•14

3.1K 361 10
                                    

"Can you remember this? that i was once by your side."



"Tapi bukan berarti kita bersikap tidak saling mengenal. kita masih bisa menjadi teman."

"Sesekali aku akan berkunjung ke apartemenmu dan menghubungimu. apa kau keberatan?"


Selang beberapa saat aku tidak bisa berkata apa-apa. aku hanya melihat senyummu yang mengembang dan ciumanmu yang membekas di pipiku. kau memintaku untuk bersikap biasa saja dan menganggap hubungan kita ini adalah pertemanan. aku berpikir kau sudah kehilangan akal sehatmu. menjadi teman? kau bodoh? itu hanya akan membuatku sulit melupakanmu. menjadi teman seperti yang kau bilang, bersikap biasa saja padamu, aku tidak yakin bisa melakukan semua itu. yang kau lakukan hanyalah menjebakku. mengikatku di tempat yang sama dan tidak mengizinkanku pergi.

setelah itu, kau pun kembali pergi ke sisinya. kau berlari seperti anak kecil dan memeluk tubuh wanita itu dengan mesra. memberi ciuman di kening dan bibir seperti yang kau lakukan padaku dulu. kau melihatku dan melambaikan tanganmu padaku. aku terdiam dan memilih mengabaikannya. senyummu pun pudar. sorot matamu yang lembut berubah menjadi sendu.

kau menoleh dan melihatku meski kekasihmu menarik lenganmu untuk tidak melihatku. tapi tetap saja, kenyataan yang sebenarnya adalah kau milik dia. bukan milikku.

meskipun aku ingin membalas senyummu dan ikut menangis bersamamu, aku tidak bisa mengubah hal yang satu itu.

i'll erase you.

secepatnya


"Mimpi buruk lagi sayang?"Aku mengerjapkan mata dan melihat Jimin telah duduk di sampingku seraya mengelap keringat dingin yang bercucuran di wajahku. dia tersenyum begitu manis dan mencium keningku. "Kurasa makan malamnya kita cancel dulu deh."Aku membelalakkan mata dan menatap Jimin bingung. "Kenapa? aku bisa ganti baju sekarang kok."kataku yang dibalas gelengan pelan darinya. "Kau istirahat saja, aku akan beli makanan di luar, kita makan disini. kau mau apa? kimbab? tteokboki? atau jajjangmyun?"tawarnya yang langsung membuatku semangat. "Jajjangmyun!!"Jimin tertawa sembari mengacak rambutku gemas. aku terkekeh kecil dan mencubit pipi Jimin. "Cium dulu dong."

sialan.

aku lupa kalau dia pasti meminta imbalan dariku.

dengan malas aku memajukan wajahku dan mendaratkan ciuman singkat di pipi tembemnya. Jimin tersenyum lebar menghilangkan matanya. aku mendengus dan mendorong tubuhnya ke luar pintu. "Cepat ya, aku lapar! Gak pake lama!"teriakku sebelum Jimin benar-benar menghilang dari balik pintu. Dia sempat memberikan jempol dan

Blam

Pintu kembali tertutup. Berbarengan dengan itu, tiba-tiba saja dadaku sesak. Aku merasa takut tanpa akibat yang jelas. Lihat betapa Jimin mencintaiku. Semalam dia menembakku dan aku menerimanya. Menerima Jimin tanpa berpikir panjang. Tanpa tahu bahwa aku akan dihantui rasa takut dan bersalah setelah ini.

Jimin sangat baik. Dia seperti malaikat. Hatinya terlalu tulus untuk mencintaiku, dan itu masalahnya. Aku takut membuat Jimin terluka. Selama ini dia tidak pernah menyusahkanku. Jimin selalu mendukung apapun yang ku lakukan. Dia adalah orang pertama dan terakhir yang ada disampingku. aku merasa lega dan bersyukur karna nya. Dan sekarang, detik ini, Jimin dan aku telah terikat dalam sebuah hubungan penting. Dia kekasihku. Aku tidak tahu apakah aku bisa melakukan apa yang dia lakukan untukku. Itu tidak mudah. Melakukan semuanya disaat aku masih memiliki rasa pada Taehyung adalah hal yang mustahil.

Apalagi, kemarin, saat di restaurant tempat Jimin menembakku, Taehyung menggebrak meja dengan kencang dan mendorong pintu dengan kaki. Chae Young pada saat itu terlihat kesal dan berakhir menemuiku. Dia menemuiku di toilet dan menamparku. Kami bertengkar sampai salah seorang satpam mau tidak mau harus masuk untuk meleraikan pertengkaran.

STIGMA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang