19 | Karena Sebuah Alasan

924 110 10
                                    

Focus : Rizki, Nadin

"Ada yang mau gue omongin," ujar Nadin menatap Rizki di hadapannya. Ia bertemu dengan Rizki karena ada sesuatu yang menurutnya perlu dikatakan pada calon suaminya itu.

Calon suami? Sebenarnya semalam keluarga Rizki datang ke rumah besar Pranadipa membawa sebuah lamaran untuk anak bungsu Andro dan Gina. Hal ini merupakan hal paling mengejutkan bagi setiap anggota keluarga yang mengenal Rizki sebagai sahabat baik Kakak-kakaknya Nadin dan sudah dianggap seorang putra oleh Gina sendiri.

Nadin pun sama terkejutnya melihat Rizki lah pria yang membawa lamaran itu untuknya.

"Sebenarnya saya kesini dengan Rizki bertujuan ingin melamar putri bungsu Pak Andro dan Bu Gina," ujar Omah.

Tentu saja kedua orang tua Nadin sangat senang, hampir sebulan sejak kejadian menyakitkan itu terjadi pada putri mereka dan kini ada pria baik yang siap meminang Nadin.

Sayangnya Nadin tak menyukai lamaran ini, entah mengapa ini terlalu cepat untuknya. Ia baru di selingkuhi mantan calon suaminya sendiri dan kini sudah ada pria lain yang ingin melamarnya.

"Jadi bagaimana Bu Gina dan Pak Andro?" Tanya Omah.

Gina dan Andro saling menatap, begitu pun kakak-kakaknya. Nadin hanya menunduk bingung sambil memainkan jarinya. Ia ragu untuk menerimanya. Ia merasa ia belum siap menjalani rumah tangga karena kesalahannya dulu.

"Kalau itu kami serahkan ke Nadin," ujar Andro menatap putrinya. Semua pasang mata pun tertuju pada Nadin, mereka menunggu jawabannya, begitupun Rizki yang terlihat sangat gugup saat itu.

"Nadin...?" Panggil Gina menatap putri di sampingnya. Mata Nadin menatap bola mata sang Ibunda dan mulai mengingat-ingat bagaimana pahitnya Gina yang sering di hina oleh teman-temannya, kalau ia gagal memilih pasangan yang baik untuknya.

Nadin juga mengingat bagaimana Ayahnya yang pasti sudah malu ketika membatalkan undangan-undangan para tamu. Begitupun dengan Kak Dylan yang harus berjuang bersusah payah mencarikan pria yang tepat untuknya. Semua sudah berkorban untuknya, mungkin ini saatnya untuk dirinya membalas pengorbanan keluarganya.

"Nadin mau," ujar Nadin kembali menunduk. Semua pun senang begitupun Farel yang langsung memeluk Rizki dengan gembira, "bentar lagi lo adik ipar gue ki."

Di lain sisi sebenarnya Rizki pun terpaksa menuruti kemauan Omah nya karena ia yang sudah sakit-sakitan. Permintaan Omah hanyalah ingin melihat Rizki menikah sebelum ia wafat dan Rizki tidak mungkin egois dengan itu.

"Alhamdulillah makasih banyak, saya tau Rizki anak yang baik. Saya percayakan anak saya dengan Rizki."

Rizki tersenyum walau terpaksa ketika mendengar ucapan Andro. Ia segera menatap Nadin yang masih menunduk, ia juga terkejut mengapa Nadin menerimanya secepat itu.

"Mau ngomongin apa?" Tanya Rizki menatap Nadin di hadapannya yang terlihat gelisah.

"Se-sebenernya gu-gue..." Nadin sangat takut mengatakan alasan sebenarnya menerima Rizki. Ia takut Rizki sakit hati mendengarnya.

"Bilang aja, gapapa kok," ujar Rizki yang tampak sudah mengira Nadin akan melakukan ini.

"Tapi lo jangan marah ya?" Ujar Nadin.

Rizki tersenyum lalu menggeleng, "ga akan Din."

"Sebenernya... Alasan gue nerima lo..." Nadin menggantungkan ucapannya membuat Rizki mati penasaran.

"Ih, lo janji kan? Tapi kalau abis ini lo mau batalin lamaran juga terserah lo," imbuh Nadin.

Rizki memandang Nadin, seketika ia sangat takut dengan alasan yang akan diberitahukan Nadin. Walaupun begitu sebenarnya ia juga ingin jujur pada Nadin bahwa ia juga memiliki sebuah alasan.

Marriage Life | Svt&GfOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz