Butir 12

107 10 0
                                    

APA YANG SALAH?

"Air yang banyak tak mampu memadamkan cinta, dan banjir tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala hartanya untuk membeli cinta, ia pasti akan dihina."
~Kidung Agung 8:7

***

KIN POV

Dia berdiri di sana, memandang kosong, padahal aku tepat di hadapannya. Dia nggak banyak berubah, masih jauh lebih tinggi dariku. Alis tebal yang memesona, hidung mancung dan bibir penuh yang merah. Rambutnya menutupi telinga dan sangat berantakan. Dia jauh lebih kurus dari terakhir kali kita bertemu setahun lebih yang lalu. Namun, ketampanan itu tak berkurang banyak. Wajah malaikatnya terbalut stres.

Juga wangi lavender yang kusuka darinya hilang.

Sungguh aku rindu wajah tampan ini. Amat sangat. Ingin sekali kuberhambur dan memeluknya, tapi pandangan yang tak mengarah padaku itu membuatku hancur. Mengapa harus dia yang mengalami ini?

"Re..." panggilku kelu. "Ini gue... Kin."

Mukanya langsung menegang. Shock. Mendadak ia melangkah mundur dan dengan cepat meraih gagang pintu, hendak menutupnya. Seketika kuhalangi dengan kakiku, untung saja sol sepatuku cukup tebal, kalau tidak pasti sudah kejepit.

"Apakah harus begini? Tidakkah kamu ingin mendengarkanku?" cecarku gematar.

"Tidak. Pergilah."

Aku langsung mendorong pintunya dan melangkah masuk. Dia mundur. Bola matanya bergetar gelisah. Kulihat ke bawah, ada bercak darah di ubin putih. Darah itu berasal dari telapak kakinya.

"Kamu berdarah," gumamku khawatir.

"Tidak," tukasnya cepat-cepat.

Kutatap wajahnya yang kacau itu. Dia sungguh terlihat sangat menyedihkan. "I miss you, Re." Aku benar-benar tidak bisa menahannya.

Dia diam saja, tak merespon apa-apa. Tetapi, mata dengan tatapan kosong itu memerah, air mata mulai terbendung. "Pergilah," kata itu sepenuhnya bergetar.

Aku mengambil satu langkah maju lagi. "Apa kamu tidak merindukanku? Tidakkah kamu ingin tahu apa yang sudah kulalui selama setahun ini tanpamu?"

"Pergilah. Gue nggak pengen dengar apapun," desaknya lebih keras.

"Gue pikir lo udah mati!" seruku tak mau kalah. Tak lagi menyebut 'aku-kamu'. "Gue kira, gue nggak bakal lihat lo lagi. Gue kira gue nggak bakal ketemu lo lagi. Bagaimana bisa lo ngelakuin ini? Bagaimana bisa lo ninggalin gue begini?"

"Lo duluan yang ninggalin gue!" Dia lebih keras lagi, membuatku agak takut. "Lo yang selalu ninggalin gue, setahun lalu dan saat kita SMA dulu. Lo yang selalu pergi dari gue."

Satu air mata lolos dari pelupukku. Perlahan kuraih tangannya. Menggenggamnya erat. "Maaf... Maafin gue. Gue nggak akan lagi ngelepasin tangan lo," gumamku tersedu. "Ayo, kita mulai lagi dari awal."

"Agar lo bisa ninggalin gue lagi?" Dia menarik tangannya kembali.

Aku benar-benar tertampar oleh kalimat itu. Benar, di sini akulah yang jahat.

"Lihat gue sekarang, Kin," nada bicaranya menjadi sendu. "Gue bukan orang yang dulu lagi. Gue buta. Cacat. Orang yang lo sukai itu sudah tak ada lagi di dunia ini."

Kutatap lekat matanya yang menatap kosong. "Sepanjang hidupku, aku tidak pernah jatuh cinta pada siapapun selain dirimu. Bahkan jika kamu adalah orang dengan kekurangan paling banyak di dunia, aku tetap menyukaimu."

Refo mengambil nafas dalam, air mata itu juga ingin jatuh. "Dulu gue selalu merjuangin lo. Apapun yang terjadi gue selalu ada di tempat yang sama. Karena gue percaya, gue adalah satu-satunya yang bisa ngelindungi lo. Kita harus tetap bersama agar bisa bertahan di dunia yang kejam ini. Namun, Refo yang itu sudah tidak ada lagi. Dia sudah mati malam itu."

[BL] Stay With LoveWhere stories live. Discover now