Butir 30

203 17 3
                                    

NEVER ENDING

"Di kehidupan yang lebih baik itu, akan kutemukan dirimu. Selalu."

***

KIN POV

Jakarta adalah kota penuh kenangan dan cinta. Suka duka kulalui di kota metropolis ini. Entah berapa gubernur yang kulewati, semuanya tampak berbeda dari sembilan tahun lalu saat aku meninggalkan kota ini untuk pertama kali. Jakarta, kucintai kala senja. Mentari mengubur sinar menyirat bukit-bukit atap. Menari di kening-kening rumah, membbelai perut sungai. Lalu lintas bergegas, kelip lampu beca. Semua makin pudar, semua jadi samar. Akankah kutemui lagi kota ini?

Mobil yang dikemudikan sahabatku, Gatra, melaju mulus menuju bandara. Ya, aku akan kembali pergi dari kota ini. Kali ini bukan untuk lari, tapi untuk kembali. Kepergianku yang mendadak ini disetujui semua orang. Sayangnya Papa nggak bisa terbang bersamaku karena harus mengurusi perusahaan, dan Mama harus menjaga Mei. Mereka berjanji akan menyusulku secepatnya, tapi aku tak berharap banyak. Bukannya aku kecewa, hanya saja aku mengerti dunia. Mereka adalah keluarga terbaik yang pernah kumiliki.

Kuusap kalung bentuk kepingan puzzle buatan Refo. Gambar bulannya sudah pudar, sudah usang dan sangat tua.

"Jangan khawatir. Setiap pulang bakala gue pastiin bahwa Refo baik-baik saja," gumam Gatra seolah mengerti kekhawatiranku.

"Ya. Tolong jaga dia buat gue, Tra."

Setelahnya tak ada lagi obrolan. Aku terlalu sibuk dengan pikiranku. Terlalu lelah untuk menyalahkan keadaan. Walau aku terus bertanya-tanya, apa kesalahanku hingga aku harus begini. Selama dua puluh tujuh tahun hidupku, aku tak pernah melakukan hal buruk. Aku menjalani hidupku dengan sungguh-sungguh, menuruti semua orang, dengan sekuat tenaga menghadapi hariku. Aku tak berharap tinggi, hanya saja... pantaskah aku menerima ini?

Seseorang tolong beritahu aku di mana kesalahanku.

Gatra tetap diam, bahkan setelah kita sampai di bandara. Polisi satu ini membantuku membawa koper. Orang-orang terus berlalu-lalang. Semua terasa memudar. Kukuatkan kakiku menuju antrian di lobi check in.

Aku masih nggak percaya, aku harus kembali meninggalkan kota ini. Meninggalkannya lagi. Hanya saja kali ini ada sesuatu yang mengganjal, dulu aku bisa merasa legowo, sekarang... entahlah, perasaan yang tak bisa dijelaskan dengan kata.

Kata orang, cinta pertama adalah cinta sementara yang kekanak-kanakan, tapi bagiku itu adalah sebuah hal besar yang mengubah hidupku. Kata orang, dalam hidup kita akan dipertemukan dengan tiga cinta, yaitu first love yang polos dan berkesan, hard love yang membawa rasa sakit luar biasa dalam berbagai bentuk, dan true love yang tak terduga yang mampu membawamu pada kebahagiaan. Kupikir aku sudah melewati fase-fase itu, hanya saja aku melewatinya bersama satu orang.

Refo adalah cinta pertama dan terakhirku.

Darinya aku bisa belajar banyak hal. Dia adalah orang terbaik yang menemaniku belajar bahagia, belajar sedih, belajar jatuh hati, belajar patah hati. Dia adalah guru terbaik dalam kehidupanku. Apakah kini aku sudah lulus? Menerima realitas bahwa seseorang yang tepat belum tentu menetap?

Setelah menunjukan dokumenku, aku menuju Gatra. Namun, tiba-tiba aku menjadi kalut. Kutatap langit-langit bandara, lampu-lampu terang itu seolah ingin mengucapkan salam perpisahan. Suara berisik orang-orang seolah senyap di telan kesunyian yang ingin mengajakku merenung. Kuhela napas dalam. Ini terlalu menyakitkan.

Mendadak Gatra memelukku. Erat. Seolah sedang mengucapkan perpisahan selamanya, atau mungkin itulah yang ia lakukan sekarang. Ini adalah pertama kalinya sahabatku ini memelukku, aku jadi tersentuh.

[BL] Stay With LoveWhere stories live. Discover now