauma masa kecil juga bisa menjadi penyebabnya. WHO dan Kementerian Kesehatan RI menyebut bahwa orientasi seksual homoseksual atau biseksual bukanlah gangguan jiwa." [*silakan baca PPDG III yang diterbitkan Kemenkes RI]

"Apa itu adalah suatu hal yang pasti penyebabnya?" lontarku.

Dia diam sejenak. Apakah dia bingung dengan jawabannya? "Homoseksual bisa jadi gangguan kesehatan mental apabila seseorang merasa tidak nyaman dengan prientasi seksualnya. Konflik batin yang kerap menyebabkan kegelisahan, stres, sampai gangguan kecemasan. Dan, tekananmu ini bukan karena itu, tapi karena kehidupan. Jadi berhentilah mengatakan bahwa kamu sakit."

"Tapi, orang-orang berpikir begitu," tukasku.

"Jika ada orang yang mengatakan bahwa homoseksual adalah penyakit dan menyalahkan orang itu maka dia bodoh. Apa orang sakit menginginkan dia sakit? Seperti seseorang yang menderita kanker, lalu orang-orang menyalahkannya karena dia mengidap kanker. Bukankah itu bodoh?"

Aku melesahkan nafas lelah. "Tetap saja, menemuinya adalah sesuatu yang akan menyakitinya lagi."

"Mas Refo..." panggilnya kelu. "Kita lupakan sejenak bahwa kita adalah dokter dan pasien. Jujur saja, aku sangat mengagumimu. Kamu melakukan apapun untuk orang yang kamu sukai, aku yakin jika harus menguras lautan demi dia, maka kamu akan melakukannya. Aku sudah banyak sekali menghadapi orang karena cinta, tapi tidak ada yang sepertimu. Semua kasus yang kuhadapi seolah-olah cinta itu egois, padahal tidak. Manusialah yang egois. Kita berjuang dan melindungi orang terkasih tak peduli bila itu menyakiti sekitar, kita selalu berpikir dari sudut pandang kita. Cobalah pikirkan dari sudut pandang orang yang kamu sukai ini, walau ini adalah keputusan yang terbaik tapi apakah ini juga merupakan yang terbaik untuknya?"

[BL] Stay With LoveWhere stories live. Discover now