12 | Menyatakan rasa

1K 143 37
                                    

Focus : Rizki, Nadin, Naura, Farel

"Omah..." Ujar Rizki sembari berusaha menyuapi sesendok bubur pada neneknya, namun selalu di tepis wanita tua itu.

"Omah gamau makan. Kamu janji kamu bakal bawa menantu kerumah ini. Sampai sekarang mana buktinya!" Ujar Omah membuat kepala Rizki pening. Apalagi yang harus ia lakukan? Sejujurnya ia belum siap melupakan calon istrinya, Riska. Kenangan tentang Riska belum terlupakan sama sekali dalam benaknya. Bagaimana mungkin ia dengan mudahnya dapat berpindah hati?

"Omah... Rizki janji. Tapi sekarang makan dulu ya," tuturnya.

"Gamau, kamu selalu bohong! Omah gamau," ungkap Omah berdiri dengan tongkatnya dan menjauh dari Rizki.

"Omah!" Rizki mengejarnya.

Omah yang sudah tak kuat berjalan itu akhirnya terpaksa duduk di teras memandangi taman berukuran sedang dengan kolam ikan di dalamnya.

Walaupun usia nya hampir 60 tahun tapi matanya masih bisa melihat dengan jelas. Ia memandang ranting, daun hingga ikan-ikan di dalam kolam. Lalu ia menoleh menatap seorang wanita yang masuk melewati pagar berwarna coklat milik rumahnya. Ia memandang gadis itu berjalan ke arahnya sembari memasang senyuman manisnya. Gadis itu membawa sebuah tas besar di tangannya. 

"Assalamualaikum, Omah..." Ujar gadis itu tampak ramah padanya.

"Waalaikumussalam, siapa ya?" Tanya nya.

"Aku Nadin, Ada Rizki nya omah?"

Omah memandang gadis itu dari ujung kepala hingga ujung kakinya. Paras cantik, pakaian sopan, dan keramahannya menarik perhatian Omah.

"Omah!!!" Teriak seseorang dari dalam rumah. Lalu orang tersebut berjalan menuju teras dan terkejut mendapatkan Nadin ada disana.

"Nadin???" Tanya Rizki terkejut. 

"Hai! Ini ada titipan dari Mamah buat kamu sama Omah, dimakan ya," ujarnya memberikan tas totebag berwarna pastel kepada Rizki.

"Eh gausah repot-repot. Makasih yaa," ujar Rizki tersenyum menatap Nadin. Lalu mereka berdua berbincang sebentar, untuk menanyakan kabar dan keadaan masing-masing.

Omah yang sedari tadi menjadi orang ketiga yakni yang menguping pembicaraan cucung dengan gadis di hadapannya ini mulai tersenyum. Ia merasakan sesuatu dan itu harus terjadi. Ia menatap bagaimana mereka saling menatap dan berbicara. Ia juga merasa lega ketika melihat Rizki kembali tertawa dan tersenyum bahkan bercanda dengan Nadin.

"Kalau gitu aku pamit ya. Omah Nadin pamit ya," ujar Nadin mencium punggung tangan Omah.

"Iya iya, datang lagi ya. Kita ngobrol-ngobrol lagi," ujar Omah lalu memandang kepergian Nadin. Setelah tubuh Nadin sepenuhnya hilang, Omah segera menatap cucung disampingnya tersebut.

"Siapa itu?" Tanyanya.

"Nadin Omah, adik Farel."

"Farel Pranadipa itu? Yang sering main sama kamu waktu kecil?" Tanya Omah lagi. Rizki hanya mengangguk lalu duduk di lantai menaruh kepalanya di pangkuan Omahnya. Rizki sangat suka ketika Omah memainkan rambutnya, itulah mengapa ia sering menyandarkan kepalanya di pangkuan Omahnya.

"Cantik ya..."

"Iya..."

"Keliatannya baik juga.."

"Iya Omah baik..."

"Pinter juga ya..."

"Iya Omah..."

"Besok kita kerumahnya," ujar Omah tiba-tiba berdiri dari duduknya. Lalu meraih tongkat di sampingnya.

"Hah??? Ngapain Omah?" Tanya Rizki terkejut lalu ikut berdiri.

Marriage Life | Svt&GfWhere stories live. Discover now