37 Information

2.3K 227 29
                                    

Hey Guys...!!! Welcome back to my story...!!!

Gimana kabarnya? Ada yang nungguin Kaivan dan Mega??

Hari senin waktunya update kisah mereka nih. Kira-kira bakal ketemu gak ya bu mega yg dicariin sama pak kaivan? 😂

Tanpa lama-lama, langsung aja. Hope you guys enjoy it, let's check this out.

Enjoy and happy reading.....

*
*
*

Kamar bernuansa gelap yang dipenuhi beberapa peralatan elektronik itu tampak begitu hening saat ini. Kedua pria yang sedang mengamati sesuatu di depan beberapa layar monitor itu terlihat begitu serius.

"Setelah gue tau kecocokannya 80%, berarti kemungkinan besar itu emang dia. Gue liat dimana postingan ini dibuat, nih di sini," ucap Hendry menampilkan peta dunia di layar monitor lainnya. Menunjuk sebuah Negara yang terletak sangat jauh dari Negara mereka saat ini.

Haidar melongo melihat dimana tempat kemungkinan kakak iparnya berada. Siapa yang akan mengira Mega bisa berada sampai di sana?

"Karena gue belum bisa pastiin 100% jadi gue cari tau lagi. Tempat postingan ini ada di kota ini. Gue coba lacak orang-orang yang ada di sana. Lo nggak tau seberapa muak gue nyariin satu-satu orang di sana. Sampe akhirnya gue nemuin satu hal. Di sini, di rumah sakit ini pernah ada Adam Sanjaya masuk ke sana, tepatnya satu tahun lalu," ucap Hendry.

"Adam Sanjaya?" tanya Haidar memastikan.

"Iya, orang yang bakal gantiin kakak ipar lo jadi direktur utama GS Corp bentar lagi. Dibilang kalo dia baru pulang dari luar negeri setelah kecelakaan 1 tahun lalu kan, berati pas emang di rumah sakit ini," ucap Hendry membuka satu rumah sakit yang terdapat di kota itu.

"Di tanggal Adam Sanjaya masuk ke rumah sakit ini, ada puluhan orang yang juga masuk ke sana. Tapi bagusnya gue bisa dapatin semua datanya. Emang di sana nggak ada nama Mega Sanjaya. Tapi ada satu nama yang gue curigai," lanjut Hendry yang kini membuka pop up baru menampilkan data orang lain.

"Ini," tunjuk Hendry pada satu kata yang membuat Haidar merasa déjà vu.

'Camellia' hanya itu yang tertera di kolom nama salah satu pasien. Lengkap dengan data diri serta riwayat medis di sana.

"Camellia?" beo Haidar.

"Gue nggak tau siapa itu Camellia, tapi setelah gue cek lagi riwayat lengkapnya Mega Sanjaya, nama resminya itu Mega C. Sanjaya. Dan ini cuma ada di berkas GS Corp aja. Lo harus tau gue bangga banget sama diri gue sendiri karena berhasil nyusup di keamanan yang dibuat Bang Felix. Hebat banget kan gue?" ujar Hendry penuh kebanggaan atas dirinya sendiri.

Haidar sama sekali tidak mengindahkan ucapan Hendry yang membanggakan dirinya sendiri. Ia hanya fokus pada satu nama yang sejak tadi terasa mengganjal di benaknya.

"Lo bilang Mega C. Sanjaya?" tanya Haidar memastikan.

"Iya. Kalo menurut gue ya, bisa aja C di tengah nama Mega Sanjaya itu emang Camellia. Soalnya gue udah coba akses semua riwayat orang yang masuk bareng Adam Sanjaya. Ada yang udah meninggal, ada yang cacat, gue punya semua riwayat hidup mereka dari berbagai arsip dan media sosial juga. Cuman Camellia aja yang nggak ada riwayatnya. Tapi beberapa data di sana emang mirip kayak datanya Mega Sanjaya, contohnya berat badan yang beda tipis, golongan darah juga, selebihnya nggak ada lagi," ujar Hendry menjelaskan menurut analisanya.

Haidar mendengarkan semua penjelasan Hendry dengan baik. Ia tiba pada kesimpulan kalau ia harus mengatakan hal ini pada kakaknya.

"Ndry boleh nggak gue minta data-data ini?" tanya Haidar.

"Nggak. Kalo lo belom bayar," tolak Hendry.

"Dan masih manggil gue gitu. Udah gue bilang Ndry itu kayak lo manggil cewek. Gue geli tau dengernya," tambah Hendry dengan wajah geli.

"Yaelah, ntar gue ajak nongkrong deh lo sama Karina. Lagian nggak ada yang instan di dunia ini Ndry. Nggak bisa main ujuk-ujuk lo nembak Karina gitu aja. Ada prosesnya," ujar Haidar malas mendengarkan permintaan Hendry.

"Tuh lo masih manggil gue Ndry!" kesal Hendry.

"Dih aneh banget orang nama juga nama lo. Yaudah Hen!" ucap Haidar kesal.

Kali ini Hendry tidak protes dan diam saja. Ia hanya menatap Haidar kesal dengan wajah kusamnya yang dihiasi kantung mata lebar.

"Besok gue bayar deh, gue kasih lo makanan enak, lo mandi juga gih," ucap Haidar.

"Nggak usah bayar pake duit. Gue tau duit lo nggak seberapa, mana masih minta orang tua lagi," ujar Hendry pedas.

"Lo kalo ngomong emang suka bener deh," balas Haidar menoyor kepala Hendry.

"Eh bangke! Nggak ada sopan-sopannya lo sama yang lebih tua. Gini-gini gue masih lebih tua dari lo ya bocah," sungut Hendry sembari menyiapkan flashdisk untuk memindahkan data.

"Iya deh si paling tua, mahasiswa abadi," ucap Haidar terkekeh ringan mengejek Hendry.

"Sialan lo," umpat Hendry menepis tangan Haidar yang mencoba menoel-noelnya untuk menggodanya.

***

Kaivan duduk di atas ranjangnya dengan wajah kosong. Ia benar-benar lelah saat ini. Rasa rindunya benar-benar menggerogotinya tanpa ampun. Ia tidak lagi merasakan air mata yang sudah mengalir di pipinya. Matanya menatap sebuah bingkai foto berukuran poster yang ia pajang di kamarnya.

"Kamu dimana sih Mega? Aku kangen banget sayang," tanya Kaivan pada foto itu. Tatapannya hanya tertuju pada sosok Mega yang tersenyum di dalam foto itu.

"Aku janji nggak akan nolak apapun kemauan kamu lagi, kamu boleh marahin semua orang yang kamu mau, kamu boleh ngikutin aku selama yang kamu mau, kamu boleh cium aku dimanapun kamu mau," gumam Kaivan dengan pandangan kosong.

"Tapi please, pulang sayang," lanjut Kaivan dalam keheningan.

Tak terhitung lagi berapa banyak permohonan yang ia panjatkan di sepanjang malamnya. Kerinduannya pada Mega sudah sangat kritis. Ia rasa napasnya sudah mulai sesak dan kepalanya memberat. Pandangannya bahkan sudah tidak fokus lagi dan terasa mulai berputar.

Kaivan terkekeh miris. Ia yang seorang dokter bahkan tidak menjaga dirinya dengan benar. Ia bukanlah orang yang akan mengabaikan kesehatannya sendiri. Tapi seorang Mega Sanjaya sudah berhasil merenggut segala kedisiplinannya. Ia rasa tubuhnya sudah menunjukkan protes karena terus dituntut untuk melakukan semua tanpa istirahat.

"Bang? Lo di dalam?" suara Haidar dari luar kamarnya terdengar.

Kaivan yang mendengarnya mencoba untuk menjawab, tapi untuk sekedar mengeluarkan suara terasa begitu susah untuk saat ini. Akhirnya Kaivan memutuskan untuk beranjak membukakan pintu. Tidak biasanya Haidar mendatanginya saat malam hari begini. Ada masalah apa lagi kali ini?

Perjalanan untuk membuka pintu terasa sangat lama bagi Kaivan. Semakin dekat dirinya dengan pintu, semakin berputar pandangannya. Kaivan menggelengkan kepalanya berusaha mengembalikan fokusnya. Tinggal sedikit lagi sampai di pintu.

Cklek. Akhirnya Kaivan berhasil membuka pintu.

Baru saja Kaivan membuka pintu pandangannya sudah menggelap dan tubuhnya terhuyung ke depan. Haidar yang baru akan masuk dikejutkan tubuh kakaknya yang mendadak limbung ke arahnya.

"Bang? Lo kenapa Bang?" tanya Haidar panik. Kaivan sama sekali tidak menyahuti pertanyaannya.

"Bang? Bangun Bang!" ujar Haidar lagi yang tidak mendapat sahutan karena kedua mata Kaivan sudah terpejam erat.

[Sebagian chapter telah dihapus. Baca kelengkapan ceritanya hanya di ebook yang tersedia di Google Play.
Link pembelian ada di bio profil author.
Yuk baca kelengkapannya sekaligus support author untuk terus berkarya 😊]

My Powerful Wife (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang