•7

3.5K 357 20
                                    

"Unfair love."

***

"A-apa maksudnya?"Tanganku meraba tembok, mencoba mencari saklar lampu dan belum sempat aku memencet saklar, Taehyung sudah menahan tanganku.

"Dulu, aku juga sempat mencintaimu sebelum kau berselingkuh dengan Jimin."ada sebuah getaran dari suara Taehyung. Aku mendengus dan kembali menggerakkan jariku untuk menyalakan lampu. Dan saat lampu menyala, kulihat mata Taehyung sudah berkaca-kaca. Jaraknya denganku begitu dekat. Sampai-sampai aku bisa mencium aroma alkohol darinya. "Kenapa kau gunakan alasan konyol itu Tae? Kenapa kau tidak percaya denganku kalau aku dan Jimin tidak punya hubungan apapun? Kenapa kau begitu?"tanyaku terisak. Aku menggigit bibir bawahku dan memejamkan mata, air mata mengalir di pipiku. Taehyung menggerakkan jarinya untuk menghapus air mataku dan mencium kelopak mataku yang sudah terpejam. Dia mencium mataku sedikit lebih lama dan kembali mendekatkan bibirnya di telingaku. Membisikkan kata-kata yang kembali menghancurkan hatiku. "Kenapa kau tanyakan itu padaku? Tanyakan pada dirimu sendiri. Kau itu egois dan selalu memintaku melakukan segalanya."

Aku menahan nafasku dan menahan diri untuk tidak menampar Taehyung.

"Egois? Memintamu melakukan segalanya? Kapan bodoh?! Kapan aku memintamu melakukan itu? Dan kapan kau mewujudkannya untukku? Kau.., brengsek Tae!"jeritku di depannya yang hanya memandangku kosong. Aku memukul dadanya dan Taehyung kembali menangkap pergelangan tanganku.

"Aku hanya memintamu menemaniku nonton, memintamu untuk datang makan malam bersamaku sesekali, karna kau selalu sibuk. Apa aku salah meminta itu pada pacarku sendiri?"kataku melemah. Taehyung hanya diam dan perlahan genggamannya melonggar. Tanganku kini terbebas tapi Taehyung masih memojokkanku membuatku lagi-lagi tak bisa berkutik.

"Aku memang sibuk. Seharusnya kau mengerti itu."

Aku menggeleng dan meraih kerah baju Taehyung mendekatkan wajahku ke wajahnya dan mengusap lembut rahang Taehyung yang mengeras. "Enough for me Tae, sudah cukup. Aku lelah karna kau terus menyalahkanku. Kita sudahi saja ini, aku mau pulang."seruku hendak pergi, tapi Taehyung kembali menarikku dan mencium bibirku. Ciuman tergesa-gesa dan terkesan kasar. Aku mendorong dadanya kencang sehingga dia terhuyung kebelakang. Taehyung tertawa getir dan mencoba menarik tubuhku kembali, tapi seseorang menghalanginya dan menonjok Taehyung. Orang itu adalah Kim Seokjin.

SeokJin memunggungi tubuhku, mencoba melindungiku dari Taehyung yang sudah kalut dan terlanjur mabuk. Taehyung berjalan dengan gontai dan berusaha balas menonjok Jin, tapi Jin jauh lebih kuat saat ini karna hanya dia yang tidak mabuk.

Jin kembali menonjok Taehyung. Kemudian dia menarikku dan membawaku pergi dari lorong itu. Aku hanya pasrah saat Jin membawaku. Tidak ada energi di dalam tubuhku saat ini. Aku seperti mayat yang mencoba mengembalikan nyawanya, tapi hasilnya nihil.

"Dia melukaimu?"tanya Jin sembari meletakkan segelas air putih di meja bar. Aku mengambil gelas itu dan meminumnya perlahan, kemudian aku mengangguk padanya yang justru memandangku iba. "Jauhi dia. Dia bukan pria baik-baik."aku kembali mengangguk tapi kali ini aku juga menangis. Tangisan perih dan menyedihkan. Jin menenangkanku tapi sepertinya kali ini tidak berhasil. Aku benar-benar terluka dengan apa yang Taehyung katakan. Semua nya begitu menyakitkan untukku.

"Kau mau pulang? Aku antar ya?"aku menggeleng dan melirik ke belakang. Ku lihat Jimin sudah teler dan terduduk lemas di bawah panggung sambil tertawa sendiri tidak jelas. Kemudian aku kembali melihat Jin yang juga mengikuti arah pandanganku.

STIGMA  Where stories live. Discover now