Butir 13

112 11 3
                                    

STAY WITH ME

"Seseorang akan bersama dengan orang yang ia cintai. Dan engkau akan bersama orang yang engkau cintai."
~HR. Tirmidzi

***

KIN POV

Aku berdiri agak jauh dari ranjang, menatap gelisah Refo yang terbaring dengan selang infus menelpel di tangannya. Setelah bermenit-menit akhirnya dokter menghampiriku.

"Pasien mengalami malnutrisi, sepertinya dia tidak makan beberapa hari. Apa dia tinggal sendiri?" ucap Dokter.

Aku mengangguk. "Ya. Apa dia baik-baik saja, Dok?"

"Jangan terlalu khawatir, pasien akan baik-baik saja. Biarkan dia istirahat sampai infusnya habis, kami akan kembali lagi nanti," jelasnya yang kemudian melangkah pergi.

Aku mengagguk mengucapkan terima kasih.

Kuhela nafas lega. Untunglah. UGD ini lumayan ramai, dokter dan perawat berseliweran, aroma alkohol dan harum pembersih lantai bercampur membuat asing penciumanku. Kutatap kalut dirinya yang terbaring lemah, pucat dan berantakan. Bagaimana bisa dia menderita sendiri seperti ini?

"Kin?"

Aku menoleh. Seorang dokter muda mendekatiku.

"Benar. Ini lo?" Dia terheran menudingku.

Aku mengerutkan kening bingung. Dia tampak sangat familiar, rambut agak keriting dan mata besarnya, ah, aku mengenalnya. Benar, itu dia. Namanya tertulis di tanda pengenalnya yang menggantung di saku dada jas dokternya.

"Radit?"

Dia adalah teman sebangkuku saat SMA. Si Wibu Berbehel.

***

Kami duduk di taman dengan minuman kaleng di genggaman masing-masing. Agak canggung, juga sangat senang. Sebuah kejutan besar bisa melihatnya lagi.

"Jadi sekarang dia buta?" gumam Radit lagi.

Aku mengangguk lemah. "Gue nggak pernah nyangka akan berakhir begini. Harusnya gue nggak kembali dari Amerika dua tahun lalu. Setiap kami bersama hal buruk pasti terjadi."

"Lalu apa yang bakal lo lakuin?"

"Mmm..." Aku bergumam cukup lama. "Refo nggak mau gue balik. Dia ngusir gue dari hidupnya."

Radit menenggak isi kalengnya lagi. "Tapi dia tidak punya siapa-siapa?"

Aku mengangguk lemah. "Dia benci gue."

Dia menatapku lamat. "Masuk akal. Lo ninggalin dia dua kali. Tapi mengingat dia adalah Refo yang pernah ngamuk di sekolah, gue rasa nggak. Gue rasa dia cuman mau ngelindungi lo, seperti waktu SMA dulu."

Aku balas menatapnya. "Terus gimana gue bisa menjaganya kalau gue saja dibuat menjauh?"

Dia tersenyum lembut. "Kalian bukan tak punya pilihan. Melainkan itulah pilihan yang kalian inginkan. Refo dari dulu selalu melakukan pembuktian cinta ke lo. Tapi itu nggak pernah cukup buat dunia. Seberapa keras kalian mencoba, dunia bakal tetap ngehina kalian. Di tengah dunia yang kejam ini, Refo lebih membutuhkan lo dari sebelumnya. Dia hanya nggak mau menyeret lo ke dunianya yang gelap. Namun, dia sendiri butuh cahaya... Lo."

Aku tersenyum tipis. Dia benar. Lalu senyumku makin lebar. "Lo berubah. Sekarang jadi banyak bicara."

Dia tertawa garing. "Kita sudah dewasa sekarang. Menjadi seorang dokter memanglah bukan impian gue waktu SMA. Tapi menjadi seorang dokter bisa buat gue lebih memahami cinta. Di rumah sakit ini gue melihat banyak orang menangis untuk cinta, membuat gue dewasa."

[BL] Stay With Loveحيث تعيش القصص. اكتشف الآن