11 | Buket Bunga

1K 124 12
                                    

Fokus : Dika, Yuna

Pagi ini seperti biasa Yuna sedang berada di butiknya. Baru seminggu yang lalu ia membuka toko butiknya dan pelanggan tak henti-hentinya berkunjung.

"Nungguin siapa Ka?" Tanya Tuti pegawai yang berkerja di butik Yuna kepada atasannya yang sedari tadi menatap pintu.

"Eh? Engga nunggu siapa-siapa," ujar Yuna berbohong.

"Masa sih ka? Pacar Kak Yuna mana? Yang ganteng itu," tutur Tuti mengingat biasanya ada lelaki tinggi tampan yang tidak pernah absen untuk berkunjung ke butik ini.

"Pacar?? Siapa??"

"Itu loh kak yang hidungnya mancung terus lucu itu," ucap Tuti sembari membayangkan wajah rupawan lelaki tersebut.

"Dika maksud kamu?" Tanya Yuna yang bingung.

"Nah iya ka, mas dika. Ganteng banget kak, kayak pangeran-pangeran di film gitu loh kak... badannya kekar, bawa pedang, pake jubah, baju prajurit. Unch pokoknya," ujar Tuti sembari menghalukan Dika mengenakan pakaian kerajaan namun segera sadar ketika Yuna menjitak jidatnya.

"Aduh kak sakit," rintihnya.

"Kebanyakan nonton drakor sih," celoteh Yuna sebal.

Yuna pun kembali menatap kaca besar yang menampilkan jalanan. Sejujurnya Tuti benar, ia sedang menunggu kedatangan Dika. Beberapa hari lalu Dika memberikan papan bunga atas kesuksesan butik barunya dan itu sangat indah. Hari selanjutnya ia memberikan sebuah kue black forest yang membuat Yuna tak bisa melupakan rasanya. Hari berikutnya Dika membawakan beberapa wadah yang berisi makanan yang dibuat oleh Tante Gina. Sampai kemarin, Dika membawakan dua ramen untuk mereka makan bersama. Walaupun itu terbilang murah, tapi Yuna sangat menikmati detik demi detik dengan Dika. Semakin hari Dika semakin bisa merebut hatinya. Sampai-sampai kini ia sedang menunggu pria tersebut untuk melenyapkan sedikit kerinduannya.

Sudah hampir 2 jam batang hidung Dika tak kunjung muncul. Yuna pun sudah beranggapan sepertinya kali ini lelaki itu tidak akan datang. Lagipula ada apa dengannya yang sangat mengharapkan Dika agar datang, padahal ia tau semuanya bahwa Dika hanya sebatas teman yang menganggapnya sebagai seorang adik.

Ketika Yuna ingin beranjak mengambil ponsel di ruangannya, tiba-tiba suara lonceng berbunyi—menandakan ada orang masuk ke dalam butiknya.

"Yun..."

Senyuman tercetak lebar di wajahnya. Ia tahu Dika pasti akan datang. Yuna pun berbalik, "Dika kamu..."

Yuna terdiam ketika memandang pria lain di hadapannya.

"Dika?" Tanya Rio mantan pacarnya.

"Rio? Kamu ngapain disini?" Tanya Yuna terkejut dengan kedatangan mantan pacarnya itu.

Rio dan Yuna tidak menjalani hubungan yang cukup lama. Hanya 5 bulan dan mereka berpisah karena Rio memutuskan hubungan sebelah pihak. Yuna pun tidak tahu apa alasan Rio sampai ia melihat Rio sedang berkencan di sebuah kafe kesukaannya dengan wanita lain. Yuna sudah menduga pasti lelaki itu merasa bosan karena Yuna merupakan wanita yang cukup sibuk. Yuna lebih fokus ke bisnis nya ketimbang pacarnya sendiri. 

"Selamat!" Ujar Rio menyodorkan buket bunga. Yuna tersenyum lalu menerimanya.

"Terimakasih..." Ungkap Yuna. Lalu mereka berbincang untuk beberapa saat.

-o0o-

"Mah!! Mamah!!" Pagi-pagi Dika sudah membuat kericuhan.

"Kenapa Dika? Mamah lagi ke pasar," ujar Dylan yang sedang duduk bersama Bella di ruang tengah. Lama-kelamaan Dika tak kuat tinggal di rumahnya. Rasanya aneh bukan iri dengan Kakaknya sendiri? Tapi ia sangat cemburu melihat Kakaknya yang bahagia dengan istrinya, membuat ia ingin cepat-cepat menikah.

"Yah!! Kalau gitu, Kak Bella aja," ujar Dika mendekat ke arah Bella dan duduk di sampingnya. Ia menyodorkan beberapa gambar pada Bella dari ponselnya.

"Bagus yang mana Kak?" Tanyanya.

"Wihh, kamu mau kasih ke siapa??" Tanya Bella terkejut melihat berbagai macam buket bunga indah. Dylan ikut mengintip dan tersenyum ke arah Dika.

"Buat Yuna kan?" Ujar Dylan optimis sambil mengejek adiknya yang malu-malu itu.

"Yuna? Engga lah! Ngapain juga kasih ke Yuna," ujar Dika namun matanya memandang ke arah lain—tak ingin menatap wajah sang Kakak.

"Ah masa..." Dylan masih saja meledek adiknya tersebut.

"Bagus yang ini Dika," ujar Bella menunjuk salah satu foto.

"Oke kak, makasih Kak Bella sayang," ucapnya sengaja memancing Dylan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Oke kak, makasih Kak Bella sayang," ucapnya sengaja memancing Dylan.

"Heh!!!" Dylan segera memberikan tatapan mematikannya. Secepat kilat, Dika kabur melarikan diri dan pergi ke toko bunga terdekat. Semoga saja ketika dirumah nanti kakaknya tak mengingat kejadian tadi atau tidak....

Entah apa yang akan terjadi padanya.

-o0o-

Dika mempercepat langkahnya. Ia berjalan dengan kemeja putih dan sebuket bunga besar di genggamannya menuju butik Yuna yang sudah cukup dekat dari jangkauan matanya. Beberapa pasang mata pun menyorotnya, mungkin sebagian wanita dari mereka ingin sekali pria tampan seperti Dika akan memberikan bunga itu pada mereka. Namun nyatanya, Dika sudah menyiapkan untuk wanita yang paling dicintainya.

"Pasti Yuna bakal suka," ujarnya berbicara pada diri sendiri sembari memandang bunga merah yang indah di tangannya.

Beberapa detik kemudian Dika sampai di depan butik Yuna lalu memandang gadis itu sedang duduk menatap kaca besar dihadapannya. Sepertinya Yuna sedari tadi menunggu kedatangannya.

Dika pun tersenyum dan melanjutkan langkah kakinya mantap. Sampai akhirnya...

Ia berhenti.

Ia terkejut melihat pria yang ia kenal sedang memasuki butik Yuna membawa buket bunga berwarna ungu, dia Rio.

Dika membeku di tempat sembari memperhatikan Rio dan Yuna dari depan bangunan tersebut. Yuna terlihat begitu senang. Bahkan mereka berbincang cukup lama.

Dika melenyapkan segala kecemburuannya, mungkin saja Rio hanya ingin memberikan selamat atas butik barunya Yuna. Namun semuanya hancur lebur ketika matanya melihat Rio dan Yuna berpelukan.

Tiba-tiba mental Dika menciut, hatinya perih, matanya memerah, dan tubuhnya berjalan mundur. Ia dengan cepat pergi dari tempat itu sembari membawa buket bunga besar yang sudah ia siapkan tadi.

Ia menancapkan gas dengan kecepatan kencang. Mood nya berubah seketika. Rasanya ia ingin berteriak dan menggocoh Rio tadi. Namun apalah daya, bahkan Yuna sepertinya tidak pernah mencintainya.

-o0o-

Dika 😭😭

Kasian Dika–Yuna belum kebagian part, sekarang khusus mereka berdua dulu hihihi

Yu komen yu, seneng banget liat kalian komen😁

Marriage Life | Svt&GfWhere stories live. Discover now