•2

4.7K 539 10
                                    

"nightmare will always arrived ahead of you when fall asleep. torture you and take every memory you have, then throw it away. you wake up and see your reflection in the mirror. a flash of shadow amid a hug. you try to touch the shadow, but could not. shadows are your nightmares. nightmares that always haunt you through out the night."

***

"Kita sampai!"seru Jin dan ku lihat mobilnya telah berhenti tepat di depan sebuah toko bunga. Jin turun terlebih dahulu, kemudian membukakan pintu untukku. aku tersenyum manis dan berterima kasih karna dia memperlakukanku layaknya seorang tuan putri.

Kami berdua masuk ke dalam toko kecil itu. Aku berkeliling dan melihat-lihat sampai akhirnya mataku tertuju pada bunga dandelion yang cantik. Ingin sekali rasanya aku meniup bunga itu, tapi sayangnya, aku tidak mau bunga dandelion itu pergi. Mereka terlalu cantik.

"Kau suka dandelion?"

"Huh?"gumamku kaget karna Jin sudah berdiri disampingku. Lagi-lagi aromanya membuatku sesak. Aku takut aku akan melihat Jin sebagai sosok Taehyung.

Jadi, aku melangkah sedikit menjauh darinya. Tapi Jin kembali mendekat ke arahku. Baiklah. Aku menyerah kali ini.

"Kau suka? Mau beli yang ini?"tanya Jin yang berhasil membulatkan mataku dengan sempurna.

"Beli? Eh, enggak kok. Aku cuma suka aja, tapi gak berniat beli. Hehehe."kataku bohong. Sebenarnya sih, aku mau banget beli bunga Dandelion, tapi yah, untuk apa juga membeli itu kalau ujung-ujungnya akan kutiup juga dirumah.

Aku menghela napas dan menarik Jin untuk keluar dari toko kecil itu sebentar. Disana panas dan susah bagiku untuk memasok udara segar.

Jin hanya terkekeh dan memperhatikan setiap gerak gerik yang ku lakukan.

"Kau cantik. Sama seperti bunga Dandelion."

Aku terbelalak untuk yang kesekian kalinya. Detik kemudian tawaku menggema. "Kau jauh lebih lucu Jin. Terimakasih untuk pujiannya."kataku tulus. Jin menunjukkan deretan giginya yang putih. "Gimana kalo setelah ini kita makan?"tawarnya. Aku berpikir beberapa saat dan hendak menjawab tawarannya, tetapi ponselku bergetar.

Aku membuka dan melihat nama seseorang terdapat di layar ponselku. Ku buka pesannya dan ku baca.

Park Jimin:

Nanti sore jadi? Aku jemput ya.

Ku lirik Jin yang masih menunggu jawaban dariku. Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal dan menimbang-nimbang. Takut kalau aku menolak, Jin akan kecewa padaku. Tapi, aku juga tidak bisa membatalkan janji ku pada Jimin.

Kutarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. "Maaf Jin, bukannya aku tidak mau, tapi aku ada janji dengan temanku sore ini."tolakku secara halus.

Jin sedikit kecewa, tapi dia mengerti dan mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Tapi dia menyuruhku untuk tidak menolak ajakannya untuk pulang bersama. Aku mengangguk setuju dan berterima kasih sekali lagi.

Saat Jin sedang menyetir, dia selalu bisa membagi fokusnya untukku dan untuk jalan. Jin selalu memecahkan setiap keheningan yang kubuat. Menanyakan segala hal agar aku tidak hanya diam dan diam. Dia orang yang hangat. Baik. Dan tampan. entah bagaimana bisa 'wanita' itu meninggalkan orang sebaik Jin. Aku tidak habis pikir. Mungkin wanita itu sudah gila.

Ya. Gila seperti Taehyung.

Maksudku, apa yang kurang dariku? Cantik? Aku memang tidak secantik wanita lain diluar sana, tapi aku rasa aku jauh lebih baik dari mereka.
Aku selalu mengerti Taehyung. Mengalah setiap kali kami bertengkar. Menunggunya yang terkadang suka pulang larut malam dan akhirnya mengetuk pintu apartemenku dalam keadaan mabuk. Aku yang merawatnya kala sakit. Aku yang menunggunya sampai tertidur ketika ia merasa gelisah. Kenapa Taehyung tidak bisa melihat semua yang ku lakukan untuknya?

STIGMA  Where stories live. Discover now