10 | Bukan salah kamu

1.1K 148 46
                                    

Fokus : Caca, Reyhan, Bella, Farel

Caca mengambil ponsel di atas meja makan ketika benda tersebut berdering. Tertulis nama 'Mama' di layar. Caca segera mengangkat panggilan video dan memandang benda persegi panjang yang menampilkan sosok Ibundanya.

"Assalamualaikum Mama!! Apa kabar ma? Yang lain mana? Nadin keadaannya gimana ma sekarang?" Ucap Caca segera melemparkan banyak pertanyaan pada Gina. Sekarang Caca sudah kembali ke Bogor. Kejadian kemarin lusa mengenai Nadin benar-benar membuatnya khawatir. Tapi sayang ia sedang berada di Bogor saat itu, terpaksa ia hanya bisa membantu dengan doa.

"Waalaikumussalam, baik. Semua baik. Yang lain lagi sibuk sendiri," jawab Gina lalu tiba-tiba muncul Dika dibelakangnya.

"Dika!!!! Aku kangen!!" Ujar Caca lalu ditanggapi kekehan dari Dika.

"Gue emang ngangenin Ca," jawab Dika membuat Gina tertawa sedangkan wajah sebal tercetak baik di wajah Caca.

"Gajadi, males!"

"Mana Crystal?" Tanya Dika sembari menatap area sekitar Caca yang tampak dilayar.

"Tidur."

"Rey mana?" Kali ini Gina yang bertanya.

"Rey lagi sama Bang Reza di teras."

Reza adalah Kakak Ipar Caca dan rumah mereka bersebelahan. Reza dan Reyhan  bekerja di perusahaan yang sama melainkan perusahaan ayah mereka. Beberapa bulan yang lalu ayah mertua Caca meninggal dunia maka pemegang perusahaan turun sama rata kepada Reza dan Reyhan. Kini mereka berdua sedang membicarakan sesuatu di teras, yang pasti itu mengenai pekerjaan.

"Oh iya Ca!" Tiba-tiba Dika teringat akan suatu hal.

"Kenapa?"

"Shasi sepupu kita 2 minggu lagi menikah, kira-kira kamu dateng ga? Ajak Rey juga," ujar Dika membuat Caca terkejut.

"Wahh!!! Aku pengen dateng!! Coba aku tanya Rey dulu," ujar Caca menghampiri pintu utama. Pintu berlapis cat hitam tersebut sedang separuh terbuka menampilkan tubuh Reyhan yang sedang duduk di kursi menghadap Reza di sampingnya.

"Udah Kakak bilang gausah turutin istri mu terus!!!" Suara Reza terdengar hingga gendang telinga Caca, membuat wanita itu menghentikan langkahnya.

"Kamu bulan ini cuti hampir 2 minggu demi acara keluarga Istri mu itu!!" Caca memandang punggung Reyhan yang terlihat sedang membungkuk, sepertinya kepalanya sedari tadi menunduk karena mendengar nasihat sang Kakak. Caca jadi sedikit khawatir dengan Reyhan, karenanya ia dimarahi oleh Kakaknya.

"Ca? Kenapa?" Ujar Gina heran dengan raut wajah Caca yang tampak khawatir. Caca pun menatap benda kotak di tangannya.

"Mah, nanti Caca telepon lagi ya. Ada hal penting," tutur Caca lalu ia mematikan panggilan setelah Gina menyetujuinya.

"Kamu enak ya, jalan-jalan, liburan sama keluarga, urusan kerja di serahin semua ke Kakak. Kalau gini caranya kamu pindah aja ke perusahaan mertua mu!" Caca menatap iba suaminya lalu ia memutuskan untuk berdiri membelakangi pintu seraya mendengarkan pembicaraan kedua kakak beradik tersebut.

"Bilang ke istri mu itu! Dia mau suaminya nafkahin apa engga? Jalan aja kerjaannya! Sinta juga bilang akhir-akhir ini istri kamu ga masak. Kalian terpaksa beli makanan diluar..." Caca menahan air matanya, walaupun istri Reza benar bahwa ia tidak memasak. Namun itu karena Reyhan sedang ingin memakan makanan lain.

"...kapan istri mu belajar menabung?? Foya-foya aja kerjaannya! Kasih tau dia, Caca emang dari keluarga kaya. Tapi dia bukan nikahin cowok terkaya kayak ayahnya itu. Dikira nyari duit gampang." Gagal total, air mata Caca pun terjatuh. Apa ia tampak seburuk itu? Apa ia benar-benar telah menghabiskan uang suaminya?

Marriage Life | Svt&GfWhere stories live. Discover now