Butir 20

98 7 2
                                    

CIUMAN DI BILIK GANTI

"Cinta adalah yang terkuat dari semua nafsu, karena ia menyerang kepala, hati dan indera seara bersamaan."
~Anonymous

***

REFO POV

Ramalan cuaca kali ini cerah di pagi hari dan hujan lebat di sore hari. Kembali kumasukan roti tawar ke mulut. Tak ada rasa, hanya mampir di lidah. Seperti janji-janji yang pernah terucap. Entah harus kumulai dari mana kesepian ini kujalani. Gelap yang mengucilkanku. Aku sangat ingin bisa melihat lagi. Aku ingin sebuah ketidakmungkinan.

Kunaikan volume radio tua di sudut meja. Sebuah lagu terputar. Entahlah, aku tak tahu judulnya. Ini lagu melo Korea.

Rasanya seperti kemarin rumah ini penuh canda tawa, tangis adik tiriku yang masih bayi tiap malam, nasihat manis nyokap, dan toko pigura yang masih ramai sewaktu orangtuaku belum bercerai. Semuanya perlahan memudar, menjadi sebuah kenangan yang kurindukan. Waktu berjalan lebih cepat dari yang kukira.

Kadang aku berpikir, jika aku tak memberi tumpangan ke sekolah pada Kin dulu, akankah semuanya berubah? Akankah aku masih bisa menyukai wanita? Apa aku tetap akan mengalami kecelakaan dan buta? Jika aku bisa memutar waktu, ingin sekali kuperbaiki banyak hal. Bukannya aku menyesal, hanya saja aku yang tak dewasa mengacaukan semuanya. Melukai Kin.

Demi apa pun, aku amat mencintai pria itu. Aku akan memberinya tumpangan ke sekolah seribu kali. Bermain basket hingga tak ada tenaga lagi. Aku rela kehilangan penglihatanku lagi, bahkan semua inderaku, untuk bersamanya. Jadi, semesta, tolong bawa dia kembali padaku.

Samar. Suara mobil dari halaman. Seperti tercubit, aku terkesiap. Bangkit dan melangkah meraba-raba menuju pintu rumah. Semenit kemudian suara itu hilang. Takut hinggap, membuatku berdebar. Kubuka dengan ragu pintu rumahku. Gelap. Bahkan siang tak mampu menerangi penglihatanku. Lalu suara roda, seperti roda koper, dan langkah sepatu mendekat.

"Re..."

Ooohhh... kulesahkan napas lega. Sungguh, itu suaranya. Aku melangkah maju, tanganku berusaha menggapai di mana pun ia berada. Hingga saat kutemukan, langsung kupeluk tubuhnya. Mendekapnya erat.

"Kin..." Ingin aku menangis bahagia. "Ke mana aja kamu? Kamu nggak tahu seberapa takutnya aku? Kupikir aku akan kehilanganmu lagi."

Dia balas memelukku. Mengusapkan wajahnya ke dadaku. "Maaf. Maafkan aku. Mulai sekarang aku akan selalu di sisimu, aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Mulai sekarang aku akan tinggal di sini... bersamamu."

Aku terkesiap, melepaskan pelukan. "Benarkah? Kamu nggak bohong? Kamu akan pindah ke sini?" cecarku bersemangat.

Mendadak dia mengecupku di bibir. Sedetik, tapi mampu meruntuhkan semua ketakutanku. "Ya," bisiknya.

Lalu dengan cepat kegendong dia.

"What are you doing?" lontarnya cukup terkejut.

"Dulu aku sering lihat film Hollywood, setiap cowok menggendong pengantin masuk ke rumah barunya."

Dia tertawa terbahak. "Kamu sangat klise."

Aku ikut tertawa. "Jadilah mataku, Kin. Tunjukkan arahnya," gumamku sembari melangkah.

"Kita mau nabrak jendela. Ke kanan," cetusnya sambil tak berhenti tertawa.

Aku mengikuti arahan, bergeser ke kanan.

"Koperku!"

"Tenang. Nggak bakal ada yang nyuri."

Kami maish tertawa. Rasanya sulit dipercaya. Seakan tak ada yang bisa menghalangi kami lagi.

[BL] Stay With LoveWhere stories live. Discover now