26

2.1K 245 5
                                    




"I was crying last night. but you probably dont care. do you?"





'Aku punya kejutan untukmu.'

Ku tatap Taehyung malas. "Apa?"tanyaku tidak berminat pada arah pembicaraannya. Aku membaca buku sambil menyilangkan kaki di sofa. Taehyung ikut duduk dan tiba-tiba, sebuah gulungan kertas panjang dia tunjukkan di depanku. Buku yang ku baca jatuh begitu saja. Mataku membelalak lebar. "I-iini..."

'Kenapa kau tidak bilang? Kau punya banyak kegiatan yang ingin kau lakukan bersamaku.'

Sebuah gulungan kertas yang ku tulis setahun yang lalu. Gulungan kertas itu berisi kegiatan apa saja yang akan aku lakukan bersama Taehyung di kencan kami yang kedua sejak kami berpacaran. Tapi aku tidak sempat menunjukkan itu pada Taehyung karena dia mulai mengabaikanku. Dia selalu sibuk sampai tidak bisa menyempatkan waktu untukku. Jadi ku simpan kertas itu sampai aku melupakannya.

Aku berdehem kecil. Mengangkat kedua bahu santai dan kembali pada aktifitasku sebelumnya. Mencoba mengabaikan Taehyung di sampingku. "Itu sudah lama, aku juga sudah lupa."

Tidak semuanya ku lupakan

Aku masih ingat di kegiatan nomor 2. Disana aku menuliskan Kencan indah bersama idiot tampan di pantai.

Aku tersenyum sendiri membayangkan betapa bahagianya aku kalau kegiatan itu benar-benar terlaksana. Taehyung pernah berjanji akan membawaku berlibur ke pantai. Dia juga berjanji akan mengajakku makan di restaurant seafood paling lezat yang pernah ia kunjungi.

Tapi yah.. itu tidak pernah terjadi. Semua itu hanyalah keinginanku yang tidak terwujud. Membayangkannya saja membuatku kesal setengah mati.

"Kita bisa melakukan semua itu sekarang. Kau tidak mau?"aku muak. Ku lirik dia tajam. "Sudah ku bilang aku tidak mau! Lupakan saja, kalau perlu buang kertas itu!"teriakku di depannya. Rahang Taehyung mengeras. Tangannya terkepal kuat di samping tubuhnya. Dia berdiri di depanku.

Mata tajamnya semakin tajam seperti elang. "Kau tahu, terkadang aku kesal dengan sifat keras kepalamu."

Cih. Aku berdecak kecil. Menutup buku yang ku baca kencang dan balik membentaknya dengan suara yang tak kalah lancang.

"Kau selalu menyalahkanku! Mulai dari Jimin, dan segala hal kecil lainnya, kau selalu menyalahkanku Tae! Tidakkah kau berpikir bahwa kau begitu licik?! Lihat dirimu!"teriakku di depannya yang tersenyum getir. Atmosfer diruang tengah ini semakin memanas. Perang dingin terjadi dan menguasai kami berdua. Emosi yang tinggi seolah membutakanku dan juga Taehyung.

"Aku?! Aku menyalahkanmu karena memang kau itu salah!! Dan soal Jimin, aku melihat kalian dengan mata kepalaku sendiri. Aku menyaksikan semuanya. Aku tidak tolol dan tidak juga buta. Mataku masih bisa melihat dengan jelas. Kau pikir aku sebodoh apa?! Huh?!!"dadaku sesak. Bibirku kelu tetapi aku semakin tersulut emosi. Aku tidak pernah merasa semarah ini sebelumnya.

Taehyung berdiri. Berkacak pinggang. Aku mengikuti gerakannya dan berdiri di depannya. Dadaku naik turun. Nafasku tidak teratur dan mataku memanas.

Aku tidak ada bedanya dengan dia. Ku lihat pantulan diriku di mata jernih Taehyung. Aku melihat diriku yang sekarang tak ada bedanya dengan dia. Kami sama-sama terbawa emosi tinggi dan membuncah.

STIGMA  Where stories live. Discover now