35 | Bukan Waktu yang Tepat

266 25 2
                                    

focus : Yuna, Dylan, Naura, Farel, Gina

Yuna terus berlari menjauh dari kediaman Pranadipa, meskipun ia telah mendengar jeritan Naura berkali-kali untuk kembali. Air matanya bercucuran melewati pipinya yang lembut, semua orang melihatnya. Ia kerap melewati banyak orang sampai akhirnya ia menemukan taxi di dekatnya dan segera masuk ke dalamnya.

Ia pun segera memberikan alamat rumah neneknya yang berjarak 1 jam dari tempatnya sekarang. Ia ingin pergi menjauh, ia tak ingin satu orang pun menemukannya.

"Yuna bukaa!!!" Naura berhasil menyusulnya dan tengah mengetuk berkali-kali kaca mobil tersebut. Yuna memandang Naura dengan senyuman tipis lalu segera meminta supir melajukan mobilnya, "ayo pak kita pergi."

"Baik mba."

"YUNAA!!" Naura terus mengetuk jendela tersebut meskipun benda itu mulai melaju. Yuna tetap tak mengacuhkan sahabatnya dan malah meminta sang supir untuk menambahkan kecepatan mobilnya.

"NAURA!!" Dylan menarik Naura sebelum mobil itu segera menancapkan gasnya dengan cepat meninggalkan mereka berdua disana.

"Kak, Yuna kak!" ujar Naura mulai tak tahan dan menangis. Ia tak bisa melihat sahabat kecilnya tersakiti seperti itu. Dylan juga memandang sedih kepergian Yuna. Ia merasa bersalah pada gadis itu. Dylan mengusap bahu Naura lembut berusaha menenangkannya.

"Kak? Mana Yuna?" Tanya Farel dengan napas terengah setelah berlari dari rumahnya karena Naura kerap tidak mengangkat teleponnya.

"Pergi. Pakai taxi." Ujar Dylan dengan raut wajah sedihnya. Naura segera berlari ke dekapan Farel dan memeluknya. Farel membalas pelukan tersebut sembari mengusap lembut rambut kekasihnya.

"Rel, aku gabisa liat Yuna sedih kayak gitu. Dia gapernah nangis lagi semenjak ibunya meninggal dan itu tangis yang sama yang aku liat waktu itu." Naura menangis tak bisa membayangkan betapa sakitnya hati Yuna. Sejak ibunya meninggal Naura terus menjenguk nya dan mencoba menghiburnya. Sampai akhirnya ia bisa bangkit dan sukses seperti sekarang.

Farel mengeratkan pelukannya pada kekasihnya dan mencium puncuk kepalanya, "kita cari dia ya, sampai ketemu."

Naura mengangguk, "kita cari kerumahnya."

Farel, Dylan dan Naura pun akhirnya kembali ke rumah dan mereka bersiap akan mencari Yuna.

"Kak, kakak dirumah aja. Jagain Kak Bella sama Kak Dika ya," ujar Farel memandang Dylan.

Dylan mengangguk, "janji ya cari Yuna sampai ketemu. Kita berutang kata maaf sama dia."

Farel mengangguk, bagaimanapun ia tak ingin kembali ke London tanpa masalah ini membaik. Ia tak akan kembali ke London sampai gadis bernama Kei itu menjauh dari keluarganya. Farel dan Naura pun mengambil barang penting mereka dan beranjak menuju garasi. Namun disana seseorang menghalangi mereka.

"Kalian mau kemana?" Tanya Gina menarik lengan pasangan tersebut. Naura dan Farel menoleh.

"Cari Yuna mah," jawab Farel.

Gina tampak tak menyukai hal itu.

"Farel, Naura... " Gina memandang mereka berdua dengan senyum di wajahnya. "Mama tahu kalian saling suka bukan?" Perkataan itu sontak membuat keduanya terkejut dan saling memandang satu sama lain.

"Mama tau darimana?" Tanya Farel yang penasaran.

"Kalian gabisa tipu seorang ibu. Mama liat dari cara kamu mandang Naura sayang," ungkap Gina mengusap pipi Farel. Tatapan Farel masih datar dan tak menjawab apapun perkataan sang Ibunda.

"Mama tau sekarang lagi kacau banget. Tapi lebih baik kita atur pertunangan kalian sebelum Farel pulang ke London kan? Bagaimana?"

Akhirnya. Akhirnya setelah lamanya menanti, momen ini pun datang. Dimana akhirnya mereka berdua dapat dengan jelas memperlihatkan hubungan mereka pada orang-orang. Mereka sangat menunggu pertunangan ini apalagi sebelumnya Kei sempat menghalangi kisah cinta mereka. Farel sangat senang mendengar tawaran sang Ibunda. Benar, ia sungguh menginginkannya. Ia ingin segera bertunangan dengan Naura begitupun yang dirasakan oleh Naura. Sayangnya, waktunya tidak tepat. Farel pun menatap Naura di sampingnya yang matanya masih nampak kemerahan setelah menangis. Farel segera menarik napas panjangnya dan dengan berat hati ia mengungkapkan perasaannya.

Marriage Life | Svt&GfWhere stories live. Discover now