38 Found You

1.4K 205 63
                                    

Hey guys...!!! Welcome back to my story...!!!!

Siapa yang nungguin Kaivan dan Mega?? Waktunya kita maraton baca sama-sama sekarang!!!!

Pastikan posisi udah enak. Jangan lupa VOTE dan komennya. Hope you guys enjoy it. Let's check this out.

Enjoy and happy reading.....

*
*
*

Kedua mata Kaivan menatap lekat Haidar yang sedang mengatakan sesuatu padanya. Kedua mata itu bergetar mendengarkan setiap penjelasan yang diucapkan Haidar. Mungkinkah? Mungkinkah akhirnya ia akan bertemu Mega setelah sekian lama?

"Jadi gitu bang, maaf gue nggak kasih tau lo sebelumnya. Gue cuman mau mastiin dulu temen gue beneran bisa bantu apa nggak, tapi ujungnya gue tetep harus nanya ke lo juga," ujar Haidar setelah mengakhiri pengakuannya yang meminta bantuan seorang hacker untuk melacak keberadaan Mega.

"Lo bener-bener udah gede sekarang Dar," gumam Kaivan menatap bangga adiknya.

"Dih Bang gue emang udah gede kali. Jadi gimana tadi Bang? Lo tau nama Camellia apa nggak?" tanya Haidar kembali mengulang pertanyaannya di awal.

"Camellia itu nama tengahnya Mega. Lo bisa liat di buku nikah gue," jawab Kaivan lirih.

"Serius Bang? Lah kenapa gue nggak pernah tau deh, eh serius ini?" tanya Haidar terkejut. Ia buru-buru mengambil buku nikah Kaivan setelah kakaknya memberitahu dimana letak buku nikahnya berada.

"Beneran dong. Bang berati Kak Mega udah ketemu Bang! Dia beneran Kak Mega!" pekik Haidar antusias.

Kaivan yang sedang berbaring pun langsung menegakkan tubuhnya. Ia menatap wajah adiknya dengan raut serius.

"Apa maksud lo?" tanya Kaivan serius.

Haidar buru-buru mencari laptop Kaivan dan membukanya. Ia duduk di samping Kaivan dan memasukkan flashdisk yang diberikan oleh Hendry. Ia mulai membuka data-data yang ia dapatkan.

"Bang lo lihat ini. Dia keliatan kaya Kak Mega kan?" tunjuk Haidar pada sebuah foto yang Hendry dapatkan.

Kaivan langsung menatap serius foto itu. Meskipun terlihat blur, tapi ia jelas tahu bagaimana bentuk wajah Mega, juga perawakan tubuhnya. Ia mengetahui semua bentuk fisik istrinya. Kedua matanya melebar tidak percaya.

"Lo dapat ini darimana?" gumam Kaivan tak percaya.

"Gue kan udah bilang temen gue itu hacker Bang. Dia nyari tau semua ini selama seminggu," jawab Haidar yang kali ini membuka file lain.

Haidar menunjukkan apa saja yang didapatkan Hendry padanya. Ia juga menjelaskan kembali penjelasan Hendry kepada Kaivan tanpa satupun yang dikurangi. Semua penjelasan yang akhirnya membuat mata Kaivan berkaca-kaca.

"Ini beneran kan Dar?" tanya Kaivan masih tidak percaya.

Haidar pun menepuk bahu Kaivan. "Kak Mega udah ditemuin Bang, lo berhasil nemuin istri lo," ucap Haidar tulus.

Kaivan tak kuasa menahan air matanya. Penantiannya selama satu tahun akhirnya berbuah manis. Di saat dirinya sudah benar-benar babak belur dengan kerinduan yang semakin lama semakin terasa membunuh. Pria itu menangis haru.

Haidar yang melihat bagaimana kakaknya pun merangkul Kaivan. Membiarkan Kaivan menumpahkan perasaannya di bahu Haidar. Selama ini ia selalu berada di balik lindungan Kaivan, maka biarlah kali ini Haidar membalas sedikit budi kakaknya.

***

"Apa lo bilang! Lo mau ke luar negeri?" tanya Adit dengan wajah syok.

"Gue udah nemuin Mega Dit. Setelah sekian lama, akhirnya gue bisa ketemu lagi sama istri gue," jawab Kaivan tenang.

"Iya gue tau. Tapi nggak sekarang juga! Lo itu udah kayak orang mau mati tau nggak? Lo mau ke sana cuma buat mati?" omel Adit.

"Gue nggak bisa sia-siain kesempatan ini Dit. Bisa aja Mega pergi lagi dari sana," ucap Kaivan lesu.

"Iya tapi lo tau diri juga dong! Lo itu dokter Van! Lo harusnya tau gimana kondisi tubuh lo! Lo nggak kasihan sama Haidar yang udah berusaha keras nemuin Mega buat lo? Nggak kasihan sama orang tua lo di kampung?" marah Adit.

"Kok lo jadi marah gini sih? Lo doain gue cepet mati ya?" tanya Kaivan lelah.

Adit menatap Kaivan dengan tatapan speechless. Entah bagaimana lagi ia harus menjelaskan kepada manusia keras kepala satu ini. Ia membuang napas dengan kasar.

"Gue marah itu tandanya gue peduli sama lo Van. Lo itu sahabat gue," kesal Adit.

Kali ini Kaivan terkekeh kecil. Ia tidak menemukan raut jenaka di wajah Adit yang menandakan kalau pria itu serius kali ini. Adit selalu jadi orang paling kepo atau paling perhatian padanya jika ia sedang memiliki masalah. Apalagi kali ini kondisinya sampai drop. Ia hargai solidaritas yang dimiliki Adit untuknya.

"Gue ngerti Dit. Oke, bener kata lo kalo gue masih butuh istirahat. Tapi gue bakal berangkat 2 hari lagi. Gimana?" ujar Kaivan memberi penawaran yang membuat Adit tampak berpikir dan tidak langsung menjawab.

"Gue ikut," ucap Adit tegas.

"Ngapain?" tanya Kaivan heran.

"Ya lo pikir lah. Masa gue ngebiarin pasien gue kabur gitu aja? Nggak bisa! Pokoknya gue ikut," tegas Adit.

"Dit, gue bisa jaga diri sendiri. Lagian lo punya kerjaan, nggak mungkin lo tinggalin kan," ujar Kaivan menolak.

"Pilihannya cuma itu atau nggak sama sekali," ucap Adit tak bisa dibantah.

Kaivan menghela napas lelah. Di saat-saat tertentu, Adit memang bisa menjadi sangat keras kepala seperti ini.

"Oke," ucap Kaivan pasrah.

[Sebagian chapter telah dihapus. Baca kelengkapan ceritanya hanya di ebook yang tersedia di Google Play.
Link pembelian ada di bio profil author.
Yuk baca kelengkapannya sekaligus support author untuk terus berkarya 😊]

My Powerful Wife (COMPLETED)Where stories live. Discover now