27 Sensitive

5.8K 405 55
                                    

Hey Guys...!!! Welcome back to my story...!!!

Ada yang nungguin Kaivan dan Mega??

Awalnya author mau update sesuai target, tapi ntah kenapa susah aja update sesuai target ya, pembaca pelit vote semua. Jadi buat bikin update tetep rutin, author udah buatin jadwal up kemaren di instagram. Kalian pada komen dan hari Senin jadi yg terbanyak.

Mulai hari ini, My Powerful Wife bakal update setiap hari senin ya guys.. 😉

Sekarang langsung aja masuk, hope you guys enjoy it, let's check this out...

Enjoy and happy reading...

*
*
*

Mega menatap dokter Helena yang masuk ke dalam ruangan Kaivan dengan tatapan sinis. Sementara dokter Helena hanya menatap Mega sekilas sebelum kembali menghadap Kaivan.

"Dokter lagi ada konsultasi sekarang?" tanya dokter Helena menatap Kaivan.

"Nggak ada, silakan duduk di sana Dok," jawab Kaivan dan menyuruh dokter Helena duduk di atas sofa.

Dokter Helena langsung duduk di sofa, tepatnya di seberang Mega duduk. Membiarkan Mega menatapnya dengan mata menyipit.

"Jadi apa yang mau Dokter diskusikan?" tanya Kaivan yang ikut duduk, namun di samping Mega.

Dokter Helena tidak langsung menjawab, melainkan melirik Mega yang masih duduk di sana dengan wajah angkuhnya.

"Dia tidak akan mengganggu pembicaraan kita Dok, silakan fokus aja," ucap Kaivan yang mengerti arti tatapan dokter Helena.

"Dokter yakin?" tanya dokter Helena memastikan.

"Maksud kamu apa ngomong gitu?" kali ini Mega lah yang bersuara dengan tubuh yang maju ke depan.

"Udah, Dokter Helena silakan," lerai Kaivan sambil menahan tubuh Mega agar kembali tenang.

Dokter Helena pun melanjutkan inti kedatangannya kepada Kaivan. Dia perlu berdiskusi mengenai satu pasien yang memerlukan tindakan operasi.

Sejujurnya dokter Helena cukup kecewa karena Kaivan membiarkan Mega yang tidak memiliki wewenang medis apapun ikut mendengarkan pembicaraan ini, hanya saja ia tidak bisa memaksakan kehendak di kantor orang lain. Mega pasti adalah pasien VIP, bagaimanapun ia tidak bisa bertindak sembarangan.

"Nanti saya kabari secepatnya, Dokter siapkan aja tadi ya," ucap Kaivan mengakhiri pembicaraan mereka.

"Oke Dok, makasih ya udah mau bantuin," balas Mega.

"Udah jadi tugas saya," ucap Kaivan sopan.

"Yaudah kalo gitu aku permisi dulu Dok," ujar dokter Helena beranjak berdiri.

Kaivan pun mengantar dokter Helena keluar dari ruangannya. Ia kembali menatap Mega setelah menutup pintu ruangannya.

"Kenapa kamu judes banget sih sama orang?" tanya Kaivan yang kembali duduk di samping Kaivan.

"Kenapa kamu diem aja sih waktu dia genitin kamu tadi?" balas Mega sengit membuat Kaivan langsung mengerutkan keningnya.

"Genitin apa maksud kamu?" tanya Kaivan kembali duduk di samping Mega.

"Gak liat tadi dia sengaja majuin badannya biar bisa cium-cium bau kamu? Biar bisa deketan ngomong sama kamu?" sengit Mega lagi.

"Aku gak ada mikir sampe ke sana Mega," ucap Kaivan menggelengkan kepalanya.

"Alah sok-sokan aja gak ada mikir ke sana, padahal kalo gak ada aku kalian bisa aja ngelakuin yang lebih," bantah Mega pedas.

"Stop Mega, jangan mancing-mancing buat berantem terus deh," ujar Kaivan lelah.

"Kamu kok malah nyalahin aku sih?" protes Mega.

"Aku gak nyalahin kamu, cuma aku gak suka kamu selalu menilai sesuatu dari sisi negatif terus," bantah Kaivan lembut.

"Terserah lah, belain aja terus dokter kecentilan itu," kesal Mega dan beranjak berdiri untuk keluar dari ruangan Kaivan.

"Mau kemana?" tanya Kaivan menahan lengan Mega.

"Mau keluar, sumpek aku duduk di ruangan kamu bekas udara yang sama dengan Dokter centil itu," jawab Mega ketus.

Kaivan mengerutkan keningnya mendengar ucapan tidak masuk akal dari Mega. Kenapa Mega tidak bisa lepas dari dramanya?

"Aku anter," tahan Kaivan masih menggenggam tangan Mega.

"Nggak usah, kerjain aja permintaan si centil itu," tolak Mega mentah-mentah.

Kaivan benar-benar diuji kesabarannya oleh wanita satu ini. Pria itu langsung berdiri dan kembali mengangkat Mega seperti tadi, membawanya keluar dan segera memasuki lift untuk kembali ke ruang rawat istrinya.

***

Kaivan meletakkan Mega di atas ranjang. Sejak tadi Mega tidak mengeluarkan suara sama sekali. Perempuan itu kembali merajuk sungguh membuat Kaivan pusing.

"Udah dong ngambeknya," bujuk Kaivan.

Bukannya membalas perkataan Kaivan, Mega justru membuang muka. Dia malas meladeni Kaivan yang tidak tegas.

"Mega?" panggil Kaivan lagi yang masih tak diindahkan juga.

Cup.

Kaivan mencium bibir Mega untuk membuat fokus wanita itu kembali padanya. Benar saja, Mega langsung menatapnya.

"Tunggu sini bentar ya, kita pulang nanti sore?" tawar Kaivan.

"Terserah," jawab Mega cuek.

Kaivan menghela napas. Ia langsung mengambil posisi untuk memerangkap tubuh Mega di bawahnya.

"Udah ya? Aku capek," ujar Kaivan menatap Mega dalam.

"Yaudah sana balik kerja, bantuin cewek kesayangan kamu itu," usir Mega.

"Kamu maunya gimana?" tanya Kaivan yang sudah lelah.

"Mikirlah kamu sendiri," ujar Mega kembali membuang muka.

Kaivan kembali mencium bibir Mega. Kali ini bukan hanya ciuman ringan, melainkan lumatan yang cukup dalam dan panjang.

Kaivan memejamkan matanya dan menikmati kegiatannya selama beberapa menit sampai akhirnya dia harus melepaskan pagutan bibir mereka.

"Kamu kasih tau aku harus gimana biar kamu gak marah lagi?" tanya Kaivan setengah berbisik.

[Sebagian chapter telah dihapus. Baca kelengkapan ceritanya hanya di ebook yang tersedia di Google Play.
Link pembelian ada di bio profil author.
Yuk baca kelengkapannya sekaligus support author untuk terus berkarya 😊]

My Powerful Wife (COMPLETED)Where stories live. Discover now